BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Teori Kognitif adalah bagian perkembangan teori dan
terapi perilaku, baru-baru ini diciptakan dalam teori pembelajaran sosial. Ia
juga tumbuh dari perkembangan-perkembangan terapis secara pragmatis,
dikemukakan oleh penulis seperti Beck (1989) dan Ellis (1962), yang mengkaji
kondisi-kondisi psikiatris seperti kegelisahan dan depresi. Teori kognitif
mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran
lingkungan selama proses pembelajaran. Perilaku yang tidak tepat biasanya
timbul sebagai hasil mispersepsi dan kesalahpahaman.
Dalam teori kognitif juga membahas
munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya—dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstrutivisme, yang
berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat
bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia.
Pendekatan
kognitif dalam praktek pekerjaan sosial didasarkan pada gagasan bahwa pemikiran seseorang adalah penentu
utama emosi dan
perilaku. sehingga dalam teori
kognitif praktisi pekerjaan sosial
percaya bahwa pelayanan yang baik
dalam pekerjaan sosial mencakup usaha
yang diarahkan untuk membantu klien
mengidentifikasi, memandang, dan mengubah pola pikir
akibat dari suatu bentuk disfungsional emosi, perilaku, dan
pemecahan masalah. Werner menyatakan, bahwa teori kognitif lebih
merupakan orientasi yang
konsisten dan koheren untuk
memahami fungsi manusia dan
perubahan manusia yang mencakup kontribusi ide – ide dari individu yang berbeda. Oleh kaena itu teori kognitif sangat membantu
pekerja sosial dalam melakukan proses pelayanan terhadap klien sehingga sngt
penting untuk dipelajari dan dipahami.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian teori kognitif?
2.
Bagaimanakah
sejarah perkembangan teori kognitif?
3.
Apa
saja konsep utama dalam teori kognitif?
4.
Bagaimana
hubungan teori kognitif dengan praktik pekerjaan sosial?
5.
Bagaimana
hubungan praktisi kognitif dengan klien?
6.
Apa
saja macam – macam terapi kofnitif?
7.
Bagaimanakah
tipe klien dan masalah yang dapat diatasi dengan pendekatan teori kognitif?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
:
1. Makalah dibuat dengan tujuan
untuk menjelaskan pengertian teori kognitif
2. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan
tori kognitif
3. Untuk memahami konsep utama dalam
teori kognitif
4. Untuk menjelaskan hubungan teori
kognitif dengan praktik pekerjaan sosial
5. Untuk memaparkan hubungan
praktisi kognitif dengan klient dalam praktik teori kognitif
6. Untuk mengetahui macam – macam terapi
– terapi kognitif
7. Untuk menjelaskan tipe klien dan
masalah dalam teori kognitif
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep
abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut
yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa
suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan
dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Tiga hal yang perlu diperhatikan jika
kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah :
- Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari kontrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas.
- Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas.
- Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling berhubungan.
Sedangkan
menurut John W Creswel, Teori adalah serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Pada intinya teori
merupakan sepernagkat pernyataan tentang hubungan diantara variabel yang
menunjukan pemahaman sistematis terhadap perilaku, kejadian, keadaan dan
memberikan penjelasan mengapa sesuatu itu terjadi.
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan
bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni
persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.
Sedangkan
menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif
adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya”.
Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut
para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat
dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan
lingkungannya. Teori kognitif mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
persepsi atau penafsiran lingkungan selama proses pembelajaran. Perilaku yang
tidak tepat biasanya timbul sebagai hasil mispersepsi dan kesalahpahaman.
B.
Sejarah
Perkembangan
Praktisi
dan terapis kognitif pertama kali adalah Alfred Adler. Adler
bekerja dengan Sigmud Freud yang mana merupakan anggota penting dari gerakan psikoanalitik
di Wina. Adler berpisah dari Freud karena
sejumlah alasan. Adler percaya bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan yang utuh dan
tidak bertentangan dengan diri manusia sendiri. Adler juga
tidak setuju dengan pemahaman Freud mengenai motivasi manusia. Adler percaya bahwa orang terutama
dimotivasi oleh dorongan sosial bukan oleh dorongan
seksual. Adler juga percaya bahwa
kognisi manusia adalah jauh lebih penting daripada yang disarankan oleh Freud. Bagi
Adler, perilaku seseorang dibentuk oleh "gaya hidup". Bagi Adler, gaya hidup
terdiri dari ide-ide seseorang dan keyakinan tentang diri sendiri, konsep diri yang ideal, sebagaimana
bahwa orang itu adalah “gambar dari dunia”, gaya hidup juga mencakup gagasan kognitif
tentang bagaimana "cara yang benar"
untuk memecahkan masalah dan bertahan
hidup. Untuk Adler, psikoterapi dan pelayanan manusia harus mencakup pemahaman yang mendalam dari asumsi gaya hidup klien yang akan dirubah. Alfed Adler dianggap
oleh banyak orang sebagai seseorang yang pertama
kali mengenalkan teori kognitif profesi kejiwaan.
Pada tahun 1954,
Joseph Furst melaporkan neurosis yang merupakan distorsi dan atau pembatasan
kesadaran dan pengobatan yang harus dianggap sebagai "psikoterapi
rasional" yang membantu suatu distorsi perubahan kognitif klien dan
memperluas kesadaran.
