BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
praktik pekerjaan sosial dikenal berbagai metode-metode. Metode-metode tersebut
berupa metode pokok dan metode bantu. Menurut Holil Soelaiman metode pokok
dibedakan atas:
- Social case work method
- Social group work method
- Community organization/community development.
Sedangkan metode bantu dalam praktik pekerjaan sosial
menurut Holil adalah
- Social administration
- Social research
- Social action,
Namun dalam makalah ini, penulis akan membahas secara
lebih luas tentang social group work
dan social administration.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini agar informasi yang telah dipaparkan dapat bermanfaat sebagai penambah pengetahuan
kita tentang metode Group Work dan Social Welfare
Administration. Secara spesifik tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui lebih
dalam tentang metode pokok Group Work.
2. Mengetahui apa
itu metode bantu social welfare
administration.
C.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
meliputi:
1.
Apa pengertian, ciri-ciri, tujuan, tipe serta bagaimana
tahapan dalam proses pertolongan menggunakan metode Group Work?
2.
Apa pengertian, karakteristik, prinsip, dan fungsi
administrasi kesejahteraan sosial?
3.
Bagaimana tindakan administrator dalam proses
administrasi kesejahteraan sosial (Social
Welfare Administration)?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
GROUP WORK
Pengertian
Pekerjaan Sosial Kelompok
Social
Group Work sebagai suatu pelayanan kepada kelompok
dimana tujuan utamanya untuk membantu anggota kelompok memperbaiki penyesuaian
sosial mereka (social adjusment), dan
tujuan keduanya untuk membantu kelompok mencapa tujuan-tujuan yang disepakati
oleh masyarakat. (The National
Association of Social Work, 1947).
Robert W. Klenk dan Robert M. Ryan
(1974) lebih ringkas dalam mengartikan Social
Group Work sebagai salah satu metoda pekerjaan sosial untuk memperbaiki dan
meningkatkan fungsi sosial individu melalui pengalaman–pengalaman dalam
kelompok yang disusun secara sadar dan bertujuan.
HB Trecker (1972) berpendapat bahwa
Social Group Work adalah suatu metoda
dimana individu-individu yang terikat dalam dalam suatu kelompok dibantu oleh
pekerja sosial, dibimbing mengikuti kegiatan kelompok, sehingga
individu-individu tersebut dapat bergaul dengan sesama anggota kelompok secara
baik, dan dapat mengambil manfaat dari pengalaman-pengalaman pergaulan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan untuk mencapai kemajuan atau perkembangan
pribadi, kelompok dan masyarakat.
Ciri-ciri
Kelompok sebagai Sasaran Pekerjaan Sosial Kelompok
Ciri-ciri
kelompok yang dibimbing atau dibina oleh pekerja sosial kelompok adalah :
1. Kelompok
kecil (small group) bukan organisasi,
apalagi masyarakat. Kelompok kecil biasanya berukuran lima sampai tujuh orang,
atau enam sampai delapan orang.
2. Kelompok
Sosial (social group), bukan kelompok
statistik (kelompok menurut jenis kelamin, usia, dan lain-lain) dan bukan pula
kumpulan (kerumunan).
3. Kelompok
yang terorganisasi (organized group),
bukan kelompok yang terorganisasi (unorganized
group). Maksudnya adalah setelah kelompok dibentuk, kemudian diorganisasikan.
4. Kelompok
yang sengaja dibentuk (invontulary group),
bukan kelompok yang terbentuk secara alamiah (voluntary group). Artinya keluarga dan kelompok sebaya bukan
sasaran pekerjaan sosial kelompok.
Tujuan Pekerjaan
Sosial dengan Kelompok
Rex
A. Skidmore dan Milton E. Thackeray (1991) merumuskan tujuan Pekerjaan Sosial
dengan kelompok sebagai berikut :
1. Membantu
anggota-anggota kelompok untuk belajar berpartisipasi secara aktif didalam
kehidupan kelompok sebagai pengalaman untuk menyumbangkan perasaan
bertanggungjawab sebagai warga negara yang aktif dan untuk meningkatkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial.
2. Meningkatkan
kemampuan anggota-anggota kelompok, mewujudkan potensi-potensi individual dan
memperkaya mutu kehidupan anggota.
3. Memberi
kesempatan bagi pertumbuhan secara wajar dan perluasan kemampuan
anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara efektif.
4. Mencegah
terjadinya masalah-masalah sosial dari anggota kelompok.
5. Memberikan
pelayanan-pelayanan atau pengalaman-pengalaman yang bersifat korektif
(penyembuhan) bagi anggota-anggota kelompok yang mengalami masalah.
Tipe-Tipe
Kelompok dalam Pekerjaan Sosial dengan Kelompok
Tipe-tipe
kelompok yang dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah dalam pekerjaan
sosial dengan kelompok antara lain :
1.
Social Conversation (Kelompok Percakapan
Sosial)
Bertujuan untuk menguji dan menentukan
seberapa dalam suatu hubungan dapat dikembangkan diantara orang-orang yang
belum saling mengenal dengan baik.
2.
Recreation Groups (Kelompok-kelompok
Rekreasi)
Tujuan kelompok ini adalah
kegiatan-kegiatan yang memberikan kesenangan. Kegiatan-kegiatanya sering
bersifat spontan, tidak harus ada pemimpin, tempat dan pealatan tidak perlu
banyak, akomodasi bersifat paraktis.
3.
Recreation Skill Groups
(Kelompok-kelompok
Rekreasi Keterampilan)
Tujuan kelompok ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan dan memberikan kesenangan. Kelompok ini memerlukan
penasehat, pelatih dan instruktur, serta lebih berreorientasi pada aturan
permanan.
4.
Educational Groups (Kelompok Pendidikan)
Fokus kelompok ini adalah untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang
lebih kompleks.
5.
