PEKERJAAN SOSIAL INDUSTRI
A. Definisi Pekerjaan Sosial Industri
Pekerjaan sosial industri dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik
pekerjaan sosial yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan
dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metoda
pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individu
dan lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini, pekerja sosial
dapat menangani barbagai kebutuhan individu dan keluarga, relasi dalam
perusahaan, serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat
(NASW, 1987) atau yang lebih dikenal dengan istilah tanggung jawab perusahaan
(corporate social responbility)(suharto, 2006b).
Pekerjaan sosial industri menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai pekerjaan sosial dalam pemberian pelayanan , program, dan kebijakan
bagi para pegawai dan keluarganya, manajemen perusahaan, serikat-serikat buruh
dan bahkan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Inti pekerjaan sosial industri meliputi kebijakan, perencanaan, dan
pelayanan sosial pada persinggungan antara pekerja sosial dan dunia kerja. (Suharto 2006b). Kegiatan pekerjaan
sosial industri antara lain adalah program bantuan (bagi pegawai), promosi
keshatan , manajemen perawatan kesehatan, tindakan alternatif affirmatif
(pembelaan), penitipan anak, perawatan lanjut usia, pengembangan sumber daya
manusia (SDM), pengembangan organisasi, pelatihan, dan pengembangan karir,
konseling bagi penganggur atau yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responbility),
tunjangan-tunjangan pegawai, keamanan dan keselamatan kerja, pengembangan
jabatan, perencanaan sebelum dan sesudah pensiun serta bantuan pemindahan
kerja.
Konsep pekerjaan sosial industri lebih luas dari konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) maupun masyarakat (community development). Pekerjaan
sosial industri mencangkup pelayanan sosial yang bersifat internal dan
eksternal, pekerjaan sosial industri melibatkan program-program bantuan bagi
pegawai, seperti pelayanan konseling. Terapi kelompok, dan pengembangan sumber
daya manusia. Secara eksternal, pekerjaan sosial industri, berwujud dalam
berbagai bentuk program CSR termasuk di dalamnya strategi dan program
pengembangan masyarakat, pengembangan kebijakan sosial, dan advokasi sosial
B. Sejarah dan Perkembangan Pekerjaan Sosial Industri
Pekerjaan sosial industri terlahir dalam konteks pertumbuhan masyarakat
industri. Pekerjaan sosial industri pertama kali muncul tahun 1800-an. Para
pekerja sosial mulai terlibat di berbagai perusahaan Inggris, Jerman, dan
Amerika Serikat sekitar tahun 1890, sedangkan di Perancis tahun 1920. Pada masa
itu, beberapa perusahaan di sana menyewa apa yang disebut ” sekretaris
kesejahteraan”,”pekerja kesejahteraan industri” , atau ”sekretaris sosial”. Di
Jerman, pekerja sosial atau sosiater industri ini dikenal dengan nama arbeiter sozial, sedangkan di Perancis
dinamakan consul de familie atau conseillers
du travail (Suharto, 2006ab).
Pekerja sosial memiliki peranan penting dalam pemberian pelayann sosial,
baik yang bersifat pencegahan, penyembuhan maupun pengembangan dalam sebuah
perusahaan. Tugas utamanya adalah menangani masalah kesejahteraan, kesehatan,
keselamatan kerja, relaxi buruh dan majikan, serta perencanaan dan
pengorganisasian program-program pengembangan masyarakat bagi komunitas yang
ada di sekitar perusahaan (Suharto,
1997;2006b). Karena tugas utamanya menangani permasalahan sosial yang terkait
dengan perusahaan, sosiawan industri ini dikenal pula dengan nama pekerja
sosial kepegawaian atau occupational
social worker (Strausser, 1989).
Menurut Freud, fokus pekerjaan
sosial harus menyentuh dunia kerja, karena ia memberi tempat aman bagi
seseorang dalam realitas sebuah komunitas manusia (human community). Pada tahun 1975, seorang pioneer pekerjaan
sosial, Bertha Reynolds memberi
komentar atas pendapat Freud yang
dikemukakan pada tahun 1930 itu. Menurut Reynolds,
” tempat kerja yang merupakan sebuah persimpangan kehidupan (the crossroads of
life) sering kali diabaikan sebagai sebuah komunitas manusia”.
