MODEL PENGUBAHAN PERILAKU
Pengubahan perilaku adalah suatu sistem intervensi yang
terdiri dari prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur tentang bagaimana mengubah
perilaku orang
Pengubahan perilaku bukanlah suatu sistem yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa orang berkembang namun asumsi dan konsepsi pengubahan
perilaku berkaitan dengan hakekat dan perkembangan perilaku manusia
Model perilaku mempunyai asumsi yang sangat berbeda dengan
model intervensi perilaku yang bersifat tradisional yang sering disebut dengan
model penyakit (disease model)
MODEL PENYAKIT (DISEASE MODEL)
Model ini mendasari sistem intervensi yang bersifat
tradisonal
Fokus kepada peristiwa-peristiwa internal dan memandang
perilaku maladaptif yang nampak merupakan tanda atau gejala dari faktor-faktor
internal yang penting
Asumsi yang mendasari adalah bahwa perilaku abnormal
substansinya berbeda dengan perilaku normal
Prinsip yang menjelaskan perilaku normal dan abnormal
berbeda
Menurut model penyakit bahwa individu yang mengalami masalah
emosional atau sosial dianggap sakit. Orang yang sakit mental dianggap sama
dengan sakit fisik.
Perilaku abnormal yang nampak dianggap sebagai indikasi
adanya masalah yang terjadi dalam diri manusia
Pengubahan perilaku (menghilangkan gejala) dipandang tidak
penting kecuali penyebab dasar dari masalah diketahui dan diatasi
Dalam model ini juga dikenal adanya gejala pengganti
(substitusi): jika hanya perilaku yang nampak yang diatasi sedangkan penyebab
dasarnya tidak ditangani maka akan
ada gejala pengganti
MODEL PERILAKU (BEHAVIORAL MODEL)
Menekanakan kepada pemahaman tentang hubungan fungsional
antara lingkungan dengan perilaku (perilaku manusia merupakan produk dari
interaksi antara manusia dengan lingkungannya)
Lingkungan meliputi situasi,tempat, peristiwa dan orang
Fokus kepada perilaku yang dapat diamati atau diukur
(perilaku yang nampak maupun yang tidak nampak)
Asumsi dari model ini adalah bahwa prinsip yang sama untuk
menjelaskan perilaku adaptif (normal) dengan perilaku maladaptif (abnormal).
Terjadi universalitas dari perkembangan perilaku
PERILAKU ABNORMAL DALAM MODEL PERILAKU
Perbedaan didalam perilaku manusia tidak perlu dipandang
normal atau tidak normal (penilaian terhadap perilaku didasari oleh persepsi
manusia terhadap perilaku bukan didasarkan pada adanya penyakit yang menyebabkan
terjadinya abnormalitas)
Persepsi manusia sangat luas, makna perilaku akan berbeda
dari sisi budaya, masyarakat bahkan individu
Model perilaku menghindari label diagnostik karena dapat membiaskan praktisi dalam sikap
maupun treatmennya (label tsb membatasi kesempatan sosial orang yang
menyandangnya). Label dapat menimbulkan dampak negatif atau tidak menguntungkan
bagi orang yang menyandangnya. Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku overt
(nampak)
PRINSIP DASAR PENGUBAHAN PERILAKU
Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua: perilaku
responden (respondent behavior) dan perilaku operan (operant behavior),
berdasarkan kedua jenis perilaku tersebut dapat ditentukan prinsip dasarnya dan
teknik-teknik untuk mengubahnya.
Prinsip dasar perilaku responden:
Perilaku responden terjadi karena faktor penyebab (faktor
antecedent)
Terjadi secara tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan oleh
pelakunya
Terjadi karena mekanisme kerja tubuh dan berkaitan dengan
faktor kejiwaan.
BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM
PRINSIP-PRINSIP PERILAKU RESPONDEN:
S : stimulus atau
rangsangan yang mendorong terjadi
nya
perilaku, misal situasi, kejadian, orang atau
benda
R : respon
(behavior) merupakan tanggapan terhadap
stimulus
C : conditioning
adalah proses dipelajarinya suatu
perilaku
CR : conditioned
response adalah respon atau perilaku
yang
didasarkan oleh hasil belajar atau pengalaman
UCR : unconditioned
response merupakan innate reaction
atau
perilaku yang tidak didasari oleh pengalaman
UCS : unconditioned
stimulus merupakan stimulus yang
belum pernah
dipelajari
NS : netral
stimulus yaitu stimulus yang tidak atau sedikit
pengaruhnya
terhadap perilaku.