Problem Solving
Decission Making (Kelompok
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)
Dalam kelompok ini pihak pemberi dan
penerima pelayanan-pelayanan sosial dapat secara bersama-sama terlibat dalam
kegiatan. Penerima pelayanan yang masih potensial dapat membentuk kelompok
untuk menemukan pendekatan-pendekatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.
6.
Self Help Groups (Kelompok Bantu Diri)
Adalah suatu kelompok kecil yang
tersusun untuk saling membantu dan untuk mencapai tujuan khusus serta bersifat
sukarela (Katz dan Bender).
a. Kelompok
yang berfokus perhatian pada pemecahan masalah.
b. Kelompok
yang berfokus pada advokasi sosial.
c. Kelompok
yang berfokus untuk menciptakan pola hidup alternatif.
d. Kelompok
orang-orang yang merasa dirinya tersisih.
e. Kelompok
gabungan dari masalah-masalah di atas.
7.
Socialization Groups (Kelompok Sosialisasi)
Tujuan kelompok ini adalah untuk mengembangkan
atau mengubah sikap-sikap dan perilaku-perilaku anggota kelompok agar lebih
dapat diterima secara sosial. Fokus lainnya adalah pengembangan keterampilan
sosial, meningkatkan kepercayaan diri, dan merencanakan masa depan.
8.
Therapeutic Groups (Kelompok Penyembuhan)
Umumnya kelompok ini terdiri dari
orang-orang yang memiliki masalah emosional yang berat. Pemimpin kelompok ini
memerlukan keterampilan/keahlian dalam persepsi, pengetahuan tentang perilaku
manusia, dinamika kelompok, kemampuan melakukan konseling kelompok, dan mampu
menggunakan kelompok untuk mengubah perilaku.
9.
Sensitivity Groups (Kelompok Melatih
Kepekaan)
Tujuan dari kelompok ini adalah
memperbaiki masalah kesadaran antar pribadi. Inti kegiatan kelompok ini adalah
melakukan percakapan yang mendalam dan jujur tentang alasan berperilaku dalam
kelompok. Encounter Group memiliki
intensitas pertemuan lebih tinggi karena sering melakukan pertemuan selama
beberapa jam dalam beberapa hari. Untuk mencapai perubahan biasanya menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut : 1. Unfreezing
(pencairan), 2. Change (perubahan),
3. Refreezing (pembekuan kembali)
Tahap
Pra Kelompok
Salah
satu tugas pekerja sosial sebelum membentuk kelompok adalah
mengkonseptualisasikan tujuan-tujuan kelompok yang erat kaitannya dengan
komposisi kelompok. Sehingga pekerja sosial harus selektif dalam memilih
anggota kelompok.
a. Mengkonseptualisasikan
tujuan kelompok adalah menentukan alasan khusus yang mendasari terbentuknya
kelompok. Tujuan kelompok sangat dipengaruhi oleh persepsi antara pekerja
sosial dengan anggota kelompok, misal tentang jumlah atau komposisi kelompok,
program kelompok, intervensi pekerja sosial, jumlah pertemuan yang
dierencanakan serta pemilihan pekerja sosial kelompok.
b. Assessment
kebutuhan kelompok adalah salah satu cara dalam menentukan tujuan kelompok
dapat terbentuk dengan baik. Kebutuhannya seperti ketertarikan menjadi anggota
kelompok, bidang/materi yang ingin dibahas dalam kelompok, pengalaman menjadi
anggota kelompok, dan pola perilku dalam kelompok yang pernah diikuti
sebelumnya.Hambatan yang biasa dihadapi adalah sedikitnya anggota yang
menunjukkan minat dalam kelompok meskipun tujuan kelompok telah terbentuk. Yang
menjadi tugas pekerja sosial dalam menyatukan kebutuhan setiap orang untuk
menjadi kebutuhan kelompok.
c. Komposisi
Kelompok
1.Tujuan
dan Komposisi kelompok
Cara-cara menentukan
komposisi kelompok agar dapat menentukan tujuan dengan maksimal adalah:
a.mengurangi
perilaku anomie
b. menampilkan
peranan
c.meningkatkan
kontrol social
d. menampilkan
peran alternatif
2. Etnik
dan Gender
Prinsip umum yang harus
diingat adalah komposisi dalam kelompok tidak boleh terdapat anggota yang
memiliki etnik atau jenis kelamin yang minoritas (harus seimbang).
3. Kohesivitas
dan Komposisi kelompok
Kohesivitas kelompok
yaitu menjaga keberadaan kelompok dengan hadir dalam setiap pertemuan, turut
serta dalam kegiatan, dan dapat melaksanakan tugas-tugasnya.
Pekerja sosial harus
menyadari bahwa tiap-taiap anggota kelompok memiliki cara yang berberda dalam
mengatasi masalah.
4. Penyimpangan
dan komposisi kelompok
Salah satu cara untuk
meminimalisir penyimpangan yang dilakukan oleh anggota kelompok karena
komposisi kelompok adalah berusaha untuk mendaftarkan anggota lainnya yang
memiliki kesamaan dengan orang tersebut atau yang berada di tengah-tengah
kemudian menciptakan persatuan dari beberapa karakteristik anggota.
5. Program
Kegiatan dan Komposisi Kelompok
Dalam berbagai situasi
kelompok, aktivitas utama yang digunakan adalah diskusi kelompok, dan
pendekatan verbal serta kognitif yang dimaksudkan utuk penyembuhan
6. Seleksi
calon anggota kelompok
Dua
tahap seleksi calon anggota kelompok yaitu:
·
Dengan melihat bahwa
pengalaman kelompok merupakan hal yang tepat bagi semua anggota.
·
Menyusun kelompok yang
anggotanya cocok untuk dimasukkan ke dalam satu kelompok yang sudah
direncanakan.
d.