Pernyataan Reynolds tidak lagi
berlaku dewasa ini. Sekarang ini kita telah
menyaksikan peningkatan yang luar biasa dalam hal perhatian dan kehadiran
profesi pekerjaan sosial di dunia kerja. Semenjak tahun 1970-an., pekerja
sosial telah menemukan bahwa tempat kerja bukanlah untuk bekerja saja, tetapi
merupakan sebuah tempat yang penting dan unik di mana para pegawainya perlu
diberi informasi mengenai pelayanan-pelayanan yang tidak selalu terkait dengan
pekerjaan. Tempat kerja juga merupakan
tempat dimana diagnosis aktual mengenai kebutuhan dan pelayanan sosial tertentu
dapat diberikan. (suharto, 2006b)
Banyak pelayanan sosial di tempat kerja yang dapat diberikan pekerjaan
sosial industri berkisar pada domain-domain fungsi-fungsi pekerjaan sosial
tradisional seperti konseling bagi para pegawai. Dengan semakin canggihnya
pendidiksn pekerjaan sosial dalam bidang industri, ekonomi, perencanaan, dan
analisis kebijakan, asesmen keorganisasian, penelitian, pengembangan
masyarakat, membuat pekarjaan sosial berkiprah dalam bidang industri yang
bersifat non-tradisional, seperti pengembangan SDM dan organisasi, tanggung
jawab sosial, dan filantropis perusahaan. Dengan demikian seperangkat
pengetahuan pekerjaan sosial yang begitu luas yang berpadu dengan kebutuhan
kompleks tempat kerja serta semakin meningkatnya individu yang bekerja di dunia
bisnis yang memilih pekerjaan sosial sebagai ”karir kedua” telah meningkatkan
peran pekerja sosial industri di dunia kerja.
Industri merupakan salah satu bidang garapan profesi pekerjaan sosial yang
paling muda. Namun, akar sejarah pekerjaan sosial industri di AS beranjak pada
akhir abad ke-18 dan semakin dikenal pada awal abad ke-19 saat di mana istilah
”kapitalisme kesejahteraan” (welfare
capitakism) semakin populer dan saat ”sekretaris sosial” (social
secretaries) dipekerjakan di perusahaan. Kapitalisme kesejahteraan merujuk pada
berbagai tunjangan dan pelayanan sosial yang disediakan secara sukarela oleh
majikan dalam upaya mensosialisasikan, menjaga, dan mengontrol tenaga kerja
kasar yang sangat dibutuhkan pada masa revolusi industri (Suharto, 2006b)
Pemicu lain yang menyebabkan lahirnya pekerjaan sosial industri di AS yaitu
berkaitan dengan upaya para majikan untuk mangatasi masalah yang diakibatkan
oleh meningkatnya wanita yang memasuki dunia kerja setelah perang sipil.
Menurut Brandes, permulaan pekerjaan sosial medis berakar pada suatu bentuk
seksisme (sexism) akibat tumbuhnya
bisnis dan majikan mengalami peningkatan pegawai wanita. Para majikan
menghadapi kesulitan manangani masalah pegawai wanita yang ”ganjil” karena pada
saat itu, fenomena pekerja wanita masih sangat sedikit. Sebagai solusinya yaitu
dengan menyewa seorang spesialis. Spesialis yang pertama yaitu ibu Anggie Dunn
yang disewa pada tahun 1875 sebagai sekretaris sosial pada perusahaan H.J.
Heinz di Pittsburg ( Suharto,
2006b).