Dalam akhir 1950-an dan awal 1960-an, Albert Ellis melaporkan bahwa emosi disfungsional adalah reaktif terhadap jenis kuat evaluasi berpikir. Ellis percaya bahwa efektivitas psikoterapi dan konseling meliputi bantuan dari penyedia layanan yang berfokus pada klien dengan cara mengidentifikasi serta mengubah pemikiran yang disfungsional dan kognisi terdistorsi. William Glasse dengan pendekatan psikoterapi, yang dia sebut "terapi realitas," juga menjadi pendekatan yang populer untuk psikoterapi kognitif dan kesehatan mental. Glasser berpendapat bahwa ada dua kebutuhan dasar manusia: memberi dan menerima cinta dan berperilaku yang memungkinkan seseorang merasa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Menurut Glasser, psikoterapi yang efektif adalah membantu klien menemukan cara untuk mengubah, untuk menggunakan pemikiran, untuk mengidentifikasi tujuan dari tindakan yang telah klien lakukan agar dapat dipertanggung jawabkan. Maxie Maultsby ahli profesional kesehatan mental yang lain telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori kognitif. Maultsby dalam bukunya, menguraikan pendekatan untuk terapi perilaku rasional. Arnold Lazarus'z melakukan praktek yang sangat berpengaruh terhadap terapi kognitif sehingga sering dianggap sebagai penjelasan yang paling sistematis, komprehensif, dan berguna dari penggunaan teori kognitif dalam memfasilitasi perubahan manusia. Don Tosia adalah seorang psikoterapis kognitif yang telah memberikan kontribusi besar dalam, integrasi hipnosis dan terapi kognitif. Pendekatan yang dikembangkan oleh Tosia disebut tahap rasional menuju hipnoterapi dan menggunakan tahapan kesadaran, pengembangan keterampilan, perbaikan keterampilan, dan pengalihan untuk membantu perubahan kognisi klien. Victor Raimy adalah seorang psikoterapis yang telah menggunakan teori kognitif untuk memahami, konsep diri dan konsep perubahan diri. Dalam karya Raimy, hubungan antara klien dan terapis dapat digunakan untuk membantu klien mengubah tantangan dan kesalahpahaman kognitif klien.
Dalam akhir 1950-an dan awal 1960-an, Albert Ellis melaporkan bahwa emosi disfungsional adalah reaktif terhadap jenis kuat evaluasi berpikir. Ellis percaya bahwa efektivitas psikoterapi dan konseling meliputi bantuan dari penyedia layanan yang berfokus pada klien dengan cara mengidentifikasi serta mengubah pemikiran yang disfungsional dan kognisi terdistorsi. William Glasse dengan pendekatan psikoterapi, yang dia sebut "terapi realitas," juga menjadi pendekatan yang populer untuk psikoterapi kognitif dan kesehatan mental. Glasser berpendapat bahwa ada dua kebutuhan dasar manusia: memberi dan menerima cinta dan berperilaku yang memungkinkan seseorang merasa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Menurut Glasser, psikoterapi yang efektif adalah membantu klien menemukan cara untuk mengubah, untuk menggunakan pemikiran, untuk mengidentifikasi tujuan dari tindakan yang telah klien lakukan agar dapat dipertanggung jawabkan. Maxie Maultsby ahli profesional kesehatan mental yang lain telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori kognitif. Maultsby dalam bukunya, menguraikan pendekatan untuk terapi perilaku rasional. Arnold Lazarus'z melakukan praktek yang sangat berpengaruh terhadap terapi kognitif sehingga sering dianggap sebagai penjelasan yang paling sistematis, komprehensif, dan berguna dari penggunaan teori kognitif dalam memfasilitasi perubahan manusia. Don Tosia adalah seorang psikoterapis kognitif yang telah memberikan kontribusi besar dalam, integrasi hipnosis dan terapi kognitif. Pendekatan yang dikembangkan oleh Tosia disebut tahap rasional menuju hipnoterapi dan menggunakan tahapan kesadaran, pengembangan keterampilan, perbaikan keterampilan, dan pengalihan untuk membantu perubahan kognisi klien. Victor Raimy adalah seorang psikoterapis yang telah menggunakan teori kognitif untuk memahami, konsep diri dan konsep perubahan diri. Dalam karya Raimy, hubungan antara klien dan terapis dapat digunakan untuk membantu klien mengubah tantangan dan kesalahpahaman kognitif klien.
C.
Konsep
Utama dalam Teori Kognitif
Dalam pendekatan kognitif untuk praktik
pekejaan sosial konsep utamanya adalah bahwa emosi manusia adalah akibat
langsung dari apa yang difikirkan, dikatakan, diasumsikan, ataupun kepercayaan
tentang diri sendiri dan situasi sosial disekitar manusia. Alber ellis
merumuskan teori kognitif “ABC” berdasarkan konsep kognitif primer. A merupakan
proses pengaktifan, B mewakili apa yang orang percaya, apa yang orang fikirkan
serta konsep diri mereka, C merupakan konsekuensi emosional dari keyakinan
tersebut. Ketika keyakinan mereka terganggu atau tidak rasional orang akan
mengembanngan emosi yang disfungsional sehingga mempengaruhi cara mereka dalam
berperilaku. Dalam praktik pekerjaan sosial itu merupakan tanggung jawab
pekerja sosial untuk membantu klien dalam mengubah kognisi atau keyakinan yang
terganggu serta konsep diri yang menciptakan emosi yang disfungsional dalam
perilaku seseorang. Raimy menyatakan konsep utama teori kognitif dengan cara
yang berbeda. Menurut pandangan Raimy emosi dan tingkah laku manusia yang
disfungsional merupakan akibat dari “kesalahpahaman” tentang diri mereka
sendiri dan tentang situasi lingkungan. Raimy juga percaya bahwa emosi yang
disfungsional dapat diubah ketika seseorang dapat merasakan emosi tersebut dan
mampu mengoreksi kesalahpahaman itu.