Mempersiapkan
kelompok
Tugas dari pekerja sosial adalah memilih
calon anggota kelompok, menentukan ukuran, opotimal kelompok, dan menyiapkan
tempat bagi kegiatan-kegiatan kelompok dan menentukan tipe kelompok.
Memulai Suatu
kelompok
a. Proses
pembentukan kelompok
Pada pertemuan awal
kelompok, khususnya pada saat para anggota kelompok belum saling mengenal satu
sama lain, hanya sedikit saling pertukaran pribadi, reaksi-reaksi intim maupun
berbagi berbagai pengalaman. Disini lebih nampak bahwa para anggota
berinteraksi satu sama lain di dalam cara-cara yang berdasarkan atribut-atribut
atau pengalaman-pengalaman yang sangat dangkal. Biasanya para anggota akan
berkomentar tentang berbagai kesamaan dan perbedaan tempat dimana dia tinggal,
dan mereka akan berbicara khususnya dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan
di dalam hal dan minat tertentu.
b. Keputusan-keputusan
tentang tujuan kelompok
Penentuan tujuan
kelompok adalah hal yang sederhana jika kelompok terbentuk berkenaan dengan
issue yang sangat khusus. Anggota-anggota dalam keadaan ini memasuki kelompok
untuk mempelajari keterampilan-keterampilan sosial khusus atau teknik-teknik
berdisiplin. Namun sebaliknya, apabila anggota-anggota mempunyai alasan
tambahan lainnya, alternatif atau bahkan alasan-alasan tersembunyi untuk
bergabung dengan kelompok bisa menjadi salah satu penghambat penentuan tujuan
kelompok.
c. Assesmen
di dalam kelompok
Anggota-anggota
kelompok akan menemukan perlunya berbagai macam informasi. Aktivitas tersebut
sangat membantu dalam penentuan tujuan kelompok secara rinci sebagaimana
anggota-anggota kelompok menyusun masalah yang menjadi perhatian mereka secara
individual maupun kelompok.
Assesmen tentang
masalah-masalah perilaku individual anggota terbentuk dari kelompok yang telah
dirancang untuk mencapai tujuan treatmen individual yang khusus, anggota
kelompok akan mencapai data berkenaan dengan sebab-sebab maupun solusi-solusi
terhadap masalah-masalah perilaku individual.
Pekerja sosial dapat menggunakan
atau menggerakkan anggota-anggota kelompok didalam proses assesmen dalam
beberapa cara. Pertama, para anggota dapat dilatih untuk saling berpartisipasi
didalam assesmen dari setiap anggota. Kedua, menunjukkan secara langsung bahwa
perilaku antar pribadi anggota di dalam kelompok (seperti partisipasi dalam
assesmen tersebut), tidak tersedia melalui cara membantu individual. Para
anggota berkemungkinan untuk saling bertanya satu sama lain dan bertukar
informasi tentang masalah mereka. Karena ada beberapa kesamaan antar anggota,
maka anggota lain akan mudah memaham situasi masalah yang dihadapi dibandingka
dengan pekerja sosial.
Dua contoh kerangka
kerja yang berhasil diajarkan kepada para anggota kelompok treatmen adalah
assesmen tingkah laku dan analisis transaksional. Satu bentuk assesmen perilaku
yang dapat diterapkan mencakup apa yang dijelaskan kepada anggota bahwa
perilaku disebabkan antesedennya dan konsekuensi-konsekuensinya.
2 ( dua ) tipe
anteseden dan konsekuensi adalah overt dan
convert. Overt adalah anteseden dan konsekuensi yang terjadi didalam
lingkungan. Sedangkan Convert terjadi
didalam pikiran dan perasaan individual.
Penggunaan kelompok
untuk tujuan assesmen dapat ditingkatkan dengan menggunakan cara:
Pertama, metode bermain
peran dimana anggota dapat memerankan peran sesuai situasi lingkungan di dalam
kelompok. Sedangkan anggota yang lain dapat mengamati atau berkomentar dengan
menggunakan berbagai data yang tersedia.
Kedua, menggunakan
berbagai aktivitas. Melalui berbagai media para anggota dapat mengekspresikan
perasaan dan memperlihatkan respon terhadap berbagi situasi.
Ketiga, cara yang
terakhir adalah “fishbowl”, anggota
dituntut untuk memberikan umpan balik terhadap kelompok lain. Cara ini
bermanfaat bagi anggota agar dapat memahami berbagai perilaku.
d. Penentuan
Norma
Salah satu usaha
pekerja sosial adalah berusaha menanamkan norma yang berasal dari nilai-nilai
pekerjaan sosial di dalam kelompok, yakni norma yang spesifik yang menunjukkan
tentang bagaimana berperilaku di antara anggota. Glassman dan Kates
menggambarkan secara mendasar deskripsi tentang norma tersebut.
1. Penetapan
nilai dan norma yang berkaitan dengan harga diri dengan membuat pernyataan
tentang berharganya kontribusi setiap anggota terhadap pekerjaan dan arah
kelompok. Pekerja sosial juga harus menjelaskan fakta latar belakang dan budaya
anggota-anggota kelompok yang berbeda-beda.
2. Penetapan
nilai dan norma tentang tanggungjawab yang harus dilaksanakan anggota terhadap
anggota lainnya.pekerja sosial membantu dengan menggali perasaan-perasaan
mereka dan memadukan dengan kriteria kepedulian.
3. Nilai
berikutnya adalah hak untuk diterima apa adanya (tanpa syarat). Maka dari itu
hak untuk terdapat didalam berbagai pengalaman adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi. Definisi tentang keanggotaan harus berdasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan individual dan tidak semata-mata berdasarkan batas-batas
secara stereotype.
4. Nilai
yang ditetapkan
atas determinasi diri mempunyai beberapa implikasi terhadap norma-norma
kelompok. Norma-norma ini berkaitan dengan issue determinasi dari kelompok
sebagai keseluruhan. Pekerja sosial akan membantu kelompok menguji kekuatan
issue yang bersangkutpaut dengan bagaimana keputusan-keputusan dibuat di dalam
kelompok yang merusak kelompok itu sendiri dan individu-individu anggotanya.
