Helping people to help themselves

Demak58

Friday, June 26, 2015

Teori Peksos " Teori Kognitif "



 BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

Teori Kognitif adalah bagian perkembangan teori dan terapi perilaku, baru-baru ini diciptakan dalam teori pembelajaran sosial. Ia juga tumbuh dari perkembangan-perkembangan terapis secara pragmatis, dikemukakan oleh penulis seperti Beck (1989) dan Ellis (1962), yang mengkaji kondisi-kondisi psikiatris seperti kegelisahan dan depresi. Teori kognitif mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran lingkungan selama proses pembelajaran. Perilaku yang tidak tepat biasanya timbul sebagai hasil mispersepsi dan kesalahpahaman.
Dalam teori kognitif juga membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya—dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstrutivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia.
Pendekatan kognitif dalam praktek pekerjaan sosial didasarkan pada gagasan bahwa pemikiran seseorang adalah penentu utama emosi dan perilaku. sehingga dalam teori kognitif praktisi pekerjaan sosial percaya bahwa pelayanan yang baik dalam pekerjaan sosial mencakup usaha yang diarahkan untuk membantu klien mengidentifikasi, memandang, dan mengubah pola pikir akibat dari suatu bentuk disfungsional emosi, perilaku, dan pemecahan masalah.  Werner menyatakan, bahwa teori kognitif lebih merupakan orientasi yang konsisten dan koheren untuk memahami fungsi manusia dan perubahan manusia yang mencakup  kontribusi ide – ide dari individu yang berbeda. Oleh kaena itu teori kognitif sangat membantu pekerja sosial dalam melakukan proses pelayanan terhadap klien sehingga sngt penting untuk dipelajari dan dipahami.
B.       Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian teori kognitif?
2.    Bagaimanakah sejarah perkembangan teori kognitif?
3.    Apa saja konsep utama dalam teori kognitif?
4.    Bagaimana hubungan teori kognitif dengan praktik pekerjaan sosial?
5.    Bagaimana hubungan praktisi kognitif dengan klien?
6.    Apa saja macam – macam terapi kofnitif?
7.    Bagaimanakah tipe klien dan masalah yang dapat diatasi dengan pendekatan teori kognitif?

C.      Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.    Makalah dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan pengertian teori kognitif
2.    Untuk mengetahui sejarah perkembangan tori kognitif
3.    Untuk memahami konsep utama dalam teori kognitif
4.    Untuk menjelaskan hubungan teori kognitif dengan praktik pekerjaan sosial
5.    Untuk memaparkan hubungan praktisi kognitif dengan klient dalam praktik teori kognitif
6.    Untuk mengetahui macam – macam terapi – terapi kognitif
7.    Untuk menjelaskan tipe klien dan masalah dalam teori kognitif



BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah :
  1. Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari kontrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas.
  2. Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas.
  3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling berhubungan.
 Sedangkan menurut John W Creswel, Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Pada intinya teori merupakan sepernagkat pernyataan tentang hubungan diantara variabel yang menunjukan pemahaman sistematis terhadap perilaku, kejadian, keadaan dan memberikan penjelasan mengapa sesuatu itu terjadi.
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”.
            Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya. Teori kognitif mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran lingkungan selama proses pembelajaran. Perilaku yang tidak tepat biasanya timbul sebagai hasil mispersepsi dan kesalahpahaman.
B.     Sejarah Perkembangan
Praktisi dan terapis kognitif pertama kali adalah Alfred Adler. Adler bekerja dengan Sigmud Freud yang mana merupakan anggota penting dari gerakan psikoanalitik di Wina. Adler berpisah dari Freud karena sejumlah alasan. Adler percaya bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan yang utuh dan tidak bertentangan dengan diri manusia sendiri. Adler juga tidak setuju dengan pemahaman Freud mengenai motivasi manusia. Adler percaya bahwa orang terutama dimotivasi oleh dorongan sosial bukan oleh dorongan seksual. Adler juga percaya bahwa kognisi manusia adalah jauh lebih penting daripada yang disarankan oleh Freud. Bagi Adler, perilaku seseorang dibentuk oleh "gaya hidup". Bagi Adler, gaya hidup terdiri dari ide-ide seseorang dan keyakinan tentang diri sendiri, konsep diri yang ideal, sebagaimana bahwa orang itu adalah “gambar dari dunia”, gaya hidup juga mencakup gagasan kognitif tentang bagaimana "cara yang benar" untuk memecahkan masalah dan bertahan hidup. Untuk Adler, psikoterapi dan pelayanan manusia harus mencakup pemahaman yang mendalam dari asumsi gaya hidup klien yang akan dirubah. Alfed Adler dianggap oleh banyak orang sebagai seseorang yang pertama kali mengenalkan teori kognitif profesi kejiwaan.
 Pada tahun 1954, Joseph Furst melaporkan neurosis yang merupakan distorsi dan atau pembatasan kesadaran dan pengobatan yang harus dianggap sebagai "psikoterapi rasional" yang membantu suatu distorsi perubahan kognitif klien dan memperluas kesadaran.
Dalam akhir 1950-an dan awal 1960-an, Albert Ellis melaporkan bahwa emosi disfungsional adalah reaktif terhadap jenis kuat evaluasi berpikir. Ellis percaya bahwa efektivitas psikoterapi dan konseling meliputi bantuan dari penyedia layanan yang berfokus pada klien dengan cara mengidentifikasi serta mengubah pemikiran yang disfungsional dan kognisi terdistorsi. William Glasse dengan pendekatan psikoterapi, yang dia sebut "terapi realitas," juga menjadi pendekatan yang populer untuk psikoterapi kognitif dan kesehatan mental. Glasser berpendapat bahwa ada dua kebutuhan dasar manusia: memberi dan menerima cinta dan  berperilaku yang memungkinkan seseorang merasa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Menurut  Glasser, psikoterapi yang efektif adalah membantu klien menemukan cara untuk mengubah, untuk menggunakan pemikiran, untuk mengidentifikasi tujuan dari tindakan yang telah klien lakukan agar dapat dipertanggung jawabkan. Maxie Maultsby ahli profesional kesehatan mental yang lain  telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori kognitif. Maultsby dalam bukunya, menguraikan pendekatan untuk terapi perilaku rasional. Arnold Lazarus'z melakukan praktek yang sangat berpengaruh terhadap terapi kognitif  sehingga sering dianggap sebagai penjelasan yang paling sistematis, komprehensif, dan berguna dari penggunaan teori kognitif dalam memfasilitasi perubahan manusia.
Don Tosia adalah seorang psikoterapis kognitif yang telah memberikan kontribusi besar dalam, integrasi hipnosis dan terapi kognitif. Pendekatan yang dikembangkan oleh Tosia  disebut tahap rasional menuju hipnoterapi dan menggunakan tahapan kesadaran, pengembangan keterampilan, perbaikan keterampilan, dan pengalihan untuk membantu perubahan kognisi klien. Victor Raimy adalah seorang psikoterapis yang telah menggunakan teori kognitif untuk memahami, konsep diri dan konsep perubahan diri. Dalam karya Raimy, hubungan antara klien dan terapis dapat digunakan untuk membantu klien mengubah tantangan dan kesalahpahaman kognitif klien.