Dunn mungkin satu-satunya sekretaris kesejahteraan hingga tahun 1900 ketika
banyak perusahaan mulai menyewa spesialis seperti dirinya. Pada tahun 1919,
Biro Statistik Buruh melakukan survei terhadap 431perusahaan besar di As dan
menemukan bahwa 141 perusahaan mempekerjakan sekretaris perusahaan secara full
time, dan 154 perusahaan mempekerjakan sekretaris perusahaan secara kontrak
dari luar perusahaan. Tahun 1926, sebesar 80% dari 1500 perusahaan besar di AS
memiliki beberapa jenis program kesejahteraan (people, 1981). Meskipun belum
tahun 1920 sebagian besar tahun lulusan sekolah tinggi pekerjaan sosial New
York ( New York School of Social Work)
bekerja pada settimng industri daripada setting lainnya, pekerja sosial yang
terlatih secara profesional masih sedikit jmlahnya. Sebagian besar sekretaris
kesejahteraan adalah wanita yang berpendidikan sebagai guru atau perawat. Salah
seorang perawat, ibu Marrion T. Brockway
disewa sebagai ”ibu kerumahtanggaan/ perawat tatalaksana” pada Perusahaan
Asuransi Jiwa Metropolitan.
Pada pengumuman mengenai penunjukan dia tanggal 3 September 1919, fiske,
presiden perusahaan itu menjelaskan tugas-tugas ibu Brockway sebagai berikut (Strausser, 1989;4):
Tugas ibu kerumahtanggaan akan dilakukan sesuai dengan sebutannya. Semua
pegawai wanita dipersilakan berkonsultasi mengenai kesehatan kepegawaian, reklasi
dengan rekan kerja, atasan atau anggota keluarga, dan urusan-urusan dan
masalah-masalah pribadi jika ada. Ibu Brockway akan melihat kondisi-kondisi
pelayanan sosial di kantor dan memberi nasihat berkenan dengan masalah-masalah
di dalam dan luar perusahaan, penduduk sekitar perusahaan, serta dewan
perusahaan ya g tinggal jauh dari para tetangga. Ide utama menunjuk seorang ibu
kerumahtanggaan adalah para jurutulis wanita dapat memperoleh layanannya,
meskipun ibu Brockway dapat pula memeberi nasihat pada jurutulis pria. Usia dewasa, pengalaman luas, kecerdasan, dan
kapasitasnya bersimpati, membuat ibu brockway cocok bagi pegawai wanita maupun
pria. Dan semua juru tulis kita menjadi senang berkonsultasi dengan dia.
Dalam garis besar Carter
mengelompokkan peranan sekretaris kesejahteraan ke dalam empat bidang tugas
yang mencangkup(Suharto,
2005;2006b):
1. Kesejahteraan fisik: kesehatan, keamanan, sanitasi, dan perumahan pegawai.
2. kesejahteraan budaya: rekreasi, perpustakaan, pendidikan, dan akulturasi
dasar mengenai dunia kerja dan budaya Amerika
3. Kesejahteraan personal: pelayanan casework (konseliperseorangan) bagi para
pegawai dan keluarganya.
4. kesejahteraan ekonomi: administrasi pinjaman dan pensiun dan bahkan
perekrutan, pemecatan, dan penetapan gaji karyawan.
Karena kombinasi berbagai kekuatan, seperti ketidakpuasan karyawan,
perubahan ekonomi, peningkatan pelayanan sosial yang disediakan pekerja sosial
masyarakat, dan pergeseran ideologi (Strausser
dan Phillips,1988), kehadiran pekerjaan sosial industri menghilang dari
setting industri pada tahun 1920-an dan baru muncul kembali setelah perang
dunia II. Saat itu pekerjaan sosial industri, tidak hanya memberikan pelayanan
sosial untuk membantu orang beradaptasi secara personal terhadap dampak
perang., tetapi juga pelayanan sosial yang memungkinkan mereka untuk lebih
produktif pada saat produksi.
Pekerjaan sosial bertugas sebagai pemberi pelayanan sosial langsung dalam
setting serikat buruh (Kyle.1994 dan
Ronalds 1963) di pemerintah militer
dan federal dan kantor militer (Stanlley,1944)
serta sejumlah perusahaan swasta seperti Macy’s di New York (Evans, 1940), RCA Victor di
Indianapolis (Coyle,1944) ,
J.Lhudson Departement Store dan perusahaan asuransi jiwa Metopolitan (Palevsky,
1945). Perkembangan Pekerjaan sosial modern dimulai sejak tahun 1960-an pada
saat pembentukan dua program terpisah yang bertujuan menangani kebutuhan
kesehatan mental karyawan. Program yang dibentuk oleh perusahaan Polaroid di
Boston dan perusahaan pakaian Amerika Amalgamasi di kota New York itu
dikendalikan oleh para pekerja sosial profesional dan mampu mencatat kesuksesan
(Kurzman,1988).