5. Glassman
dan Kates yang menyatakan nilai bahwa “pekerja sosial bertanggung jawab
terhadap kelompok”. Norma ini diimplementasikan melalui cara memperkuat anggota
untuk mengajukan pertanyaan tentang tindakan pekerja sosial pada intervensi
yang teratur (periodik).
6. Sejumlah
nilai lainnya adalah hak untuk bebas berbicara dan berekspresi, percaya bahwa
perbedaan memperkaya pengetahuan, kebebasan memilih berkenaan dengan pengaruh
perubahan.
e. Reaksi
emosional dalam pembentukan kelompok
Masalah emosional yang
muncul dalam permulaan kelompok adalah konflik antara tertarik terhadap
kelompok dengan kecemasan tentang kelompok yang dialami secara bersamaan.
f. Relasi
pekerja sosial dengan anggota kelompok
Perasaan anggota
kelompok menempatkan pekerja sosial pada posisi sentral, karena anggapan mereka
tetang keahlian dan tanggung jawab pekerja sosial terhadap kelompok.
g. Relasi
antar anggota kelompok
Perasaan anggota satu
sama lain terutama yang positif merupakan alasan utama anggota kelompok untuk
kembali pada kelompoknya. Struktur kelompok selama pembentukan.
h. Struktur
kelompok selama pembuatan
Tugas
pekerja sosial adalah memungkinkan kelompok untuk memiliki jenis strukturyang
kondusif yang berisi pola-pola relasi antar anggota.
i.
Tujuan-tujuan individu
dalam kelompok
Kejelasan tujuan
mendatangkan tindakan untuk mencapai tujuan dan kejelasan maksud tindakan
membantu menjamin perumusannya.
j.
Kontrak Group Work
Kesepakatan yang tidak
seformal seperti tipe tertulis dan verbal, tetapi diakui secara operatif oleh
para anggota kelompok dan pekerja sosial.
k. Masalah-masalah
dalam fase awal kelompok
Setiap anggota baru
dalam kelompok pasti merasa saling curiga dan was-was terhadap anggota yang
lain karena masih belum mengenal satu sama lain. Dengan situasi seperti itu, sangat
berpotensi munculnya masalah. Maka pekerja sosial bertugas untuk menyatukan
fikiran dan keyakinan setiap anggota kelompok dengan program-program yang mampu
membuat setiap anggota menjadi merasa lebih nyaman. Maka dari itu sebagai
pekerja sosial harus rileks dan tenang dalam bekerja saat menangani kelompok
yang baru saja dibentuk.
Mengakhiri
kelompok
Di
dalam kelompok yang sudah mulai erat kebersamaan antar anggota, sangat sulit
untuk mengakhirinya. Biasanya anggota kelompok meminta untuk memperpanjang
pertemuan. Namun waktu yang telah ditentukan merupakan salah satu bagian yang
sangat mempengaruhi keefektifan dan keberhasilan dari tujuan awal dibentuknya
kelompok. Pekerja sosial bertugas mengurangi perasaan sedih dan kekecewaan
anggota-anggota kelompok karena kegiatan dalam kelompok telah berakhir. Hal itu
dapat digunakan pekerja sosial sebagai alat untuk memotivasi anggota kelompok
agar selalu berusaha untuk hidup lebih baik dari yang sebelumnya.
Tugas-tugas
pekerja sosial yakni :
1. Mengevaluasi
kelompok didalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.
2. Memahami
dan mengatasi perasaan-perasaan anggota kelompok tentang terminasi.
3. Memelihara
perubahan-perubahan berarti yang dihasilkan dari pengalaman kelompok.
4. Menggunakan
keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan pengetahuan yang diperoleh melalui
kelompok di dalam berbagai keadaan.
5. Mencari
dan menggunakan pelayanan baru apabila memadai.
B.
SOCIAL ADMINISTRATION
Pengertian Administrasi
Administrasi
berasal dari bahasa latin yaitu Ad+ministrate yang artinya melayani, membantu
atau memenuhi. Administrasi bila dimaksudkan sebagai kata kerja dapat diartikan
memberikan pelayanan dalam usaha memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan.
Administrasi
yang kita maksudkan dan yang akan kita bahas adalah administrasi secara luas,
dimana di dalamnya terkandung pula administrasi dalam arti yang sempit atau
tata usaha
Di
bawah ini akan kita berikan beberapa contoh pengertian administrasi yang
dirumuskan oleh beberapa pakar administrasi, antara lain:
1. Menurut
Leonard D. White
Administrasi adalah suatu proses
yang biasanya terdapat pada semua usaha kelompok baik usaha Negara, pemerintah
dan swasta sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.
2. Menurut
John Piffner dan Robert N.Presthus
Administrasi adalah suatu kegiatan atau
proses kegiatan terutama mengenai cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
3. Menurut
The Liong Gie
Administrasi adalah segenap proses
penyelenggaraan kegiatan dalam setiap usaha kerja sama dengan kelompok manusia
untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Menurut
Sondang P. Siagian
Administrasi adalah keseluruhan
proses kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
v Fungsi Pokok Administrasi yaitu:
1.
Perencanaan atau planning
Menurut Hadari
Nawawi dalam bukunya Administrasi Pendidikan, bahwa perencanaan pada dasarnya
berarti persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian
suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu. Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi:
a.
Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai
b.
Meneliti masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan
c.
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
d.
Menentukan tahap atau rangkaian kegiatan
e.
Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan
bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan
bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu
kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di
dalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian tugas-tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara terperinci menurut bidang-bidang
dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu
kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di
dalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian tugas-tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara terperinci menurut bidang-bidang
dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Proses
pengorganisasian mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
a.