C.    Konsep Utama dalam Teori Kognitif
Dalam pendekatan kognitif untuk praktik pekejaan sosial konsep utamanya adalah bahwa emosi manusia adalah akibat langsung dari apa yang difikirkan, dikatakan, diasumsikan, ataupun kepercayaan tentang diri sendiri dan situasi sosial disekitar manusia. Alber ellis merumuskan teori kognitif “ABC” berdasarkan konsep kognitif primer. A merupakan proses pengaktifan, B mewakili apa yang orang percaya, apa yang orang fikirkan serta konsep diri mereka, C merupakan konsekuensi emosional dari keyakinan tersebut. Ketika keyakinan mereka terganggu atau tidak rasional orang akan mengembanngan emosi yang disfungsional sehingga mempengaruhi cara mereka dalam berperilaku. Dalam praktik pekerjaan sosial itu merupakan tanggung jawab pekerja sosial untuk membantu klien dalam mengubah kognisi atau keyakinan yang terganggu serta konsep diri yang menciptakan emosi yang disfungsional dalam perilaku seseorang. Raimy menyatakan konsep utama teori kognitif dengan cara yang berbeda. Menurut pandangan Raimy emosi dan tingkah laku manusia yang disfungsional merupakan akibat dari “kesalahpahaman” tentang diri mereka sendiri dan tentang situasi lingkungan. Raimy juga percaya bahwa emosi yang disfungsional dapat diubah ketika seseorang dapat merasakan emosi tersebut dan mampu mengoreksi kesalahpahaman itu.
Konsep dasar yang ke dua dalam teori kognitif adalah bahwa banyak kesalahpahaman, ketidakrasionalan berfikir, dan kognisi yang terdistribusi berada diluar kesadaran seseorang. Akibatnya dalam banyak kasus banyak klien yang tidak tahu tentang pikiran, ide, keyakinan, dan kesalahpahaman yang dapat menciptakan emosi yang tidak menyenangkan atau disfungsional. Maultsby menggunakan contoh belajar mengemudi mobil untuk menggambarkan fenomena ini. Ketika seseorang pertama kali belajar mengendarai mobil, ia mempunyai banyak fikiran dan konsep tentang mengemudi. Orang akan secara aktif memberitaghu dirinyaa menginjak rem atau memutar kemudi untuk menghentikan atau menjalankan. Setelah jangka waktu tertentu pesan-pesan ini menjadi begitu baik sehingga akan terjadi secara otomatis dan umumnya ada di luar kesadaran seseorang. Proses yang serupa terjadi dalam perkembangan emosi disfungsional manusia. Praktek seseorang dan belajar dari kesalahpahaman serta ketidakraasionalan diri dalam teori kognitif akan menjadi otomaatis dan menciptakan emosi yang disfungsional tanpa kesadaran orang terhadap kesalahpahamannya, keyakinan yang irasional dan pesan-pesan yang irasional terhadap diri sendiri. Sehingga untuk membantu klien dalam belajar untuk mengubah disfungsional praktisi pekerjaan sosial harus membawa klien kedalam kesadaran yang aktif dan keyakinan dari dalam kesalahpahaman yang menciptakan dan memelihara emosi disfungsional.
Meskipun para praktisi teori kognitif menganggap bahwa emosi disfungsional merupakan akibat langsung dari kesalahpahaman dan keyakinan yang irasional, dalam konsep teori kognitif yang ketiga menyatakan bahwa ada pengecualian dalam hal tersebut. Emosi disfungsional mungkin terjadi karna akibat dari masalah organik, fisiologis, newologis ataupun kimia. Contoh masalah tersebut misalnya adalah ketidakseimbangan tiroid, ketidakseimbangan gula darah, kerusakan jaringan otak, kekurangan gizi, asupan defression dan skizofrenia, dan masalah fisik yang dapat membuat ketidakseimbangan dalam otak.
Konsep yang ke empat adalah bahwa tidak semua emosi yang tidak menyenangkan merupakan emosi disfungsional dan semua emosi yang menyenangkan adalah emosi yang fungsional. Maultsby menggambarkan hal ini dengan contoh orang yang sangat senang ketika dekat ular yang berbisa. Seorang individu yang biasanya melihat bahwa ular itu akan menggigit akan mengatakn pada dirinya bahwa ular tersebut tidak berbahaya. Kesalahpahaman ini akan menghasilkan emosi menyenangkan yang disfungsional karena orang tersebut tidak merasa takut dan menjauh dari ular yang berbahaya. Dalam situasi ini perasaan bahagia adalah disfungsional karan didasarkan pada kesalahpahaman berfikir bahwa ular tersebut tidak berbahaya.