Perkembangan pekerjaan sosial industri ini juga didorong dengan munculnya
Pusat Kesejahteraan Sosial Industri (the Industrial Social Welfare Center) yang
dibentuk tahun 1969 di sekolah pekerjaan sosial Columbia University di bawah
arahan Hyman J. Weiner dan didanai oleh pelayanan sosial dan rehabilitasi,
departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan, dan Kesejahteraan AS. Lembaga ini
memiliki 3 tujuan yaitu:
a. Membangun bank pengetahuan dan informasi berkaitan dengan pemberian
pelayanan sosial terhadap populasi para pegawai.
b. Menyediakan bantuan teknis dan
pelayanan konsultasi terhadap serikat buruh, perusahaan bisnis, dan
lembaga-lembaga sosial.
c. Memberi kontribusi pada pendidikan pekerja sosial dan profesi pertolongan
lainnya (CUSSW dalam Suharto, 2006). Lembaga tersebut sangat berhasil dalam
mencapai tujuan ini.
Pada pertengahan tahun 1970-a, perkembangan pekerjaan sosial industri yang
tadinya secara terkotak-kotak (terserak) mulai mengkerucut melalui gerakan yang
terorganisir (Masi dalam Suharto
2006b). Kemajuan ini berasal dario beberapa sebab, antara lain:
1) Menurunkan afiliasi para pekerja sosial profesional dengan sektor publik
(semula sebagian besar pekerja sosial di lembaga pemerintah);
2) Semakin banyaknya pekerja sosial yang membuka praktek mandiri (privat);
3) Perubahan angkatan kerja karena masuknya kaum wanita, minoritas, dan orang
dengan kecacatan (ODK) ke dunia industri;
4) Disahkan sebagai peraturan dengan perundang-undang yang terkait dengan
pekerjaan, seperti the Hughes Act, the Vocational Rehabilitation Act, The
OCCUPATIONAL Safety and health Act, the Employee Retirement Income Security
ACT, the Age Discrimination in Employment Act, dan Title VII of the Civil
Rights Act;
5) Meningkatnya kesadaran sosial mengenai dampak tempat kerja terhadap
kesehatan mental dan kecanduan alcohol di kalangan pegawai.
Selain lima kondisi di atas, semakin populernya pekerjaan sosial industri
juga dipicu oleh profesionalisme pada program-program penanggulangan alkoholisme
di tempat kerja, evolusi program-program bantuan bagi pegawai (Employee
Asistance Programs/EAPs), serta dibentuknya program-program pelatihan di
sejumlah sekolah pekerjaan sosial di seluruh AS dan Kanada yang ke;ak
meningkatkan kesempatan kerja dan tersedianya pekerja sosial yang terlatih
untuk posisi-posisi baru.
Jumlah pekerja sosial saat ini belum diketahui secara pasti. Namun,
Asosiasi National Pekerja Sosial (National Association of Social Workers) AS
menghimpun daftar alamat surat sekitar 2200 individu sebagai bagian dari survey
nasional pekerjaan sosial industri yang dilaksanakan lembaga ini tahun 1985.
Pada tahun 1987, tercatat ada 614 pekerja sosial berlisensi yang menjadi
anggota the Association of Labor Management Administrators and consultans on
Alcoholism(ALMACA), sebuah organisasi profesional utama yang mewakili para
pekerja sosial yang bekerja di program-program bantuan (EAPs) bagi pegawai.
Seperti dinyatakan oleh Googins (1987;37). ”Para pekerja sosial memegang
posisi-posisi pimpinan dan menjadi kelompok profesional terdepan di
asosiasi-asosiasi dunia kerja, seperti ALMACA, EASNA (Employeeassistance
Society of North America) dan IASISW (International Association of Industrial
Social Workers).
Pekerja sosial industri dewasa ini bekerja di sektor swasta, baik untuk
organisasi laba maupun nir-laba di lembaga-lembaga pemerintah tingkat federal,
negara bagian, dan lokal, di organisasi militer, dan serikat-serikat buruh.