Dengan adanya
pengorganisasian maka setiap unit akan selalu merasa dalam wadah yang sama, yakni
organisasi
b.
Antara unit yang
satu dengan yang lain dapat diketahui dengan jelas batas-batas wewenang dan
tanggungjawabnya
c.
Dengan adanya
struktur organisasi dapat diketahui jalur hubungan kerja,
baik yang sifatnya vertikal maupun horizontal.
3.
Bimbingan atau pengarahan (direction)
Apabila
suatu organisasi sudah terbentuk dan berfungsi, setiap
personal sudah melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan wewenang
dan tangung jawab masing-masing, maka diperlukan tindakan pemberian
bimbingan dan pengarahan sebagai salah satu kegiatan administratif.
Bimbingan dan pengarahan harus dilakukan secara continue agar seluruh
kegiatan selalu terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Bimbingan (direction) berarti memelihara, menjaga dan
memajukan organisasi melalui setiap personel, baik secara struktural
maupun fungsional agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya wujud bimbingan dapat berupa:
personal sudah melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan wewenang
dan tangung jawab masing-masing, maka diperlukan tindakan pemberian
bimbingan dan pengarahan sebagai salah satu kegiatan administratif.
Bimbingan dan pengarahan harus dilakukan secara continue agar seluruh
kegiatan selalu terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Bimbingan (direction) berarti memelihara, menjaga dan
memajukan organisasi melalui setiap personel, baik secara struktural
maupun fungsional agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya wujud bimbingan dapat berupa:
1.
Memberikan dan menjelaskan perintah
2.
Memberi petunjuk pelaksanaan suatu kegiatan
3.
Memberi kesempatan meningkatkan kemampuan, keterampilan,
agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan
4.
Memberi kesempatan untuk dapat ikut serta menyumbangkan
tenaga dan pikiran untuk memajukan organisasi
5.
Memberikan koreksi agar setiap personel melakukan
tugas-tugasnya secara efisien
Sedangkan yang dimaksud dengan pengarahan adalah suatu usaha
untuk memberikan penjelasan, petunjuk atau pertimbangan dan bimbingan terhadap
orang-orang yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar. Pelaksanaan itu dapat berupa:
1.
Penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana tugas
2.
Urutan prioritas penyelesaian
3.
Prosedur kerja
4.
Sarana dan sumber yang dapat dimanfaatkan
5.
Pihak-pihak yang terkait dengan urusannya, baik langsung
maupun tidak langsung
6.
Bagaimana melakukan penilaian terhadap penyelesaian tugas
tersebut
4.
koordinasi (coordination)
koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan
dan orang-orang, bahan dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud yang
telah ditentukan. Adapun manfaat dari pengkoordinasian adalah:
a)
dengan pengkoordinasian dapat diperoleh kekuatan yang
integral dan menyatu sehingga memperoleh hasil gerak organisasi yang kompak,
harmonis dan saling menunjang
b)
dengan pengkoordinasian diharapkan tidak terjadi arus
yang simpang siur antara bidang-bidang yang ada, baik dalam pengambilan
keputusan, penginformasian serta tindakan yang ditinjau dari segi arah.
Proses
Administrasi
1. Penentuan Tujuan
Penentuan tujuan adalah
langkah kegiatan atau proses administrasi yang pertama. Penentuan tujuan dapat
digolongkan dalam garis besarnya terdiri dari tujuan akhir yang bersifat sangat
luas dan abstrak (never ending goals) atau tujuan yang tidak ada akhirnya untuk
dapat dicapai, dan untuk dapat mencapai tujuan akhir diperlukan beberapa
tujuan-tujuan antara dan dalam rangka mencapai tujuan antara tersebut terjadi
proses administrasi.
Tujuan pokok dan
tujuan antara dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)
Tujuan akhir (Never
ending goals)
Tujuan yang tidak
akan pernah dapat dicapai sepenuhnya, karena sifatnya yang sangat luas, abstrak
dan relatif.
b)
Tujuan jangka
panjang
Merupakan bagian
dan penjabaran secara lebih kongkrit daripada tujuan akhir. Dalam rangka
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan menggunakan
kurun waktu 25-30 tahun.
c)
Tujuan jangka
menengah/sedang
Merupakan bagian
dan penjabaran secara lebih kongkrit lagi daripada tujuan jangka panjang. Dalam
rangka melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan jangka menengah dengan
menggunakan kurun waktu 10-15 tahun.
d)
Tujuan jangka
pendek
Merupakan
penjabaran lebih kongkrit lagi dari tujuan jangka menengah/sedang. Pencapaian
tujuan jangka pendek akan dapat mendekatkan pencapaian tujuan jangka sedang.
Menggunakan kurun waktu 1-5 tahun agar tujuan dapat tercapai.
e)
Tujuan-tujuan yang
umum dan spesifik
Merupakan bagian
dan penjabaran yang lebih kongkrit lagi dari tujuan jangka pendek. Pencapaian
tujuan yang khusus dan spesifik adalah untuk mencapai tujuan jangka pendek,
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang khususdan spesifik dengan kurun
waktu 1 tahun.
2.
Perumusan misi yang
hendak diemban
Misi merupakan
sasaran pokok yang harus menjadi tanggungjawab organisasi untuk dicapai, untuk
mencapai tujuan akhir misi ini juga dapat disebut sebagai pola dasar daripada
kegiatan yang hendak dilaksanakan.
3.
Perumusan
kebijaksanaan
Maksud perumusan
kebijaksanaan adalah untuk melaksanakan misi yang telah ditentukan.
Kebijaksanaan merupakan pedoman kerja yang bersifat umum dan menyeluruh, yang
menentukan arah dan batasan-batasan bagi pelaksanaan tugas-tugas tertentu
dimasa yang akan datang.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan tentang kebijaksanaan, sebagai berikut:
·
Kebijaksanaan
mengungkapkan maksud-maksud management untuk masa yang akan datang.