CS :
Conditioning stimulus, stimulus yang baru dipelajari
TEKNIK-TEKNI PENGUBAHAN PERILAKU
RESPONDEN
Pairing atau asosiasi (pemasangan).
Prosedurnya:
memasangkan NS (stimulus netral) secara konsisten dengan UCS (stimulus yang
tidak dikondisikan) sehingga NS tersebut akan membangkit kan respon yang sama
atau mirip dengan respon yang dibangkitkan oleh UCS.
Contoh: Pukulan (UCS) membangkitkan rasa takut (UCR)
dipasangkan dengan guru (NS), maka guru (NS)
dapat
membangkitkan respon takut sama seperti
pukulan
(UCS).
1.
Pukulan (UCS) Takut (UCR)
2. Guru
(NS)
3. Guru
(CS)
Takut (CR)
Responden Extinction (peniadaan perilaku)
Tujuannya adalah
untuk menghilangkan atau mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan .
Prosedur yang
digunakan adalah menghadirkan CS
(guru) secara berulang kali tanpa dipasangkan dengan UCS (tamparan) maka CR (rasa takut)
lama-lama akan hilang dengan
sendirinya.
Teknik pengubahan perilaku yang didasarkan pada
prinsip
extinction adalah Teknik Implosion atau
terapi Implosive
3. Counterconditioning
Beberapa respon emosional tidak dapat terjadi dalam waktu
yang bersamaan, misal terangsang kepada seseorang atau kepada sesuatu tak akan
terjadi apabila sedang merasa cemas atau takut.
Counterconditioning menggunakan prinsip tersebut yaitu
mengkondisikan respon baru untuk menggantikan respon lama yang tidak diinginkan
terhadap stimulus yang lama (stimulus yang dikondisikan / CS)
Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam menggunakan counterconditioning:
a. pisahkan
stimulus yang memabangkitkan respon yang
tidak
diinginkan
b. tentukan
stimulus lain yang dapat membangkitkan
respon yang
diinginkan sebagai pengganti atau lebih
dominan dari
respon lama yang tidak diinginkan
c. memasangkan
kedua stimulus tersebut secara
sistematis
Contohnya adalah seorang anak yang takut terhadap topi,
untuk menghilangkan
rasa takut tersebut maka topi harus
dipasangkan dengan stimulus lain yang lebih kuat
pengaruhnya. Dapat digambarkan sebagai berikut:
UCS (?) UCR (takut)
CS
2. CS (topi) CR (takut)
CS (topi) CR (takut)
dipasangkan
dengan
UCS
(makanan) UCR (rasa
senang terhadap makanan)
4. CS (topi) CR (rasa senang
terhadap makanan)
Counterconditioning digunakan untuk mengatasi respon
emosional maladaptif yang sifatnya menghindar, seperti rasa takut dan cemas
Aversive counterconditioning digunakan untuk mengatasi
respon emosional maladaptif yang sifatnya mendekat, seperti merokok,
menggunakan obat dan minuman.
Prosedurnya adalah
mengkondisikan UCR (respon yang tidak dikondisikan yang sifatnya bertentangan) kepada stimulus
yang sebelumnya membangkitkan CR (respon mendekat)
Teknik ini jarang digunakan karena menimbulkan ketidak
enakan kepada klien maupun praktisinya. Untuk membangkitkan respon yang menjauhi
stimulus biasanya memasangkannya dengan stimulus yang tidak menyenangkan, misal
shock electric, skenario yang dibayangkan.
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGUBAHAN PERILAKU OPERAN
Perilaku operan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- dilakukan
secara sadar dan direncanakan
- dilakukan
dengan menggunakan otot-otot besar
- menimbulkan
konsekuensi
- banyak
dipengaruhi oleh lingkungan
Perilaku operan mempunyai hubungan fungsional dengan
lingkungan, dapat disimbulkan sebagai berikut:
A B C
A = antecedent
B = behavior
C = concequences
Contoh :
Seorang anak kecil yang di perintah ayahnya untuk membeli
rokok, kemudian setelah ia membelikan rokok diwarung, ayahnya memberinya
imbalan sisa uang rokok, sehingga ketika ayahnya menyuruhnya untuk membelikan
rokok anak tersebut akan langsung ke warung untuk membelikan rokok ayahnya,
karena ia tahu setelah ia membeli rokok
akan dapat imbalan.