Survei national yang dilakukan di 39 sekolah pekerjaan sosial yang menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan pekerjaan sosial industri mengidentifikasikan bahwa 30%
dari pekerja sosial industri bekerja di organisasi-organisasi swasta, 23% di
kontraktor-kontraktor yang menyediakan pelayanan sosial bagi
perusahaan-perusahaan besar, 17% di lembaga-lembaga pemerintah negara bagian
dan lokal, 15% di serikat buruh dan 15% di lembaga pemerintahan federal (Maiden
dan Hardcastle, 1985). Pekerja sosial industri mampu
memberikan beragam pelayanan sosial di berbagai macam setting. Namun, sebagian
besar setting pekerjaan sosial industri adalah di bidang-bidang yang berkaitan
dengan program-program bantuan pegawai (EAPs).
C. Bidang Garapan Pekerjaan Sosial Industri
1. Bidang Garapan Pekerja sosial
Guna mengenal lebih jauh fungsi dan peranan pekerjaan sosial, di bawah ini
disajikan beberapa contoh bidang garapan atau setting utama yang sering kali
menjadi tempat berkiprah para pekerja sosial yaitu antara lain:
a. Keluarga dan pelayanan anak: penguatan keluarga, konseling keluarga,
pemeliharaan anak, dan adopsi, perawatan harian, pencagahan penelantaran, dan
kekerasan dalam rumah tangga.
b. Kesehatan dan rehabilitasi: pendampingan pasien di rumah sakit,
pengembangan kesehatan masyarakat, kesehatan mental. Rehabilitasi vokational,
rehabilitasi pecandu obat dan alkohol, pendampingan ODHA, harm reduction programmer.
c. Pengembangan masyarakat: perencanaan sosial, pengorganisasian masyarakat,
revitalisasi ketetanggaan, perawatan lingkungan hidup, kehutanan sosial,
penguatan modal sosial, penguatan ekonomi kecil.
d. Jaminan sosial: skema asuransi
sosial, bantuan sosial, social fund,
JKSM, jaringan pengaman sosial.
e. Pelayanan kedaruratan: pengorganisasian bantuan: manajemen krisis,
informasi dan rujukan, integrasi pengungsi, pengembangan peringatan dini
masyarakat.
f. Pekerjaan sosial sekolah: konseling penyesuaian sekolah, manajemen perilaku
pelajar, manajemen tunjangan biaya pendidikan. Pengorganisasian makan siang
murid, peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat dalam pendidikan.
g. Pekerjaan sosial industri: program bantuan pegawai, penanganan stress, dan
burnout, penempatan dan relokasi kerja, perencanaan pensiun, tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social
responbility)
2. Masalah yang ditangani Pekerja Sosial
Berawal dari abad ke-14 di Inggris, masyarakat industri sangat ditentukan
sistem pebrik. Pada zaman merkantilisme ini, pada awalnya laki-laki dan wanita
bekerja di ladang atau pada perusahaan-perusahaan keluarga (informal)
(Johnson,1984; Kartono, 1994).Hal ini memisahkan orang dewasa yang sebagian
besar waktunya bekerja di pabrik dengan anak-anak yang ditinggalkan di rumah
bersama keluarga besar atau tanpa pengawasan sama sekali. Pemisahan ini menjadi
awal bagi dinamika keluarga dan masyarakat termasuk bagi munculnya permasalahan
sosial yang diakibatkannya. Retaknya relasi sosial antara pekerja dan
keluarganya, kurangnya kesempatan anak dalam meniru model peranan orangtua dan
munculnya alinasi atau keterasingan pekerja dalam kehidupan masyarakatnya
adalah beberapa contoh masalah sosial yang timbul akibat industrialisasi.