·
Kebijaksanaan
merupakan petunjuk-petunjuk yang sangat luas, komprehensif, luwes, dinamis, dan
dalam pelaksanaannya perlu dijabarkan lebih lanjut.
·
Kebijaksanaan tidak
memberikan keputusan-keputusan, tetapi hanya memberikan ruang lingkup bagi
keputusan yang akan diambil oleh para pelaksana.
·
Kebijaksanaan
merupakan suatu rencana yang menyeluruh bagi semua bagian dan mengikat semua
unit dalam organisasi.
·
Perumusan
kebijaksaan memerlukan waktu yang banyak dengan memperhatikan banyak faktor dan
kemungkinan baik yang telah ada, maupun yang masih perlu diadakan untuk
merumuskan kebijaksanaan yang baik yang perlu diperhatikan :
a.
Kebijaksanaan yang
baik cenderung bersifat luas.
b.
Kebijaksanaan harus
konsisten, tidak menyimpang dari misi yang telah ditentukan.
c.
Dua kebijaksanaan
yang ditentukan tidak boleh saling bertentangan.
d.
Menurut urgensi,
kebijaksanaan dapat dirumuskan bagi setiap bidang yang dianggap penting.
e.
Kebijaksaan sehat,
mencerminkan dan akan membina sifat khas dari suatu organisasi dan kebijaksanaan
yang efektif dan berhasil akan mencerminkan kepribadian/ciri khas organisasi.
f.
Kebijaksanaan yang
baik adalah sekaligus baik untuk waktu kini, perkembangan keadaan, zaman,
menghendaki perubahan kebijaksanaan sesuai situasi dan kondisi yang baru.
Pengertian administrasi Sosial
Administrasi sosial merupakan studi
tentang pengaturan sosial dan
kebijakan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan sosial terutama sistem kesejahteraan negara.
Administrasi sosial akademik
biasanya mengadopsi, pemecahan masalah praktis, pendekatan reformasi, yang
sering dikritik sebagai empiris,
preskriptif, dan sempit, pendekatan teoritis informasi
bagi kesejahteraan sekarang lebih umum.
Namun, karena
proses mentransfer tanggung jawab untuk kesejahteraan publik dari negara ke
sektor swasta, sektor publik direksi dan manajer semakin menggantikan
administrator, dan dalam konteks ini administrasi sosial terdengar agak tanggal.
Ada beberapa
pengertian administrasi sosial atau administrasi kesejahteraan sosial menurut
para ahli:
a. John C. Kidneigh (1950)
Administrasi kesejahteraan sosial adalah proses mentransformasikan kebijakan
sosial ke dalam pelayanan-pelayanan sosial melalui dua cara:
1. Mentranformasikan kebijakan ke dalam
pelayanan sosial yang kongkrit,
2. Menggunakan pengalaman dalam merekomendasikan perubahan
kebijakan.
b. Arthur Dunham
Administrasi kesejahteraan sosial sebagai proses pemberian dukungan dan
fasilitas terhadap
kegiatan yang
diperlukan dalam pemberian pelayanan secara
langsung oleh suatu lembaga sosial. Kegiatan administrasi dimulai dari penentuan fungsi dan
kebijakan serta kepemimpinan eksekutif sampai pada pekerjaan-pekerjaan rutin.
c.
Rex A. Skidmore
Administrasi
kesejahteraan
sosial merupakan suatu tindakan staf yang menggunakan
proses-proses sosial untuk menstransformasikan kebijakan sosial lembaga
ke dalam pemberian pelayanan sosial.
d.
Kodney
Administrasi
kesejahteraan
sosial adalah suatu proses untuk memobilisasi sumber-sumber lembaga, manusia dan materi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
e.
Harleigh Trecker
Administrasi kesjahteraan sosial sebagai suatu proses bekerja dengan orang-orang dengan cara mengarahkan dan menghubungkan
energi mereka, sehingga mereka mampu menggunakan atau memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan pelayanan dan
program pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
Seperti yang telah
dibahas di atas bahwa ilmu administrasi secara luas mempelajari tentang proses
penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha kerja sama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan tersebut dapat ditinjau dari dua
sudut pandang yaitu tujuan untuk memenuhi kebutuhan organisasi bersama dan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
Proses administrasi yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang menyangkut berbagai bidang, dapat mempengaruhi penggunaan berbagai istilah
administrasi, misalnya:
1. Tujuan yang menyangkut bidang usaha negara atau umum
suatu proses penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha kerja sama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bidang usaha negara, dapat digunakan istilah
“Administrasi negara”. Kerja sama sekelompok orang dapat berupa aparatur negara,
organisasi, instansi, badan, lembaga negara atau pemerintah. Tujuannya yaitu
kesejahteraan umum.
2. Tujuan yang menyangkut tujuan bidang perusahaan atau
bisnis.
Suatu proses
penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha kerjasama sekelompok orang (buruh,
karyawan perusahaan untuk mencapai tujuan bidang perusahaan atau bisnisdapat
digunakan istilah “Administrasi perusahaan”. Tujuan disini adalah memperoleh
keuntungan materi yaang
sebesar-besarnya.
3. Tujuan yang menyangkut bidang pertolongan atau
kesejahteraan sosial. Suatu proses penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha kerja
sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang menyangkut bidang pertolongan
atau kesejahteraan sosial dapat digunakan istilah “Administrasi kesejahteraan
sosial”. Sekelompok orang disini maksunya karyawan, pengurus pekerja sosial dan
masyarakat.
Tujuan disini
berupa pemberian pertolongan atau pelayanan sosial kepada penyandang masalah
sosial sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar daalam
kehidupan masyarakat.