Konsep
dasar yang ke dua dalam teori kognitif adalah bahwa banyak kesalahpahaman,
ketidakrasionalan berfikir, dan kognisi yang terdistribusi berada diluar
kesadaran seseorang. Akibatnya dalam banyak kasus banyak klien yang tidak tahu
tentang pikiran, ide, keyakinan, dan kesalahpahaman yang dapat menciptakan
emosi yang tidak menyenangkan atau disfungsional. Maultsby menggunakan contoh
belajar mengemudi mobil untuk menggambarkan fenomena ini. Ketika seseorang
pertama kali belajar mengendarai mobil, ia mempunyai banyak fikiran dan konsep
tentang mengemudi. Orang akan secara aktif memberitaghu dirinyaa menginjak rem
atau memutar kemudi untuk menghentikan atau menjalankan. Setelah jangka waktu
tertentu pesan-pesan ini menjadi begitu baik sehingga akan terjadi secara
otomatis dan umumnya ada di luar kesadaran seseorang. Proses yang serupa
terjadi dalam perkembangan emosi disfungsional manusia. Praktek seseorang dan
belajar dari kesalahpahaman serta ketidakraasionalan diri dalam teori kognitif
akan menjadi otomaatis dan menciptakan emosi yang disfungsional tanpa kesadaran
orang terhadap kesalahpahamannya, keyakinan yang irasional dan pesan-pesan yang
irasional terhadap diri sendiri. Sehingga untuk membantu klien dalam belajar
untuk mengubah disfungsional praktisi pekerjaan sosial harus membawa klien
kedalam kesadaran yang aktif dan keyakinan dari dalam kesalahpahaman yang
menciptakan dan memelihara emosi disfungsional.
Meskipun
para praktisi teori kognitif menganggap bahwa emosi disfungsional merupakan
akibat langsung dari kesalahpahaman dan keyakinan yang irasional, dalam konsep
teori kognitif yang ketiga menyatakan bahwa ada pengecualian dalam hal
tersebut. Emosi disfungsional mungkin terjadi karna akibat dari masalah
organik, fisiologis, newologis ataupun kimia. Contoh masalah tersebut misalnya
adalah ketidakseimbangan tiroid, ketidakseimbangan gula darah, kerusakan
jaringan otak, kekurangan gizi, asupan defression dan skizofrenia, dan masalah
fisik yang dapat membuat ketidakseimbangan dalam otak.
Konsep
yang ke empat adalah bahwa tidak semua emosi yang tidak menyenangkan merupakan
emosi disfungsional dan semua emosi yang menyenangkan adalah emosi yang
fungsional. Maultsby menggambarkan hal ini dengan contoh orang yang sangat
senang ketika dekat ular yang berbisa. Seorang individu yang biasanya melihat
bahwa ular itu akan menggigit akan mengatakn pada dirinya bahwa ular tersebut
tidak berbahaya. Kesalahpahaman ini akan menghasilkan emosi menyenangkan yang
disfungsional karena orang tersebut tidak merasa takut dan menjauh dari ular
yang berbahaya. Dalam situasi ini perasaan bahagia adalah disfungsional karan
didasarkan pada kesalahpahaman berfikir bahwa ular tersebut tidak berbahaya.
Karena
sebagian praktisi pekerja sosial kognitif berpendapat bahwa fungsi dari setiap
keadaan emosional adalah rasionalitas, praktisi dan klien bisa mendapatkan
keuntungan dari definisi dasar dari sebuah pemikiran rasional sebagai lawan
kesalahpahaman. Maultsby mendefinisikan kognisi rasional setriap pemikiran,
ide, keyakinan, sikap atau pernyataan pada diri didasarkan pada realita yang
objektif, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan seseorang dan itu akan
mengurangi koinflik internal dan konflik dengan orang lain secara signifikan.
D.
Hubungan
Teori Kognitif dengan Praktik Pekerjaan Sosial
Teori
kognitif merupakan kategori yang umum dimana di dalamnya terdapat pandangan
Adler mengenai psikologi individu, pendapat Ellis tentang psikoterapi rasional,
terapi realitas Glasser serta gagasan lain tentang perilaku dan emosi merupakan
akibat dari berpikir. Dari awal berkembangnya teori kognitif sudah mempengaruhi
praktik pekerjaan sosial. Meski teridentifikasi atau tidak namun metode dalam
teori kognitif pada saat ini banyak digunakan oleh pekerja sosial. Pekerja sosial
biasanya menggunakan teori kognitif dalam hal berikut ini :
1. Menghubungkan
perilaku klien dengan pikiran, emosi dan tujuan klien, tanpa menggunakan
kekuatan ketidaksadaran.
2. Membuat
diagnosis dalam rangka distorsi atau batasan pemikiran klien.
3. Mencari
potensi klien yang kemudian menggunakan potensi tersebut untuk mengatasi
masalahnya.
4. Mengarahkan
klien dalam mencoba beberapa pengalaman yang mana dapat mengubah ketidakakuratan
persepsi klien.
5. Menyatakan
bahwa setiap perilaku klien dibentuk oleh tujuan pribadinya daripada dorongan
biologi.
6. Bekerja
untuk meraih apa yang ingin klien rubah dari dirinya.
7. Meminta
kepeda klien untuk membuat tanggung jawab atas perilakunya,
Dalam pendekatan teori kognitif
dengan praktek pekerjaan sosial, perubahan manusia terjadi ketika praktisi
pekerjaan sosial mampu memfasilitasi proses refleksi kognitif di mana klien
mengidentifikasi, tantangan, dan kesalahpahaman perubahan, kepercayaan rusak,
menyimpang, kognisi, dan berbicara diri irasional telah menciptakan emosi dan
perilaku dysfuncional. Dalam pendekatan teori kognitif untuk pengobatan kerja
dukungan sosial, emosional yang diberikan oleh penolong kepada klien dianggap berguna
dan penting tetapi aspek ini bukan
merupakan inti dari pengobatan. Dalam pendekatan kognitif untuk pengobatan
pekerjaan sosial, advokasi, dan modifikasi lingkungan yang dianggap penting dan
berguna, dapat membantu klien untuk mengidentifikasi, menantang, dan mengubah
kesalahpahaman kognitif tetap merupakan agen utama perubahan.