Karena sebagian praktisi pekerja sosial kognitif berpendapat bahwa fungsi dari setiap keadaan emosional adalah rasionalitas, praktisi dan klien bisa mendapatkan keuntungan dari definisi dasar dari sebuah pemikiran rasional sebagai lawan kesalahpahaman. Maultsby mendefinisikan kognisi rasional setriap pemikiran, ide, keyakinan, sikap atau pernyataan pada diri didasarkan pada realita yang objektif, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan seseorang dan itu akan mengurangi koinflik internal dan konflik dengan orang lain secara signifikan.
D.      Hubungan Teori Kognitif dengan Praktik Pekerjaan Sosial
Teori kognitif merupakan kategori yang umum dimana di dalamnya terdapat pandangan Adler mengenai psikologi individu, pendapat Ellis tentang psikoterapi rasional, terapi realitas Glasser serta gagasan lain tentang perilaku dan emosi merupakan akibat dari berpikir. Dari awal berkembangnya teori kognitif sudah mempengaruhi praktik pekerjaan sosial. Meski teridentifikasi atau tidak namun metode dalam teori kognitif pada saat ini banyak digunakan oleh pekerja sosial. Pekerja sosial biasanya menggunakan teori kognitif dalam hal berikut ini :
1.      Menghubungkan perilaku klien dengan pikiran, emosi dan tujuan klien, tanpa menggunakan kekuatan ketidaksadaran.
2.      Membuat diagnosis dalam rangka distorsi atau batasan pemikiran klien.
3.      Mencari potensi klien yang kemudian menggunakan potensi tersebut untuk mengatasi masalahnya.
4.      Mengarahkan klien dalam mencoba beberapa pengalaman yang mana dapat mengubah ketidakakuratan persepsi klien.
5.      Menyatakan bahwa setiap perilaku klien dibentuk oleh tujuan pribadinya daripada dorongan biologi.
6.      Bekerja untuk meraih apa yang ingin klien rubah dari dirinya.
7.      Meminta kepeda klien untuk membuat tanggung jawab atas perilakunya,
Dalam pendekatan teori kognitif dengan praktek pekerjaan sosial, perubahan manusia terjadi ketika praktisi pekerjaan sosial mampu memfasilitasi proses refleksi kognitif di mana klien mengidentifikasi, tantangan, dan kesalahpahaman perubahan, kepercayaan rusak, menyimpang, kognisi, dan berbicara diri irasional telah menciptakan emosi dan perilaku dysfuncional. Dalam pendekatan teori kognitif untuk pengobatan kerja dukungan sosial, emosional yang diberikan oleh penolong kepada klien dianggap berguna dan penting tetapi  aspek ini bukan merupakan inti dari pengobatan. Dalam pendekatan kognitif untuk pengobatan pekerjaan sosial, advokasi, dan modifikasi lingkungan yang dianggap penting dan berguna, dapat membantu klien untuk mengidentifikasi, menantang, dan mengubah kesalahpahaman kognitif tetap merupakan agen utama perubahan.
Dalam pendekatan kognitif untuk pengobatan pekerjaan sosial, proses membantu klien meupakan pendidikan yang pokok. yang disfungsional. Akibatnya, praktisi kognitif dengan serius berusaha untuk "memberdayakan Tujuan dari pengobatan, adalah untuk membantu klien belajar menjadi konselor sendiri dan menggunakan konsep-konsep teori kognitif untuk secara konsisten memahami diri dan mrngontrol emosi dan perilaku " klien mereka dengan memberi mereka penjelasan kognitif untuk tujuan penguasaan, kontrol, dan swadaya. Ellis, beck, dan, maultsby dalam program  kelompok pendidikan untuk melengkapi kerja kasus, konseling, dan psikoterapi yang khusus mengenai kebutuhan klien untuk belajar keterampilan intervensi kognitif untuk penguasaan diri, pemberdayaan, dan kontrol.