Jadi
berdasarkan definisi atau pengertian administrasi kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial
diatas, suatu usaha kerja sama sekelompok orang dapat dikatakan administrasi
kesejahteraan sosial apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Adanya proses penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha kerja
sama sekelompok orang.
b. Adanya usaha kerja sama sekelompok orang yang
terorganisir dan terkoordinir dengan baik.
c. Pelaksana usaha kerja sama diilhami oleh nilai-nilai
pekerjaan sosial.
d. Adanya sumber fasilitas, daana atau biaya.
e. Adanya tujuan memberikan pertolongan atau pelayanan
sosial kepada masyarakat yang menyandang masalah sosial, sehingga dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar.
Karakteristik
Administrasi Kesejahteraan Sosial
Administrasi yang dilaksanakan di
lembaga-lembaga pelayanan sosial
ditujukan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pelayanan-pelayanan yang diberikan lembaga
sosial diklasifikasikan tiga kategori, yaitu:
1)
perbaikan keberfungsian sosial yang
terganggu,
2)
penyediaan sumber-sumber
sosial dan individual bagi keberfungsian sosial yang efektif,
3)
pencegahan ketidakberfungsian sosial.
Lembaga-lembaga sosial secara khusus berbentuk suatu
badan/lembaga yang umumnya
mewakili kepentingan masyarakat.
Terdapat ukuran, skup,
struktur dan jenis program dari organisasi badan/lembaga sosial.
Administrasi memiliki tanggung
jawab untuk mengkaitkan kegiatan
internal lembaga dengan masyarakat.
Terdapat keperluan yang terus menerus untuk membuat pilihan
tentang sumber- sumber.
Lembaga sosial perlu
menghindari penggunaan jumlah yang
tidak proporsional dari
sumber-sumber yang dimiliki. Tanggung
jawab utama untuk
menghasilkan, memelihara dan
melindungi fungsi-fungsi
lembaga secara optimal berada pada tanggung jawab
eksekutif.
Pelayanan yg
ditampilkan oleh lembaga sosial memiliki unsur pekerjaan sosial yang semakin besar.
Prinsip-prinsip
Dasar Administrasi Kesejahteraan Sosial/Pekerjaan Sosial
Prinsip
administrasi pekerjaan sosial adalah pernyataan umum yang digunakan oleh
administrator ketika melaksanakan pekerjaannya. Pernyataan-pernyataan tersebut merupakan gagasan
terpisah, tetapi saling terkait dan
merupakan sebuah falsafah administrasi.
Prinsip dasar administrasi kesejahteraan/pekerjaan sosial
antara lain:
1.
Prinsip nilai-nilai pekerjaan
sosial.
Administrator
dan setiap orang pada lembaga pelayanan sosial bertanggung jawab menyediakan
pelayanan yang
diterima dan diarahkan oleh profesi pekerjaan sosial. Intinya adanya keyakinan
akan harkat dan martabat klien untuks
berpartisipasi.
2.
Prinsip kebutuhan masyarakat dan klien.
Kebutuhan
masyarakat dan individu selalu
menjadi dasar bagi keberadaan program-program
dan lembaga pelayanan sosial. Memenuhi kebutuhan masyarakat dan individu merupakan tanggung jawab
utamanya.
3.
Prinsip tujuan lembaga.
Tujuan
dari lembaga harus
dirumuskan, dinyatakan, dipahami dan digunakan secara jelas.
4.
Prinsip setting budaya.
Budaya
masyarakat harus dipahami
sepanjang mempengaruhi cara mengekspresikan kebutuhan mereka. Adminsitrator harus memiliki pengetahuan
tentang budaya masyarakat.
5.
Prinsip relasi yang bertujuan.
Relasi
yang berdasarkan
penerimaan, kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab bersama, dan
partisipasi adalah dasar administrasi pekerjaan sosial yang demokratis.
6.
Prinsip totalitas lembaga.
Lembaga
harus dipahami dalam totalitas dan
keseluruhan.
7.
Prinsip tanggung jawab profesional.
Administrator
bertanggung jawab menyediakan pelayanan profesional yang berkualitas
berdasarkan pada standar praktik profesional.
8.
Prinsip partisipasi.
Kontribusi
yang memadai dari anggota
diupayakan dan digunakan oleh adminsitrator dengan
mencoba melibatkan orang dalam pembuatan keputusan
lembaga dan pemecahan masalah.
9.
Prinsip komunikasi.
Administrator
bertanggung jawab untuk
menciptakan jalur komunikasi yang
menjamin bahwa komunikasi dilakukan secara terbuka dan digunakan sampai tingkat
yang paling penuh.
10. Prinsip kepemimpinan.
Administrator
harus melaksanakan tanggung
jawab pokok untuk kepemimpinan lembaga dalam hal pencapaian tujuan
dan penyediaan pelayanan
profesional.
11. Prinsip perencanaan.
Administrator
harus melaksanakan
kepemimpinan dalam proses perencanaan yang memungkinkan sebagai individu-individu merencanakan pekerjaan
dalam kaitannya dengan tugas lembaga secara
keseluruhan.
12. Prinsip organisasi.
Pekerjaan
dari banyak orang harus diatur dan disusun
secara terorganisir, sehingga
tanggung jawab dan hubungan kerja dapat
ditetapkan secara
jelas.
13. Prinsip pendelegasian.
Pendelegasian
kekuasaan dan tanggung jawab terhadap
petugas profesional lain penting karena
tidak seorang eksekutifpun mampu menampilkan
semua tugas-tugas
khusus yang harus dilaksanakan.
14. Prinsip
koordinasi.
Pekerjaan
yang didelegasikan kepada orang banyak harus dikoordinasikan secara tepat, sehingga memberikan kontribusi
terhadap misi yang akan dicapai.
15. Prinsip
penggunaan sumber.
Sumber
uang, fasilitas dan personil harus dilindungi,
dipelihara dan digunakan secara hati-hati guna menjaga
kepercayaan dari masyarakat.
16. Prinsip
perubahan.