Dalam pendekatan kognitif untuk
pengobatan pekerjaan sosial, proses membantu klien meupakan pendidikan yang
pokok. yang disfungsional. Akibatnya, praktisi kognitif dengan serius berusaha
untuk "memberdayakan Tujuan dari pengobatan, adalah untuk membantu klien
belajar menjadi konselor sendiri dan menggunakan konsep-konsep teori kognitif
untuk secara konsisten memahami diri dan mrngontrol emosi dan perilaku "
klien mereka dengan memberi mereka penjelasan kognitif untuk tujuan penguasaan,
kontrol, dan swadaya. Ellis, beck, dan, maultsby dalam program kelompok pendidikan untuk melengkapi kerja
kasus, konseling, dan psikoterapi yang khusus mengenai kebutuhan klien untuk
belajar keterampilan intervensi kognitif untuk penguasaan diri, pemberdayaan,
dan kontrol.
E.
Hubungan Praktisi Kognitif Dan Klien Dalam Praktik Teori
Kognitif
Dalam praktik teori kognitif, hubungan antara klien dan
Praktisi merupakan suatu bagian yang penting dari proses pengobatan. Hubungan
yang terjadi dalam pengobatan memungkinkan klien untuk belajar dan memberikan
kesempatan pada klien untuk melihat diri dan dunia dengan cara yang berbeda.
Dalam hubungan
perawatan terdapat dua cara utama sebagai alat yang ampuh untuk membantu
perubahan klien dari kesalahpahaman kognitif yang menghasilkan emosi dan
perilaku disfungsional. Pertama, unsur pendukung dalam hubungan pengobatan memberikan
pesan terhadap klien mengenai posisi pekerja sosial tentang kapasitas nya untuk
membantu meningkatkan keberfungsian sosial dan nilai sebagai manusia dari diri
klien. Pada saat ini pekerja sosial membutuhkan waktu untuk bersama klien,
menunjukkan minat pada klien sebagai pribadi, dan merespon klien dengan empati
dan kepedulian. Menurut Rairtry, rendah diri merupakan respon emosional yang
dihasilkan terutama dari kesalahpahaman negatif klien tentang diri. Proses
kognitif akan terputus ketika pekerja sosial menunjukkan keyakinan bahwa
memberikan penghargaan, dukungan, dan dorongan selama proses pengobatan kepada
klien merupakan hal yang penting.
Cara kedua di mana hubungan pengobatan dapat digunakan untuk
membantu merubah kesalahpahaman klien dengan berfokus pada distorsi dalam
hubunganya antara klien dan pekerja sosial. Seperti Raimy dan para ahli lainya
menyatakan bahwa, selama proses perawatan klien mungkin mulai sering menganggap
bahwa banyak sikap , ide-ide, perasaan, dan motivasi tidak sesuai pada
kenyataannya. Distorsi tersebut sering akibat dari kesalahpahaman klien tentang
bagaimana "harus" berpikir, merasa, dan bersikap terhadap orang lain.
Jika, klient memiliki perasaan positif tentang dirinya, ia akan mengharapkan
orang lain untuk bertindak sesuai dengan dirinya. Jika klien memiliki perasaan
diri yang negatif, ia akan memproyeksikan perasaan negatif tersebut dalam
pikiran dan tingkah laku mengenai dirinya kepada orang lain. Meneliti hubungan antara
pekerja dan klien dapat membawa pada
kesadaran klien mengenai kesalahpahaman mtentang dirinyadan bagaimana
dia disembuhkan oleh orang lain. Kesalahpahaman tersebut merupakan sebuah
subjek yang mungkin untuk dirubah melalui pendekatan kognitif, ini dapat
difasilitasi dengan cara mengajarkan kepada klien bagaimana untuk memeriksa
asumsi tersebut dengan orang lain yang mengetahui seperti petugas sosial, atau
dengan menbantu klien menggidentifikasi tentang pola – pola bagaimana sebuah
kesalahpahaman dan distorsi mulai terjadi. Hal ini dapat dilakukan melalui
diskusi tentang perkembangan pengalaman klien. Praktisi teori kognitif melihat
beberapa fenomena sebagai distorsi kognitif
yang menganggu pertemuan dan hubungan pengobatan.
F. Terapi-Terapi
Kognitif
Adapun terapi-terapi yang didasarkan pada
teori kognitif antara
lain
:
1. Terapi
rasional Emotif (RET)
Pendekatan ini menggunakan argumentasi rasional untuk
menantang secara langsung dalam keyakinan-keyakinan atau harapan-harapan yang
bersifat irasional yang dimiliki klien. Orang yang berada dalam kondisi
emosional yang tidak menyenangkan seringkali akan melakukan generalisasi secara
berlebihan, memandang sesuatu negatif tanpa alasan yang jelas dan perasaan
telah gagal melakukan sesuatu.
Fokus awal terapi adalah membantu klien menyadari
self-talk yang irasional dan negatif yang merupakan sumber utama dari
emosi-emosi yang tak dikehendaki dan tingkah laku-tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab. Sesudah pasien menyadari self talk yang irasional, maka ia
disuruh dan didorong untuk menantang self talk yang irasional itu dengan suatu
self talk lain yang lebih rasional dan positif. Atau secara singkat dapat
diakatakan bahwa tujuan terapi adalah menyembuhkan irasionalitas dengan
rasionalitas. Individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber
ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai
kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional.