E.       Hubungan Praktisi Kognitif Dan Klien Dalam Praktik Teori Kognitif

Dalam praktik teori kognitif, hubungan antara klien dan Praktisi merupakan suatu bagian yang penting dari proses pengobatan. Hubungan yang terjadi dalam pengobatan memungkinkan klien untuk belajar dan memberikan kesempatan pada klien untuk melihat diri dan dunia dengan cara yang berbeda.
Dalam hubungan  perawatan terdapat dua cara utama sebagai alat yang ampuh untuk membantu perubahan klien dari kesalahpahaman kognitif yang menghasilkan emosi dan perilaku disfungsional. Pertama, unsur pendukung dalam hubungan pengobatan memberikan pesan terhadap klien mengenai posisi pekerja sosial tentang kapasitas nya untuk membantu meningkatkan keberfungsian sosial dan nilai sebagai manusia dari diri klien. Pada saat ini pekerja sosial membutuhkan waktu untuk bersama klien, menunjukkan minat pada klien sebagai pribadi, dan merespon klien dengan empati dan kepedulian. Menurut Rairtry, rendah diri merupakan respon emosional yang dihasilkan terutama dari kesalahpahaman negatif klien tentang diri. Proses kognitif akan terputus ketika pekerja sosial menunjukkan keyakinan bahwa memberikan penghargaan, dukungan, dan dorongan selama proses pengobatan kepada klien merupakan hal yang penting.
Cara kedua di mana hubungan pengobatan dapat digunakan untuk membantu merubah kesalahpahaman klien dengan berfokus pada distorsi dalam hubunganya antara klien dan pekerja sosial. Seperti Raimy dan para ahli lainya menyatakan bahwa, selama proses perawatan klien mungkin mulai sering menganggap bahwa banyak sikap , ide-ide, perasaan, dan motivasi tidak sesuai pada kenyataannya. Distorsi tersebut sering akibat dari kesalahpahaman klien tentang bagaimana "harus" berpikir, merasa, dan bersikap terhadap orang lain. Jika, klient memiliki perasaan positif tentang dirinya, ia akan mengharapkan orang lain untuk bertindak sesuai dengan dirinya. Jika klien memiliki perasaan diri yang negatif, ia akan memproyeksikan perasaan negatif tersebut dalam pikiran dan tingkah laku mengenai dirinya kepada orang lain. Meneliti hubungan antara pekerja dan klien dapat membawa pada  kesadaran klien mengenai kesalahpahaman mtentang dirinyadan bagaimana dia disembuhkan oleh orang lain. Kesalahpahaman tersebut merupakan sebuah subjek yang mungkin untuk dirubah melalui pendekatan kognitif, ini dapat difasilitasi dengan cara mengajarkan kepada klien bagaimana untuk memeriksa asumsi tersebut dengan orang lain yang mengetahui seperti petugas sosial, atau dengan menbantu klien menggidentifikasi tentang pola – pola bagaimana sebuah kesalahpahaman dan distorsi mulai terjadi. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi tentang perkembangan pengalaman klien. Praktisi teori kognitif melihat beberapa fenomena sebagai distorsi kognitif  yang menganggu pertemuan dan hubungan pengobatan.

F. Terapi-Terapi Kognitif
Adapun terapi-terapi yang didasarkan pada teori kognitif antara lain :
1.      Terapi rasional Emotif (RET)
Pendekatan ini menggunakan argumentasi rasional untuk menantang secara langsung dalam keyakinan-keyakinan atau harapan-harapan yang bersifat irasional yang dimiliki klien. Orang yang berada dalam kondisi emosional yang tidak menyenangkan seringkali akan melakukan generalisasi secara berlebihan, memandang sesuatu negatif tanpa alasan yang jelas dan perasaan telah gagal melakukan sesuatu.
Fokus awal terapi adalah membantu klien menyadari self-talk yang irasional dan negatif yang merupakan sumber utama dari emosi-emosi yang tak dikehendaki dan tingkah laku-tingkah laku yang tidak bertanggung jawab. Sesudah pasien menyadari self talk yang irasional, maka ia disuruh dan didorong untuk menantang self talk yang irasional itu dengan suatu self talk lain yang lebih rasional dan positif. Atau secara singkat dapat diakatakan bahwa tujuan terapi adalah menyembuhkan irasionalitas dengan rasionalitas. Individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional.
Meskipun Ellis berpendapat bahwa kebanyakan orang membutuhkan bantuan untuk mengatasi pertahanan-pertahanan mereka dan memaksa mereka untuk menantang respon-respon yang merusak diri mereka sendiri, namun menurut Yustinus Semiun (2006) orang mampu mengubah tingkah laku mereka tanpa bantuan terapis dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
a.       Menilai akibat-akibatnya.
b.      Emosi-emosi seperti kemarahan, kecemasan, dan depresi kelihatannya sering dianggap “wajar”, tetapi tidak harus terjadi.Perhatikan apakah reaksi-rekasi tersebut membantu untuk hidup secaraefektif dan member kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah, dan bukan mempertahankan akibat-akibat negative ini dengan mengemukakan bahwa reaksi-reaksi tersebut harus dialami.
c.       Mengidentifikasi sistem kepercayaan.
d.      Selidiki mana kepercayaan-kepercayaan irasional dengan menanyakan pada diri sendiri mengapa anda merasakan emosi-emosi tertentu. Kalau anda berkonfrontasi dengan kepercayaan-kepercayaan itu, anda dapat menemukan asumsi-asumsi irasional yang menghasilkan akibat-akibat masalah.
e.       Menentang kepercayaan-kepercayaan yang merusak diri sendiri.
f.       Segera setelah mengidentifikasi kepercayaan-kepercayaan yang irasional tersebut, anda menentangnya.
g.      Mempraktekkan cara-cara berpikir yang efektif.
h.      Berusaha supaya terus menerus memeriksa reaksi-reaksi emosional anda terhadap peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi untuk memberikan peluang-peluang supaya menentang kepercayaan-kepercayaan irasional itu dan menggantikannya dengan persepsi-persepsi yang realistik. Praktekkan dan latih terus menerus tingkah laku-tingkah laku yang lebih efektif dan membayangkan akibat-akibat yang lebih menguntungkan.