Administrator
bertanggung jawab mengarahkan terjadinya perubahan yang diperlukan dan
diputuskan secara demokratis.
17. Prinsip
evaluasi.
Evaluasi
proses dan hasil.
18. Prinsip
pertumbuhan.
Pertumbuhan
dan perkembangan anggota organisasi perlu ditingkatkan oleh administrator dengan memberikan tugas-tugas menantang, supervisi yang bijaksana dan
kesempatan belajar.
Pentingnya prinsip
bagi administrator pekerjaan sosial yakni untuk:
a.
Mengarahkan dalam bertindak dan
berperilaku secara profesional.
b.
Mengarahkan dalam membuat pilihan-pilihan dan keputusan tidak hanya dalam arti teknis, tetapi lebih didasari oleh
keyakinan yang
kuat tentang pekerjaan sosial,
nilai-nilai yang mendasarinya dan
tujuan yang akan dicapai di masyarakat.
c.
Administrasi pekerjaan
sosial diarahkan oleh prinsip bekerja secara terencana dan konsisten.
d.
Ketika dihadapkan pada
situasi dimana terjadi pertentangan nilai, administrator membuat keputusan
didasarkan apa yang
terbaik bagi klien.
e.
Berguna untuk menganalisis masalah,
penentuan tujuan, pemilihan metoda, pelimpahan tanggung jawab, dan evaluasi
hasil.
Fungsi
Administrasi Kesejahteraan Sosial
Administrasi
kesejahteraan sosial sebagai proses terdiri dari serangkaian kegiatan.
Rangkaian kegiatan tersebut antara lain:
1. Perumusan dan penentuan tujuan pelayanan kesejahteraan
sosial.
2. Pengorganisasian usaha pertolongan kesejahteraan sosial.
3. Managemen usaha pertolongan kesejahteraan sosial.
4. Komunikasi sosial.
5. Tata usaha.
6. Pengumpulan sumber.
7. Partisipasi masyarakat.
Tindakan
Administrator Pekerjaan Sosial
1.
Menerima (accepting).
Seorang administrator pekerjaan
sosial menerima staf, klien, personil profesional, dan masyarakat apa adanya. Dia harus menghargai setiap
orang sebagai individu yang unik dengan kelebihan dan
keterbatasan, setiap orang berusaha menjadi yang terbaik.
2.
Memperhatikan (caring).
Menebarkan kehangatan dan memberi
anggota rasa memiliki. Tunjukkan tidak
hanya dengan kata-kata tetapi
juga dengan tindakan.
3.
Menciptakan (creating).
Harus kreatif, gemar menjadi
pionir/pembuat kebijakan yang
inovatif yang
akan memperbaiki pelayanan lembaga dan staf.
4.
Menciptakan demokrasi (democratizing).
Menghargai pendapat dan nilai-nilai staf. Dia menyadari
setiap anggota dapat
memberikan kontribusinya untuk
kemajuan lembaga. Dia bukan sorang diktator/otokratis.
5.
Memberikan persetujuan
(approving).
Memahami bahwa setiap orang
(staf/klien) mengharapkan persetujuan/pengakuan. Dia memberi pujian dan
pengharagaan kepada anggota/staf kalau
memang layak secara tertulis
atau langsung.
6.
Mempercayai ( trusting).
Mempunyai kepercayaan yang implisit kepada
stafnya. Dia menghargai pandangan/gagasan dari anggota, walaupun
mungkin ada perbedaan antara gagasan dengan
apa yang mereka lakukan.
7.
Memelihara keseimbangan
personal/pribadi.
Hidup dalam lingkungan yang baik, mempunyai perhatian
terhadap kesehatan fisik dan
mental dan berusaha untuk bersikap rilek.
Berusaha menyimpan frustrasi
dan masalahnya sehingga tidak
dilampiaskan kepada stafnya. Dia suka berkreasi dan melakukan hal yang menyenangkan dan mampu mendapatkan
energi yang baru
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Social group work
sebagai salah satu metode bantu dalam praktik pekerjaan sosial merupakan
suatu pelayanan terhadap kelompok yang bertujuan untuk membantu mengembalikan
anggota ke dalam keadaan berfungsi sosial dengan cara mengambil manfaat
dari pengalaman-pengalaman dalam kelompok yang disusun secara sadar dan bertujuan.
Adapun tahapan dalam social group work
antara lain:
a. Tahap
pra kelompok,
b. Tahap
memulai suatu kelompok, dan
c. Tahap
mengakhiri suatu kelompok.
Tahapan-tahapan
tersebut dilaksanakan dengan tujuan
agar anggota kelompok satu dengan yang lain dapat membuka diri dan berinteraksi dengan orang-orang di
sekelilingnya.
Sedangkan administrasi
kesejahteraan sosial sebagai tindakan dari
staf/anggota yang
memanfaatkan atau mentranformasikan kebijakan-kebijakan sosial ke dalam pelayanan-pelayanan sosial. Ini dilakukan
oleh para eksekutif. Proses yg paling banyak digunakan, yaitu:
1.
Perencanaan (planning),
2.
Pengorganisasian (organizing),
3.
Bimbingan (direction),
4.
Pengarahan (commanding),
5.
Koordinasi (coordination),
B.
Saran
Social group work
dan social welfare administration
merupakan metode yang digunakan dalam praktek pertolongan pekerjaan sosial.
Kedua metode tersebut sama-sama penting dalam menjalankan perananya. Penggunaan
metode-metode tersebut tergantung pada kasus atau permasalahan kalayan yang
bersangkutan. Kemampuan dari pekerja sosialpun menentukan apakah penggunaan
metode-metode tersebut dapat berhasil
atau tidak dalam memecahkan permasalahan kalayan.
Hendaknya penggunaan metode social group
work dan social welfare administration harus selalu berdampingan dengan
metode-metode lain.
Thaks for your explain obout SGW, helpfull
ReplyDelete