Meskipun
Ellis berpendapat bahwa kebanyakan orang membutuhkan bantuan untuk mengatasi
pertahanan-pertahanan mereka dan memaksa mereka untuk menantang respon-respon
yang merusak diri mereka sendiri, namun menurut Yustinus Semiun (2006) orang
mampu mengubah tingkah laku mereka tanpa bantuan terapis dengan mengikuti
langkah-langkah berikut:
a. Menilai akibat-akibatnya.
b. Emosi-emosi seperti kemarahan, kecemasan, dan depresi
kelihatannya sering dianggap “wajar”, tetapi tidak harus terjadi.Perhatikan
apakah reaksi-rekasi tersebut membantu untuk hidup secaraefektif dan member
kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah, dan bukan mempertahankan
akibat-akibat negative ini dengan mengemukakan bahwa reaksi-reaksi tersebut
harus dialami.
c. Mengidentifikasi sistem kepercayaan.
d. Selidiki mana kepercayaan-kepercayaan irasional dengan
menanyakan pada diri sendiri mengapa anda merasakan emosi-emosi tertentu. Kalau
anda berkonfrontasi dengan kepercayaan-kepercayaan itu, anda dapat menemukan
asumsi-asumsi irasional yang menghasilkan akibat-akibat masalah.
e. Menentang kepercayaan-kepercayaan yang merusak diri
sendiri.
f. Segera setelah mengidentifikasi
kepercayaan-kepercayaan yang irasional tersebut, anda menentangnya.
g. Mempraktekkan cara-cara berpikir yang efektif.
h. Berusaha supaya terus menerus memeriksa reaksi-reaksi
emosional anda terhadap peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi untuk
memberikan peluang-peluang supaya menentang kepercayaan-kepercayaan irasional
itu dan menggantikannya dengan persepsi-persepsi yang realistik. Praktekkan dan
latih terus menerus tingkah laku-tingkah laku yang lebih efektif dan
membayangkan akibat-akibat yang lebih menguntungkan.
2. Terapi
Kognitif Beck
Terapis kognitif lainnya yang cukup terkenal
adalah Aaron Beck, Sama seperti Ellis, Beck berpendapat bahwa masalah-masalah
psikologis terjadi karena pikiran yang tidak logis dan self-talk yang
destruktif. Namun, berbeda dengan Ellis dan para psikoanalisis yang mendorong
klien untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan supaya
memperoleh pemahaman terhadap sumber-sumber dari tingkah laku maladaptif, Beck
tetap berada pada kelompok terapis behavioral. Beck lebih memilih pendekatan
yang jauh lebih aktif dan berusaha secara langsung berkonfrontasi dengan
mengubah tingkah laku yang ada kaitannya dengan kognisi-kognisi yang negatif.
Salah satu penerapan yang sangat berhasil dari teori Beck adalah perawatan
terhadap depresi. Beck mengidentifikasi beberapa pola pemikiran yang
berhubungan dengan depresi, diantaranya: persepsi selektif, generalisasi yang
berlebihan, membesar-besarkan, pemikiran hitam-putih (all or nothing thinking).
Adapun
langkah-langkah Terapi Kognitif Beck, antara lain:
a. Klien diminta melihat dan memperhatikan
pikiran-pikirannya. Misal, “Bagaimana mungkin hanya aku sendiri saja yang hadir
dalam pesta ini” (persepsi selektif) atau “Bila akau tidak mendapat nilai A,
maka aku tidak akan mendapat pekerjaan yang dibutuhkan” (pemikiran hitam
putih).
b. Klien dilatih untuk mengatasi pikiran-pikiran yang
otomatis ini dengan menguji kenyataan. Klien dan terapis merencanakan cara-cara
untuk menguji kepercayaan-kepercayaan ini.
Seperti
disebutkan sebelumnya, tujuan terapi utama
dalam teori praktek kerja kognitif sosial adalah untuk
membantu klien mengidentifikasi,
tantangan, dan mengubah kesalahpahaman, kepercayaan rusak, kesalahan berpikir, yang menciptakan perasaan
dan perilaku disfungsional. Dalam publikasi terbaru, Judith Beck merangkum
sepuluh prinsip pengobatan dari pendekatan
kognitif untuk pelayanan pekerjaan sosial :
1.
Pengobatan Kognitif didasarkan pada formulasi berkembang dari klien dan
masalah klien dalam hal kognitif.
2.
Pengobatan
kognitif memerlukan hubungan pengobatan
terapi suara.
3. Kognitif
pengobatan berdasarkan kerjasama dengan partisipasi aktif terapis dan klien.
4.
Pengobatan
kognitif adalah berfokus pada masalah
dan berorientasi pada tujuan.
5. Pengobatan
kognitif menekankan kehadiran.
6.
Pengobatan
kognitif adalah pendidikan
dan berharap untuk mengajarkan klien untuk menjadi penolong sendiri.
7.
Pengobatan kognitif lebih memerlukan
waktu yang lebih singkat.
8. Wawancara
pengobatan kognitif yang terstruktur.
9.
Pengobatan
kognitif mengajarkan klien untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons
secara efektif terhadap pemikiran dan kepercayaan disfungsional.
10. Pengobatan
kognitif menggunakan berbagai teknik
pelayanan untuk membantu
klien.
G. Teknik – Teknik dalam Terapi Kognitif
Bagian
berikut ini akan memberikan gambaran dari banyak teknik pengobatan yang dapat
digunakan dalam praktek terapi kognitif untuk pekerjaan sosial. Semua teknik
pengobatan ini tergantung dengan hubungan baiik dalam pengobatan agar berguna
dan efektif.
1.