2.      Terapi Kognitif Beck
Terapis kognitif lainnya yang cukup terkenal adalah Aaron Beck, Sama seperti Ellis, Beck berpendapat bahwa masalah-masalah psikologis terjadi karena pikiran yang tidak logis dan self-talk yang destruktif. Namun, berbeda dengan Ellis dan para psikoanalisis yang mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan supaya memperoleh pemahaman terhadap sumber-sumber dari tingkah laku maladaptif, Beck tetap berada pada kelompok terapis behavioral. Beck lebih memilih pendekatan yang jauh lebih aktif dan berusaha secara langsung berkonfrontasi dengan mengubah tingkah laku yang ada kaitannya dengan kognisi-kognisi yang negatif. Salah satu penerapan yang sangat berhasil dari teori Beck adalah perawatan terhadap depresi. Beck mengidentifikasi beberapa pola pemikiran yang berhubungan dengan depresi, diantaranya: persepsi selektif, generalisasi yang berlebihan, membesar-besarkan, pemikiran hitam-putih (all or nothing thinking).
Adapun langkah-langkah Terapi Kognitif Beck, antara lain:
a.       Klien diminta melihat dan memperhatikan pikiran-pikirannya. Misal, “Bagaimana mungkin hanya aku sendiri saja yang hadir dalam pesta ini” (persepsi selektif) atau “Bila akau tidak mendapat nilai A, maka aku tidak akan mendapat pekerjaan yang dibutuhkan” (pemikiran hitam putih).
b.      Klien dilatih untuk mengatasi pikiran-pikiran yang otomatis ini dengan menguji kenyataan. Klien dan terapis merencanakan cara-cara untuk menguji kepercayaan-kepercayaan ini.

            Seperti disebutkan sebelumnya, tujuan terapi utama dalam teori praktek kerja kognitif sosial adalah untuk membantu klien mengidentifikasi, tantangan, dan mengubah kesalahpahaman, kepercayaan rusak, kesalahan berpikir, yang menciptakan perasaan dan perilaku disfungsional. Dalam publikasi terbaru, Judith Beck merangkum sepuluh prinsip pengobatan  dari pendekatan kognitif untuk pelayanan pekerjaan sosial :
1.      Pengobatan Kognitif  didasarkan pada formulasi berkembang dari klien dan masalah klien dalam hal kognitif.
2.      Pengobatan kognitif memerlukan hubungan pengobatan terapi suara.
3.      Kognitif pengobatan berdasarkan kerjasama dengan partisipasi aktif terapis dan  klien.
4.      Pengobatan kognitif adalah berfokus pada masalah dan berorientasi pada tujuan.
5.      Pengobatan kognitif menekankan kehadiran.
6.      Pengobatan kognitif adalah pendidikan dan berharap untuk mengajarkan klien untuk menjadi penolong sendiri.
7.       Pengobatan kognitif lebih memerlukan waktu yang lebih singkat.
8.      Wawancara pengobatan kognitif yang terstruktur.
9.      Pengobatan kognitif mengajarkan klien untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons secara efektif terhadap pemikiran dan kepercayaan disfungsional.
10.  Pengobatan kognitif menggunakan berbagai teknik pelayanan untuk membantu klien.