Mekanisme dan otyomatisasi melahirkan rutinitas pekerjaan dan membuat
tenaga manusia tampak semakin tidak penting. Para pekerja kerah biru maupun
kerah putih merasa tidak bermakna dan terancam karena kapan saja dapat
digantikan oleh saingannya, yakni mesin. Perubahan teknologi, penggantian
tenaga kerja (shift), dan pemutusan hubungan kerja yang semakin menjadi
fenomena dalam kehidupan sehari-hari sering menimbulkan kecemasan bagi para
pekerja. Proses otomatisasi di As menggantikan sekitar 2 juta pekerjaan setiap
tahunnya. Para pekerja yang merasa tidak
berguna dan tidak berdaya dalam pekerjaanya seringkali membawanya ke rumah dan
masyarakat. Johnson (1948:261) mengklasifikasikan akibat akibat industrialisasi
yang bersifat negatif terhadap
kesejahteraan manusia ke dalam 5A yaitu:
a.
Alienation:
perasaan keterasingan dari diri, keluarga, dan kelompok sosial yang menimbulkan
apatis, marah, dan kecemasan.
b.
Alcoholism atau
addiction: ketergantungan terhadap alkohol, obat-obat terlarang atau rokok yang
dapat menurunkan produktivitas, meruasak kesehatan fisik dan psikis , dan
kehidupan sosial seseorang.
c.
Absenteeism:
kemangkiran kerja atau perilaku membolos kerja dikarenakan rendahnya motivasi
pekerja, perasaan-perasaan malas, tidak berguna, tidak merasa memiliki
perusahaan, atau sakit fisik dan psikis lainnya.
d.
Accidents:
kecelakaab kerja yang diakibatkan oleh menurunnya konsentrasi pekerja atau oleh
lemahnya sistem keselamaatan dan kesehatan lingkungan kerja.
e.
Abuse:
bentuk-bentuk perlakuan salah terhadap anak-anak atau pasangan dalam keluarga
(istri/suami), seperti memukul. Dan menghardik secara berlebihan yang
ditimbulkan oleh frustasi, kebosanan, kelelahan di tempat pekerjaannya.
Beberapa permasalahan lainnya yang terkait dengan masalah industrialisasi
adalah: diskriminasi di tempat kerja atau tindakan-tindakan tidak adil terhadap
wanita, kaum minoritas, imigran, remaja, pensiunan, dan para penyandang cacat.
Beberapa industri dan perusahaan kerap menimbulkan dampak negatif terhadap
masyarakat di sekitarnya,sepeti polusi (udara, air,suara) dan
kerusakan-kerusakan fisik dan psikis para pekerjanya. Para pekerja sosial
industri dapat membantu dunia industri untuk mengidentifikasi dan mengatasi
berbagai biaya sosial (social care) yang ditimbulkan oleh perusahaan.
3. Tugas Pekerja Sosial Industri
3. Tugas Pekerja Sosial Industri
Menurut Johnson (1984:263-264) ada 3 bidang tugas pekerja sosial yang
bekerja di perusahaan antara lain:
a.
Kebijakan,
perencanaan dan administrasi.Bidang ini umumnya tidak melibatkan pelayanan
sosial secara langsung. Sebagai contoh, perumusan kebijakan untuk peningkatan
karir, pengadministrasian program-program tindakan afirmatif, pengkoordinasian
program-program jaminan sosial dan bantuan sosial bagi para pekerja , atau
perencanaan kegiatan-kegiatan sosial dalam departemen perusahaan.
b.
Praktik
langsung dengan individu, keluarga, dan populasi khusus. Tugas pekerja sosial dalam bidang ini meliputi intervensi krisis (crisis
intervention), assesmen (penggalian) masalah-masalah personal, dan pelayanan rujukan,
pemberian konseling bagi para pensiunan atau pekerja yang menjelang pensiun.
c.
Praktik yang
mengkombinasikan pelayanan sosial langsung dan perumusan kebijakan sosial bagi
perusahaan. Para pekerja sosial telah memberikan kontribusi
penting dalam memanusiakan dunia kerja. Mereka umumnya terlibat dalam konseling
di dalam maupun di luar perusahaan, pengorganisasianprogram-program personal,
konsultasi dengan manajemen dan serikat-serikat kerja mengenai konsekuensi
kebijakan-kebijakan perusahaan terhadap pekerja, serta bekerja dengan bagian
kesehatan dan kepegawaian untuk meningkatkan kondisi lingkungan kerja dan
kualitas tenaga kerja (Johnson,1994;Suharto,1997).
0 comments:
Post a Comment