Mengklarifikasi Komunikasi Internal
Mengklarifikasi komunikasi internal
adalah prosedur yang sering digunakan dalam pekerjaan sosial kognitif yang dinilai
efektif terutama karena menguntungkan klien dalam mendapatkan umpan balik,
tentang apa klien fiikirkan dan katakan mengenai diri sendiri. Dengan cara ini,
pekerja sosial membantu klien mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari
banyak kesalahpahaman dan keyakinan irasional yaitu yang tersembunyi dibalik
perilaku klien kepada dirinya dan orang lain. Sekali lagi, ketika
kesalahpahaman tersebut menyadarkan klien mereka menjadi bersedia untuk
merubahnya melalui pendekatan kognitif. Dalam ilustrasi berikut ini, seorang
pekerja sosial menggunakan klarifikasi komunikasi internal untuk membantu seorang
ibu dari seorang anak yang berusia sepuluh tahun dalam mengembangkan kesadaran
untuk mencegah asumsi yang tersembunyi dan memberikan arahan yang lebih efektif
untuk anaknya.
Ibu : Dia mengerikan.
Petugas sosial: Dalam hal yang bagaimana dia mengerikan?
Ibu: Dia tidak akan melakukan apa yang saya katakan. Ketika Saya
ingin dia untuk mengambil mainannya, dia mulai berteriak.
Petugas sosial: Lalu apa yang ibu katakan?
Ibu: saya tidak mengatakan apa - apa. Saya kesal.
Petugas sosial: Apakah diam anda berarti dalam situasi
seperti itu? Apa artinya?
Ibu : Saya tidak tahu. Saya kira saya merasa bersalah.
Petugas sosial: Bersalah?
Ibu : Ya. Saya tidak tahu .... Saya tidak merasa ... sangat
sulit bagi saya untuk menghukum dia. Saya telah membuat banyak kesalahan dan
itu tidak mudah baginya. Jadi, Anda tahu ... Saya merasa bersalah ketika saya menghukumnya.
Petugas sosial: bagaimanakah seseorang itu bersalah menuriut anda?
Petugas sosial: bagaimanakah seseorang itu bersalah menuriut anda?
Ibu : [diam] Kegagalan.
Petugas sosial: Apakah anda berfikir anda gagal?
Ibu : [diam] Ya. Sering.
2.
Penjelasan
Penjelasan
merupakan prosedur perawatan yang lain yang dapat digunakan untuk membantu
klien merubah kesalahpahaman. Dalam pengobatan kerja kognitif sosial,
"penjelasan" adalah istilah yang digunakan untuk seperangkat teknik
pengobatan yang bertujuan mengajarkan klien tentang model ABC yang dikembangkan oleh Ellis
tentang bagaimana emosi itu bekerja. Mereka membantu klien untuk
mengidentifikasi dan menemukan kesalahpahaman dirinya yang dapat menghasilkan
emosi disfungsional, dan untuk menantang dan mengubah kesalahpahaman dan
ide-ide yang irasional. Ilustrasi berikut memberikan ide yang lebih spesifik tentang bagaimana
penjelasan dapat digunakan oleh praktisi kognitif kerja sosial untuk membantu
perubahan klien.
Mrs Smith
dirujuk pada layanan kesehatan mental oleh petugas sosial nya di sebuah lembaga
kesejahteraan anak. Mrs Smith tampak lesu, banyak tidur pada siang hari, merasa
tertekan, memiliki emosi yang meledak - ledak, dan menjadi fobia ketika
meninggalkan rumahnya. Para petugas sosial yang merujuk sedang mempertimbangkan
untuk sementara waktu memindahkan anak tunggal Mrs Smith dari rumah.
Dalam wawancara pertama mereka, pekerja
sosial klinis dan Mrs Smith mampu mengembangkan kepercayaan dirinya. Klien
menyatakan bahwa tujuannya untuk mengikuti pengobatan ini adalah untuk menghentikan
perasannya yang begitu tertekan. Pekerja sosial menjelaskan kepada Mrs Smith bahwa
ada satu alasan dia tidak bisa mampu untuk menghentikan perasaan tertekannya
adalah bawa dia tidak tahu bagaimana emosi bekerja dan tentang apa yang mungkin
bisa membantu. Kemudian pekerja sosial Mrs Smith menyetujui kontrak dimana
pekerja sosial akan mengajarkan klien bagaimana emosi bekerja dan beberapa
strategi yang bisa digunakan untuk mengurangi depresi. Mrs Smith setuju untuk
menghadiri sesi pengobatan secara teratur dan melakukan pekerjaan rumah yang
ditugaskan pekerja. Pekerja klinis kemudian mulai menjelaskan model analisis emosi
ABC. Bagian dari percakapan adalah sebagai berikut :
Pekerja
Sosial : Jika aku menngatakan ada bom di bawah kursi anda, bagaimana perasaan anda?
Mrs.
Smith: Aku akan tertawa.
Pekerja:
Anda tidak akan takut?
Mrs.
Smith : Tidak, karena saya tidak akan percaya pada anda. .
Pekerja Sosial: Baik. kamu lihat, apa yang kamu percaya atau kamu fikirkan itu yang menyebabkan apa yang kamu rasakan. A adalah apa yang saya katakan tentang bom. B adalah apa yang kamu percaya dan katakan pada diri anda tenta situasi tersebut. C, bagaimana perasaan kamu, yang tergantung pada B, yaitu apa yang anda percaya.
Setelah itu Mrs Smith menyadari bahwa, "dalam teori," emosi disebabkan oleh pikiran dan keyakinan, pekerja sosial menjelaskan bagaimana mnggunakan bentuk pekerjaan rumah yang ditulis untuk membantu menghindari kesalahpahaman yang sering kali digunakan untuk menciptakan depresi yang ia rasakan.
Pekerja Sosial: Baik. kamu lihat, apa yang kamu percaya atau kamu fikirkan itu yang menyebabkan apa yang kamu rasakan. A adalah apa yang saya katakan tentang bom. B adalah apa yang kamu percaya dan katakan pada diri anda tenta situasi tersebut. C, bagaimana perasaan kamu, yang tergantung pada B, yaitu apa yang anda percaya.