Stimulus :Imbalan uang sisa uang Rokok
Perilaku yang di ulang : Seorang anak kecil selalu menuruti
ayahnya jika disuruh membelikan rokok.
artinya adalah
bahwa perilaku dibangkitkan oleh faktor
antecedent yang
kemudian akan menimbulkan konsekuensi
kepada
lingkungannya
Penekanan pengubahan
perilaku operan adalah kepada konsekuensi dari suatu perilaku. Pengubahan
perilaku operan adalah dengan merubah dan mengatur hubungan contingent
(hubungan kondisional) antara penampilan suatu perilaku dengan konsekuensinya sehingga sering disebut dengan Contingency
Management (anak tidak mengerjakan tugas
sekolah tidak boleh mengikuti pelajaran dikelas)
Teori yang mendasari
pengubahan perilaku operan sering disebut dengan Teori Reinforcement (Keller,
1969). Reinforce artinya memperkuat
Apabila konsekuensi suatu perilaku (pengaruhnya kepada
lingkungan) adalah penggunaan reinforcement maka perilaku tersebut cenderung
diperkuat atau ditingkatkan.
Sebaliknya
apabila suatu perilaku menimbulkan hilangnya reinforcement maka perilaku tersebut
cenderung dihilangkan atau dikurangi
TEKNIK-TEKNIK PENGUBAHAN PERILAKU OPERAN
POSITIVE
REINFORCEMENT
pemberian suatu
reinforcement/stimulus (situasi, peristiwa, item atau kata-kata) mengikuti suatu perilaku dengan tujuan untuk
meningkatkan atau memperkuat perilaku tersebut. Stimulus yang ditampilkan
adalah stimulus yang dapat menimbulkan perasaan senang atau puas bagi individu
yang menampilkan perilaku sehingga individu tersebut akan cenderung mengulang
perilakunya dengan harapan untuk mendapatkan stimulus tersebut.
Simbolnya
adalah:
R S+
Diky adalah seorang anak kecil berusia 6 tahun, suatu Hari
ibunya mengajak dia ke mall. Ketika berada di mall dia marah dan mengamuk pada
ibunya karena menginginkan mainan, dan ibunya segera membelikannya karena malu
berada ditempat keramaian, maka perilaku anak tersebut akan diperkuat untuk
memperoleh mainan lagi, sehingga marah dan mengamuk akan diperkuat.
Contd....
Stimulus :Membelikan mainan agar tidak mengamuk dan marah
saat berada di mall, karena sang ibu malu.
Perilaku yang di ulang : Diki akan mengamuk dan marah jika
ia tidak dibelikan mainan dan keinginannya.
Kelebihan +Reinforcement
Dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perilaku adaptif
Dapat menghilangkan masalah disiplin
Dapat memperkuat perilaku positif
Bila digunakan scr tepat dapat menjadi alat pengubahan
perilaku yang paling kuat/efektif
Strategi pengubahan perilaku yang paling populer dan paling
sering digunakan – resiko kecil/sedikit
Kelemahan +Reinforcement
Menurunkan perilaku adapatif ketika reinforcement tdk
diberikan scr memadai dan dpt menggantikan instrinsic motivation
Lebih banyak digunakan akan menjadi suatu kebutuhan bagi
orang yang menerimanya
Tidak praktis untuk selalu memberikan penguatan secara
langsung
Akan mengganggu perilaku yang diinginkan
Memerlukan 2 atau 3 program reinforcement utk
mengurangi/menghilangkan perilaku mal-adaptif
2. NEGATIVE REINFORCEMENT
Menghilangkan atau menghindarkan reinforcement /stimulus
mengikuti suatu perilaku dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperkuat perilaku tersebut.
Stimulus yang dihilangkan adalah stimulus yang sifatnya
tidak menyenangkan
Simbolnya
adalah: R S-
Orang akan
meningkatkan perilakunya hanya untuk menghindari stimulus yang sifatnya tidak
menyenangkan sehingga sering disebut dengan escape or avoidance learning.
Contoh: napi akan meningkatkan perilaku positifnya hanya
untuk menghindari hukuman yang lebih berat -
remisi
Contoh :
Pada jam 11.30 siang pada saat pelajaran terakhir akan usai
siswa SD kelas 6 tampak mulai
bercakap-cakap dengan temannya dan tidak menghiraukan gurunya yang sedang
mengajar didepan. Seusai pelajaran guru langsung keluar dan kembali ke kantor
dan siswa SD kelas 6 semakin ramai dan tampak berlarian.