G.   Teknik – Teknik dalam Terapi Kognitif
Bagian berikut ini akan memberikan gambaran dari banyak teknik pengobatan yang dapat digunakan dalam praktek terapi kognitif untuk pekerjaan sosial. Semua teknik pengobatan ini tergantung dengan hubungan baiik dalam pengobatan agar berguna dan efektif.
1.      Mengklarifikasi Komunikasi Internal
Mengklarifikasi komunikasi internal adalah prosedur yang sering digunakan dalam pekerjaan sosial kognitif yang dinilai efektif terutama karena menguntungkan klien dalam mendapatkan umpan balik, tentang apa klien fiikirkan dan katakan mengenai diri sendiri. Dengan cara ini, pekerja sosial membantu klien mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari banyak kesalahpahaman dan keyakinan irasional yaitu yang tersembunyi dibalik perilaku klien kepada dirinya dan orang lain. Sekali lagi, ketika kesalahpahaman tersebut menyadarkan klien mereka menjadi bersedia untuk merubahnya melalui pendekatan kognitif. Dalam ilustrasi berikut ini, seorang pekerja sosial menggunakan klarifikasi komunikasi internal untuk membantu seorang ibu dari seorang anak yang berusia sepuluh tahun dalam mengembangkan kesadaran untuk mencegah asumsi yang tersembunyi dan memberikan arahan yang lebih efektif untuk anaknya.
Ibu : Dia mengerikan.
Petugas sosial: Dalam hal yang bagaimana dia mengerikan?
Ibu: Dia tidak akan melakukan apa yang saya katakan. Ketika Saya ingin dia untuk mengambil mainannya, dia mulai berteriak.
Petugas sosial: Lalu apa yang ibu katakan?
Ibu: saya tidak mengatakan apa - apa. Saya kesal.
Petugas sosial: Apakah diam anda berarti dalam situasi seperti itu? Apa artinya?
Ibu : Saya tidak tahu. Saya kira saya merasa bersalah.
Petugas sosial: Bersalah?
Ibu : Ya. Saya tidak tahu .... Saya tidak merasa ... sangat sulit bagi saya untuk menghukum dia. Saya telah membuat banyak kesalahan dan itu tidak mudah baginya. Jadi, Anda tahu ... Saya merasa bersalah ketika saya menghukumnya.
Petugas sosial: bagaimanakah seseorang itu bersalah menuriut anda?
Ibu : [diam] Kegagalan.
Petugas sosial: Apakah anda berfikir anda gagal?
Ibu : [diam] Ya. Sering.
2.      Penjelasan
Penjelasan merupakan prosedur perawatan yang lain yang dapat digunakan untuk membantu klien merubah kesalahpahaman. Dalam pengobatan kerja kognitif sosial, "penjelasan" adalah istilah yang digunakan untuk seperangkat teknik pengobatan yang bertujuan mengajarkan klien tentang  model ABC yang dikembangkan oleh Ellis tentang bagaimana emosi itu bekerja. Mereka membantu klien untuk mengidentifikasi dan menemukan kesalahpahaman dirinya yang dapat menghasilkan emosi disfungsional, dan untuk menantang dan mengubah kesalahpahaman dan ide-ide yang irasional. Ilustrasi berikut memberikan ide  yang lebih spesifik tentang bagaimana penjelasan dapat digunakan oleh praktisi kognitif kerja sosial untuk membantu perubahan klien.
Mrs Smith dirujuk pada layanan kesehatan mental oleh petugas sosial nya di sebuah lembaga kesejahteraan anak. Mrs Smith tampak lesu, banyak tidur pada siang hari, merasa tertekan, memiliki emosi yang meledak - ledak, dan menjadi fobia ketika meninggalkan rumahnya. Para petugas sosial yang merujuk sedang mempertimbangkan untuk sementara waktu memindahkan anak tunggal Mrs Smith dari rumah.
Dalam wawancara pertama mereka, pekerja sosial klinis dan Mrs Smith mampu mengembangkan kepercayaan dirinya. Klien menyatakan bahwa tujuannya untuk mengikuti pengobatan ini adalah untuk menghentikan perasannya yang begitu tertekan. Pekerja sosial menjelaskan kepada Mrs Smith bahwa ada satu alasan dia tidak bisa mampu untuk menghentikan perasaan tertekannya adalah bawa dia tidak tahu bagaimana emosi bekerja dan tentang apa yang mungkin bisa membantu. Kemudian pekerja sosial Mrs Smith menyetujui kontrak dimana pekerja sosial akan mengajarkan klien bagaimana emosi bekerja dan beberapa strategi yang bisa digunakan untuk mengurangi depresi. Mrs Smith setuju untuk menghadiri sesi pengobatan secara teratur dan melakukan pekerjaan rumah yang ditugaskan pekerja. Pekerja klinis kemudian mulai menjelaskan model analisis emosi ABC. Bagian dari percakapan adalah sebagai berikut :
Pekerja Sosial : Jika aku menngatakan ada bom di bawah kursi anda, bagaimana perasaan anda?
Mrs. Smith: Aku akan tertawa.
Pekerja: Anda tidak akan takut?
Mrs. Smith : Tidak, karena saya tidak akan percaya pada anda. .
Pekerja Sosial: Baik. kamu lihat, apa yang kamu percaya atau kamu fikirkan itu yang menyebabkan apa yang kamu rasakan. A adalah apa yang saya katakan tentang bom. B adalah apa yang kamu percaya dan katakan pada diri anda tenta situasi tersebut. C, bagaimana perasaan kamu, yang tergantung pada B, yaitu apa yang anda percaya.
Setelah itu Mrs Smith menyadari bahwa, "dalam teori," emosi disebabkan oleh pikiran dan keyakinan, pekerja sosial menjelaskan bagaimana mnggunakan bentuk pekerjaan rumah yang ditulis untuk membantu menghindari kesalahpahaman yang sering kali digunakan untuk menciptakan depresi yang ia rasakan.
3.      Menulis Pekerjaan Rumah
Menulis pekerjaan rumah sering merupakan cara yang berguna bagi klien yang dapat membaca dan menulis untuk belajar bagaimana menggunakan teori emosi ABC Ellis untuk mengidentifikasi, menantang, dan merubah kesalahpahaman dan konsep diri yang irasional. Bentuk pekerjaan berikut tertulis ini yang dikembangan oleh Maultsby dan sering membantu dalam praktik teori kognitif.