Setelah itu Mrs Smith menyadari bahwa, "dalam teori," emosi disebabkan oleh pikiran dan keyakinan, pekerja sosial menjelaskan bagaimana mnggunakan bentuk pekerjaan rumah yang ditulis untuk membantu menghindari kesalahpahaman yang sering kali digunakan untuk menciptakan depresi yang ia rasakan.
3.
Menulis
Pekerjaan Rumah
Menulis pekerjaan rumah sering merupakan
cara yang berguna bagi klien yang dapat membaca dan menulis untuk belajar
bagaimana menggunakan teori emosi ABC Ellis untuk mengidentifikasi, menantang,
dan merubah kesalahpahaman dan konsep diri yang irasional. Bentuk pekerjaan
berikut tertulis ini yang dikembangan oleh Maultsby dan sering membantu dalam
praktik teori kognitif.
A:
Apa acara tersebut?
B:
Apa kesalahpahaman saya tentang acara tersebut atau apa yang bisa saya fikirkan untuk menjelaskan
perasaan saya?
C
: bagaimana perasaan saya
D1
: apakah diskripsi saya tentang A akurat?
D2
: apakah B rasional? Jika tidak, buktikan itu
E
: emosi baru apa yang akan dihasilkan dari D1 dan D2?
Bentuk tersebut dapat digunakan sebagai
penjelasan prosedur pengobatan dan sebagai format bagaimana emosi itu terbentuk,
yang man dapat membantu klien memechkan masalah emosi yang komplek menjadi
masalah yang dapat lebih dimengerti.guntuk
digunakan baik sebagai bagian
dari prosedur perawatan penjelasan dan sebagai fraksionalisasi Format Dr
emosional, yaitu membantu klien memecah urutan emo-lonal kompleks menjadi
masalah yang lebih dimengerti.
4.
Belajar
Dari Pengalaman
Belajar dari pengalaman digunakan
sebagai sebuah prosedur untuk menantang dan mengubah kesalahpahaman kognitif
yang terbaik yang mana dijelaskan oleh prinsip-kognitif disonansi. kognitif disonansi
mengacu pada kecenderungan manusia untuk merubah sikap dan keyakinan yang
dilakukan dan tampak tidak kongruen dengan perilaku, tindakan, atau gaya hidup
mereka. Ketika menggunakan prinsip kognitif disonansi sebagai sebuah cara untuk
mengubah kesalahpahaman, seorang praktisi kognitif berusaha membangun situasi
perawatan yang akan membantu klien keterlibatan klien dalam tingkah laku tertentu
yang selaras dengan kesalahpahaman klien. Keterlibatan klien dalam berperiluku
seperti itu, dia akan cenderung untuk menngubah kesalahpahaman. Banyak teknik
pengobatan umum yang mungkin didasarkan pada penggunaan pengalaman belajar, dan
prinsip kognitif disonansi, termasuk pelatihan ketegasan, terapi sosialisasi pengalaman
kelompok, peraturan dalam menjalani peran, psikodrama, pemodelan, bermain
peran, dan tugas tugas.
H. Tipe Klien Dan Masalah Dalam Dalam Teori
Kognitif
Teori
kognitif merupakan teori psikososial yang melihat setiap klien dari
kepribadiannya dan merupakan cermin dari lingkungannya, yang berorientasi pada
realita keseluruhan klien tersebut. Dalam melakukan pelayanan terapi kognitif, seorang
praktisi akan menemukan banyak tipe klien seperti tidak berpendidikan atau
terpelajar, kaya atau miskin, jujur atau yang tidak jujur, ataupun klien yang
terbuka maupun yang tertutup dengan masalahnya. Terkadang seorang terapis juga
sulit jika dihadapkan dengan keadaan seorang klien yang tidak bisa menjelaskan
tentang persepsi, emosi, tujuan yang
sebenarnya dari kehidupannya, baik itu seorang anak ataupun remaja. Dalam Teori
kognitif dinyatakan bahwa setiap klien lebih banyak perbedaannya daripada
kesamaanya hal ini terlihat dari bahwa setiap klien merupakan tampilan dari
kombinasi tujuan, persepsi dan gaya hidup. Meskipun setiap individu unik tetapi
perkembangan dari setiap individu berbeda.
Latar
belakang masalah yang dimiliki serta kebutuhan akan sesuatu yang harus
dikerjakan akan sangat berbeda dari setiap orang. Salah satu tujuan dari terapi
kognitif adalah agar klien memperoleh kesadaran tentang dunianya, yaitu orang
lain dan dirinya sendiri. Tujuan yang lain adalah untuk memberikan kemungkinan
terhadap klien untuk memutuskan apa yang seharusnya dia lakukan mengenai
masalahnya dan melakukan hal tersebut. Tujuan ini sangat kontras dengan
pendidikan lainnya yang mengajarkan ketidaksadaran ataupun untuk menerima salah
satu dari dua atau tiga penjelasan mengenai masalahnya. Seseorang yang phobia,
kecanduan atau ketergantungan serta psikosis merupakan masalah yang biasanya
disembuhkan dengan pendekatan pelayanan tertentu, sedangkan teri kognitif
mencakup keseluruhan. Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan dari teori
kognitif yang sangat luas dibanding teori lainnya tadi maka dapat dikatakan
bahwa teori ini sangat cocok untuk diterapkan pada lembaga penanganan sosial
ataupun kesehatan mental. Dengan fokus pada pemahaman realitas dan melakukan aksi
untuk masalah, sangat dihubungkan dengan fungsi pekerja sosial dalam lembaga
pertolongan umum, panti anak, klinik psikiater, rumah sakit, sekolah,
departemen hukum, pemberdayaan keluarg dan dalam aksi program sosial.