Stimulus :Perginya Guru membuat siswa kelas 6 SD semakin
ramai dan tampak berlarian
Perilaku yang diulang : siswa kelas 6 SD semakin ramai dan
tampak berlarian
3. POSITIVE PUNISHMENT
Memberikan stimulus mengikuti penampilan suatu perilaku
dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku tersebut.
Stimulus yang diberikan adalah stimulus yang sifatnya tidak
menyenangkan atau tidak mengenakkan bagi orang yang menerimanya.
Simbolnya adalah
: R S-
4. NEGATIVE PUNISHMENT
Menghilangkan atau menghindarkan stimulus mengikuti suatu perilaku dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan perilaku tersebut
contoh……
Stimulus yang dihilangkan atau yang dihindarkan adalah
stimulus yang sifatnya menyenangkan bagi orang yang menampilkan perilaku
Teknik ini sering disebut dengan response cost karena
penampilan suatu perilaku akan berarti cost bagi individu tersebut
Simbolnya
adalah: R S+
Contohnya: anak tidak mau belajar maka ia tidak boleh nonton
TV
5. EXTINCTION
Mengkhiri hubungan kontingensi antara kejadian perilaku
dengan konsekuensi dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku
tersebut.
Konsekuensi yang dihilangkan adalah konsekuensi yang
dianggap memperkuat perilaku yang tidak diinginkan
Simbolnya
adalah: R S+
Contoh: menghentikan kebiasaan ngedot pada anak maka dotnya
dihilangkan
PENGUAT DAN PENGGUNAANNYA
Penguat adalah sesuatu (stimulus) yang apabila diberikan
atau dihilangkan akan meningkatkan atau menurunkan suatu perilaku. Merupakan
suatu konsekuensi yang mempunyai pengaruh kepada perilaku
Penguat dapat
dikelompokkan menurut sifatnya:
a. Penguat
positif adalah berupa sesuatu yang
sifatnya
menyenangkan
atau diinginkan oleh individu
- apabila
diberikan akan memperkuat perilaku
- apabila
dihindarkan akan menurunkan perilaku
- apabila
dihilangkan akan menurunkan perilaku
b. penguat
negatif adalah berupa sesuatu yang sifatnya tidak
diinginkan
oleh individu
- apabila
dihindarkan akan meningkatkan perilaku
- apabila
diberikan akan menurunkan perilaku
MACAM-MACAM PENGUAT
1. PENGUAT EKSTRINSIK
Merupakan penguat yang berada diluar diri
individu (berada dilingkungan individu), dapat dikategorikan menjadi dua:
a. Penguat primer
adalah penguat yang belum
dipelajari
(innate/
unconditioned), berkaitan dengan kebutuhan
fisiologis.
Orang cenderung merespon kepada penguat
tersebut
secara otomatis tanpa pengalaman belajar.
b. Penguat
sekunder adalah penguat yang sudah dipelajari
(semula
dipasangkan dengan penguat primer atau stimu
lus lain yang mempunyai nilai penguat). Misal:
bayi tidak
dibekali
kemampuan untuk membedakan antara senyum
dengan
cemberut, tetapi melalui belajar ia dapat memak
nakannya.
Penguat
sekunder terdiri dari:
- Penguat
material merupakan benda-benda yang mempunyai nilai bagi individu
- Penguat
sosial adalah perilaku orang lain
Perilaku
orang lain akan menjadi penguat karena pada
dasarnya
semua orang akan memberikan respon khusus
kepada setiap
perilaku yang ditampilkan oleh orang lain
(banyak
digunakan dalam program-program pengubahan
perilaku
yaitu dalam hubungan pertolongan). Merupakan
penguat
alamiah yang mudah didapatkan.
- Penguat
aktivitas yaitu suatu peristiwa atau aktivitas yang
dapat
dijadikan penguat dari suatu perilaku
Misal:
nonton film, TV dapat dijadikan sebagai penguat
bagi
perilaku belajar.