A: Apa acara tersebut?
B: Apa kesalahpahaman saya tentang acara tersebut atau  apa yang bisa saya fikirkan untuk menjelaskan perasaan saya?
C : bagaimana perasaan saya

D1 : apakah diskripsi saya tentang A akurat?
D2 : apakah B rasional? Jika tidak, buktikan itu
E : emosi baru apa yang akan dihasilkan dari D1 dan D2?

Bentuk tersebut dapat digunakan sebagai penjelasan prosedur pengobatan dan sebagai format bagaimana emosi itu terbentuk, yang man dapat membantu klien memechkan masalah emosi yang komplek menjadi masalah yang dapat lebih dimengerti.guntuk   digunakan baik sebagai bagian dari prosedur perawatan penjelasan dan sebagai fraksionalisasi Format Dr emosional, yaitu membantu klien memecah urutan emo-lonal kompleks menjadi masalah yang lebih dimengerti.
4.      Belajar Dari Pengalaman
Belajar dari pengalaman digunakan sebagai sebuah prosedur untuk menantang dan mengubah kesalahpahaman kognitif yang terbaik yang mana dijelaskan oleh prinsip-kognitif disonansi. kognitif disonansi mengacu pada kecenderungan manusia untuk merubah sikap dan keyakinan yang dilakukan dan tampak tidak kongruen dengan perilaku, tindakan, atau gaya hidup mereka. Ketika menggunakan prinsip kognitif disonansi sebagai sebuah cara untuk mengubah kesalahpahaman, seorang praktisi kognitif berusaha membangun situasi perawatan yang akan membantu klien keterlibatan klien dalam tingkah laku tertentu yang selaras dengan kesalahpahaman klien. Keterlibatan klien dalam berperiluku seperti itu, dia akan cenderung untuk menngubah kesalahpahaman. Banyak teknik pengobatan umum yang mungkin didasarkan pada penggunaan pengalaman belajar, dan prinsip kognitif disonansi, termasuk pelatihan ketegasan, terapi sosialisasi pengalaman kelompok, peraturan dalam menjalani peran, psikodrama, pemodelan, bermain peran, dan tugas tugas.
H.  Tipe Klien Dan Masalah Dalam Dalam Teori Kognitif
Teori kognitif merupakan teori psikososial yang melihat setiap klien dari kepribadiannya dan merupakan cermin dari lingkungannya, yang berorientasi pada realita keseluruhan klien tersebut. Dalam melakukan pelayanan terapi kognitif, seorang praktisi akan menemukan banyak tipe klien seperti tidak berpendidikan atau terpelajar, kaya atau miskin, jujur atau yang tidak jujur, ataupun klien yang terbuka maupun yang tertutup dengan masalahnya. Terkadang seorang terapis juga sulit jika dihadapkan dengan keadaan seorang klien yang tidak bisa menjelaskan tentang persepsi, emosi, tujuan  yang sebenarnya dari kehidupannya, baik itu seorang anak ataupun remaja. Dalam Teori kognitif dinyatakan bahwa setiap klien lebih banyak perbedaannya daripada kesamaanya hal ini terlihat dari bahwa setiap klien merupakan tampilan dari kombinasi tujuan, persepsi dan gaya hidup. Meskipun setiap individu unik tetapi perkembangan dari setiap individu berbeda.
Latar belakang masalah yang dimiliki serta kebutuhan akan sesuatu yang harus dikerjakan akan sangat berbeda dari setiap orang. Salah satu tujuan dari terapi kognitif adalah agar klien memperoleh kesadaran tentang dunianya, yaitu orang lain dan dirinya sendiri. Tujuan yang lain adalah untuk memberikan kemungkinan terhadap klien untuk memutuskan apa yang seharusnya dia lakukan mengenai masalahnya dan melakukan hal tersebut. Tujuan ini sangat kontras dengan pendidikan lainnya yang mengajarkan ketidaksadaran ataupun untuk menerima salah satu dari dua atau tiga penjelasan mengenai masalahnya. Seseorang yang phobia, kecanduan atau ketergantungan serta psikosis merupakan masalah yang biasanya disembuhkan dengan pendekatan pelayanan tertentu, sedangkan teri kognitif mencakup keseluruhan. Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan dari teori kognitif yang sangat luas dibanding teori lainnya tadi maka dapat dikatakan bahwa teori ini sangat cocok untuk diterapkan pada lembaga penanganan sosial ataupun kesehatan mental. Dengan fokus pada pemahaman realitas dan melakukan aksi untuk masalah, sangat dihubungkan dengan fungsi pekerja sosial dalam lembaga pertolongan umum, panti anak, klinik psikiater, rumah sakit, sekolah, departemen hukum, pemberdayaan keluarg dan dalam aksi program sosial.
Dalam teori kognitif kesadaran merupakan hal yang paling menentukan tingkah laku seorang, tetapi kesadaran mengaenai dirinya dibentuk dari masyarakat yang luas, lingkungan terdekat, hubungan antar individu, dan pengalaman individu. Perluasan dari bahwa aksi sosial merubah apa yang terjadi diluar kehidupan seseorang, adalah bahwa kesadaran akan mengubah dan menghasilkan perubahan pada emosi, tujuan dan tingkah laku. Modifikasi dari lingkungan yang positif akan memungkinkan kehidupan sesorang untuk lebuh baik termasuk dari kondisi fisik dan kebahagiaan seseorang. Secara tidak langsung dalam teori ini seorang pekerja sosial harus membuat cara yang mudah untuk klien, secara langsung atau referal yang mana pelayanan konkret ini diguanakan untuk membantu bila ada tekanan dari luar yang dapat memberikan pengaruh buruk bagi kestabilan emosi. Konseling dan pelayanan yang konkret merupakam level yang terbaik yang ada dalam proses terpai dibandingkan dengan konseling secara sendiri.