Dalam
teori kognitif kesadaran merupakan hal yang paling menentukan tingkah laku
seorang, tetapi kesadaran mengaenai dirinya dibentuk dari masyarakat yang luas,
lingkungan terdekat, hubungan antar individu, dan pengalaman individu. Perluasan
dari bahwa aksi sosial merubah apa yang terjadi diluar kehidupan seseorang,
adalah bahwa kesadaran akan mengubah dan menghasilkan perubahan pada emosi,
tujuan dan tingkah laku. Modifikasi dari lingkungan yang positif akan
memungkinkan kehidupan sesorang untuk lebuh baik termasuk dari kondisi fisik
dan kebahagiaan seseorang. Secara tidak langsung dalam teori ini seorang
pekerja sosial harus membuat cara yang mudah untuk klien, secara langsung atau
referal yang mana pelayanan konkret ini diguanakan untuk membantu bila ada
tekanan dari luar yang dapat memberikan pengaruh buruk bagi kestabilan emosi.
Konseling dan pelayanan yang konkret merupakam level yang terbaik yang ada
dalam proses terpai dibandingkan dengan konseling secara sendiri.
I.
Implikasi
Teori Kognitif untuk pengobatan Laiannya dan penelitian Pekerjaan Sosial
Teori
kognitif merupakan teori yang berorientasi pada realitas, ini dapat digunakan
sebagai suatu petunjuk untuk berbagai bentuk pengobatan : individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat. Setiap pengobatan tertuju pada situasi yang ada pada
setiap orang, yaitu hubungan antara kenyataan dengan persepsi dan dengan
resolusi dari masalah dengn tindakan yang dilakukan. Tidak hanya individu,
tetapi kelompok kecil dan kelompok yang besar juga dapat dimengerti dengan
secara jelas melalui persepsi mereka, tujuan dan pola dasar (gaya hidup).
Pesepsi, tujuan, dan pola, merupakan hal yang utama dalam teori ini.
Teori
kognitif juga berimplikasi untuk penilitian pekerjaan sosial, khususnya untuk usaha membandingkan keefektifan dengan
pendekatan pengobatan lain yang berbeda dan berusaha untuk mengukur perubahan
klien setelah melakukan pengobatan. Teori ini menjelaskan bahwa seeorang dapat
dimengerti secara akurat melalui fikirannya, tujuan, emosi, dan pengalaman,
yang menghasilkan perilaku. Dari pandangan penelitian, ini merupakan hal yang
objektif karena penelitian lain mencoba untuk membatasi melalui cara yang sama.
Mereka meninggalkan ruangan kecil untuk penilaian pribadi oleh peneliti, jika
hal tersebut merupan salah satu yang berguna untuk menyetarakan kontrol dengan
pengalaman individu, kita menghindari penyetaraan tersebut. Jika hal tersebut
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari apa yang terjadi
kepada klien sebaelum dan sesudan melakukan pengobatan itu metupakan hal yang
benar menurut penelitian. Kita tidak membuat terkaan mengenai fenomena
ketidaksadaran tetapi membandingkan diri klien saat ini dengan cara yang dia
gunakan, dalam hubungannya dengan hal tertentu yang objektif karena dengan
orientasinya pada realita, teori kognitif mempunya banyak petunjuk untuk
penelitian yang objektif.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Teori kognitif mengemukakan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran lingkungan selama proses
pembelajaran. Perilaku yang tidak tepat biasanya timbul sebagai hasil
mispersepsi dan kesalahpahaman. Terapi dilakukan untuk memperbaiki kesalahpahaman,
sehingga perilaku kita sesuai dengan lingkungan sekitar kita. Dalam teori
kognitif ide-ide yang ada didalamnya
bukan diciptakan oleh hanya satu atau dua individu saja. Menurut Scott (1989),
pendekatan-pendekatan yang berbeda termasuk anggapan Beck terhadap pikiran
tentang diri kita sendiri yang terganggu, kehidupan dan masa depan kita yang
membuat kita depresi atau gelisah, fokus Ellis pada keyakinan-keyakinan yang
tidak rasional tentang dunia.
Sejak awal
perkembangannya teori kognitif sudah mempengaruhi praktik pekerjaan sosial, tujuan
dari pelayanan yang dilakukan pekerja sosial adalah untuk membantu klien
belajar menjadi konselor sendiri dan menggunakan konsep-konsep teori kognitif
untuk secara konsisten memahami diri dan mengontrol emosi dan perilaku. Dalam
teori kognitif terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan pada saat melakukan
terapi yaitu klarifikasi komunikasi internal, penjelasan, menulis pekerjaan
rumah, dan belajar pengalaman. Selain itu terapi-terapi yang menggunakan teori
kognitif yaitu terapi rasional kognitif dan terapi kognitif Beck. Teori
kognitif juga berimplikasi terhadap pendekatan pelayanan lainnya serta terhadap
penelitian dalam pekerjaan sosial.
B.
Saran
Dalam praktek pekerjaan sosial
sekarang ini begitu banyak permasalahan sosial yang dihadapi, maka dari itu
perlunya pemahaman tentang teori kognitif bagi pekerja sosial guna
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh klien. Dalam teori kognitif
konsep utamanya adalah tingkahlaku yang dilakukan oleh manusia merupakan akibat
dari apa yang orang fikirkan, katakan dan perkiraan mengenai diri sendiri dan
situasi sosial di sekitar mereka. Sehingga pekerja sosial dalam melakukan
proses pertolongan dapat menggunakan konsep tersebut dalam membantu klien
merubah sikap-sikapnya sehingga masalah klien dapat terselesaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Turner, Francis J.1974.
Social
Work Treatment : Interlooking
Theoretica Approaches. New York: The Free Press.
1996. Social Work Treatment. New York: The Free Press.
0 comments:
Post a Comment