I.       Implikasi Teori Kognitif untuk pengobatan Laiannya dan penelitian Pekerjaan Sosial
Teori kognitif merupakan teori yang berorientasi pada realitas, ini dapat digunakan sebagai suatu petunjuk untuk berbagai bentuk pengobatan : individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Setiap pengobatan tertuju pada situasi yang ada pada setiap orang, yaitu hubungan antara kenyataan dengan persepsi dan dengan resolusi dari masalah dengn tindakan yang dilakukan. Tidak hanya individu, tetapi kelompok kecil dan kelompok yang besar juga dapat dimengerti dengan secara jelas melalui persepsi mereka, tujuan dan pola dasar (gaya hidup). Pesepsi, tujuan, dan pola, merupakan hal yang utama dalam teori ini.
Teori kognitif juga berimplikasi untuk penilitian pekerjaan sosial, khususnya  untuk usaha membandingkan keefektifan dengan pendekatan pengobatan lain yang berbeda dan berusaha untuk mengukur perubahan klien setelah melakukan pengobatan. Teori ini menjelaskan bahwa seeorang dapat dimengerti secara akurat melalui fikirannya, tujuan, emosi, dan pengalaman, yang menghasilkan perilaku. Dari pandangan penelitian, ini merupakan hal yang objektif karena penelitian lain mencoba untuk membatasi melalui cara yang sama. Mereka meninggalkan ruangan kecil untuk penilaian pribadi oleh peneliti, jika hal tersebut merupan salah satu yang berguna untuk menyetarakan kontrol dengan pengalaman individu, kita menghindari penyetaraan tersebut. Jika hal tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari apa yang terjadi kepada klien sebaelum dan sesudan melakukan pengobatan itu metupakan hal yang benar menurut penelitian. Kita tidak membuat terkaan mengenai fenomena ketidaksadaran tetapi membandingkan diri klien saat ini dengan cara yang dia gunakan, dalam hubungannya dengan hal tertentu yang objektif karena dengan orientasinya pada realita, teori kognitif mempunya banyak petunjuk untuk penelitian yang objektif.
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
 Teori kognitif mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran lingkungan selama proses pembelajaran. Perilaku yang tidak tepat biasanya timbul sebagai hasil mispersepsi dan kesalahpahaman. Terapi dilakukan untuk memperbaiki kesalahpahaman, sehingga perilaku kita sesuai dengan lingkungan sekitar kita. Dalam teori kognitif  ide-ide yang ada didalamnya bukan diciptakan oleh hanya satu atau dua individu saja. Menurut Scott (1989), pendekatan-pendekatan yang berbeda termasuk anggapan Beck terhadap pikiran tentang diri kita sendiri yang terganggu, kehidupan dan masa depan kita yang membuat kita depresi atau gelisah, fokus Ellis pada keyakinan-keyakinan yang tidak rasional tentang dunia.
Sejak awal perkembangannya teori kognitif sudah mempengaruhi praktik pekerjaan sosial, tujuan dari pelayanan yang dilakukan pekerja sosial adalah untuk membantu klien belajar menjadi konselor sendiri dan menggunakan konsep-konsep teori kognitif untuk secara konsisten memahami diri dan mengontrol emosi dan perilaku. Dalam teori kognitif terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan pada saat melakukan terapi yaitu klarifikasi komunikasi internal, penjelasan, menulis pekerjaan rumah, dan belajar pengalaman. Selain itu terapi-terapi yang menggunakan teori kognitif yaitu terapi rasional kognitif dan terapi kognitif Beck. Teori kognitif juga berimplikasi terhadap pendekatan pelayanan lainnya serta terhadap penelitian dalam pekerjaan sosial.

B.                Saran
            Dalam praktek pekerjaan sosial sekarang ini begitu banyak permasalahan sosial yang dihadapi, maka dari itu perlunya pemahaman tentang teori kognitif bagi pekerja sosial guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh klien. Dalam teori kognitif konsep utamanya adalah tingkahlaku yang dilakukan oleh manusia merupakan akibat dari apa yang orang fikirkan, katakan dan perkiraan mengenai diri sendiri dan situasi sosial di sekitar mereka. Sehingga pekerja sosial dalam melakukan proses pertolongan dapat menggunakan konsep tersebut dalam membantu klien merubah sikap-sikapnya sehingga masalah klien dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Turner, Francis J.1974. Social  Work Treatment : Interlooking Theoretica Approaches. New York: The Free Press.
                                        1996. Social  Work Treatment. New York: The Free Press.




















Share:

0 comments:

Post a Comment

ulya rahman

fabiayyi ala irobbikuma tukadziban

BTemplates.com

Powered by Blogger.

ulya rahman ,anak rantau dari kota demak