- Penguat
token yaitu sesuatu yang mempunyai nilai dan
dapat
ditukarkan oleh individu yang menerimanya dengan
sesuatu yang
diinginkan (misal: voucer belanja)
- Penguat
premack yaitu suatu perilaku yang tingkat kejadian
nya tinggi
dijadikan penguat bagi perilaku yang tingkat keja
diannya
rendah (jarang dilakukan
Misal:
perilaku bermain dapat dijadikan penguat bagi perila
ku makan anak
Umumnya
perilaku yang tingkat kejadiannya rendah adalah
perilaku yang
berhubungan dengan peranan sosial (belajar,
bekerja),
perilaku yang tingkat kejadiannya tinggi adalah
perilaku yang
menyenangkan atau relaks (nonton TV,
bermain,
santai)
2. Penguat Intrinsik
Merupakan penguat
yang hanya bisa dirasakan oleh individu yang bersangkutan yaitu yang berkaitan
dengan faktor emosi. Penguat intinsik merupakan penguat yang dipelajari melalui proses pemasangan didalam respondent
conditioning.
Misal: rajin
belajar akan mendapatkan nilai baik (penguat ekstrinsik) dan munculnya perasaan
bangga (penguat intrinsik)
memperkuat perilaku belajar. Penggunaan Penguat
Individualisasi penguat yang berbeda mempunyai arti yang
berbeda untuk individu yang berbeda.
Konsekuensi dapat mempengaruhi perilaku secara otomatis
Penguat tersebut harus benar-benar diinginkan oleh individu
Konsekuensi harus mempunyai hubungan sangat dekat dengan perilaku. Konsekuensi hanya diberikan
untuk penam pilan suatu perilaku tertentu
Penguat harus digunakan secara konsisten
Konsekuensi harus langsung diberikan setelah perilaku
yang diinginkan ditampilkan. Penundaan
pemberian penguat akan mengurangi efektivitas dari penguat
Gunakanlah penguat dalam jumlah yang wajar (sebanding dengan
kualitas, jenis perilaku yang ditampilkan)
Gunakan penguat secara bertahap, dimulai dari tingkatan perilaku yang sederhana hingga ke yang
kompleks (eks : kumpulan perilaku - keterampilan)
Gunakan penguat dengan mengikuti persyaratan sbb:
- individual
- gunakan
berbagai jenis penguat
- gunakan
variasi dalam setiap jenis penguat
- gunakan
pengalaman individu sebelumnya terhadap suatu
penguat
- gunakan model
(eks : mencontohkan org lain yg punya
korelasi dengan target perilaku)
- gunakan
prinsip depriviasi (betul-betul sangat membutuhkan/diharapkan/diinginkan)
ASESMEN
Asesmen adalah pengukuran perilaku yang menjadi target pengubahan
perilaku dan asesmen merupakan hal yang penting didalam pengubahan perilaku
karena:
- menentukan apakah
suatu intervensi diperlukan
- menjadi dasar
pemilihan program intervensi yang paling
tepat
- untuk mengetahui
apakah terjadi perubahan perilaku
setelah
intervensi dilaksanakan
Asesmen dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung
LANGKAH-LANGKAH ASESMEN:
MENDIFINISIKAN TARGET PERILAKU
- Untuk
mendefinisikan target perilaku perlu
mengidentifikasi dengan jelas apa yang dikatakan
atau
dilakukan seseorang yang menjadi sasaran
program
pengubahan perilaku.
-
Karakteristik definisi perilaku yang baik adalah apabila dua orang
yang berbeda
melakukan pengamatan akan menyepakati bahwa
perilaku
tersebut terjadi. Hal tersebut dinamakan Interobserver
Reliability
(IOR, Bailey, 1977)
- Dalam
mendefinisikan perilaku tidak menggunakan
label karena
label bersifat ambigo yang dapat
diartikan
bermacam-macam, misal label marah dapat
diartikan
berteriak, membanting pintu, mencaci
2. RECORDING
a. OBSERVER
Didalam
program pengubahan perilaku, pengamatan
dan
pencatatan target perilaku adalah orang lain atau
orang yang
menampilkan perilaku.
Orang lain
terdiri dari profesional, atau orang-orang
yang ada di
lingkungan alamiah klien. Kriteria
pengamatan
yang baik:
- harus
terlatih untuk memisahkan perilaku yang
menjadi
target dengan perilaku-perilaku yang lain
- pengamat
harus berada dekat dengan klien
sehingga
dapat melihat dengan jelas terjadinya
perilaku
- mempunyai
keinginan dan waktu untuk menjadi
pengamat
Observer dapat
juga orang yang menampilkan perilaku
apabila target
perilaku tidak mungkin diamati oleh
orang lain
karena perilaku jarang terjadi atau terjadinya
jika tidak ada
orang lain. Apabila si pelaku yang
mengamati
sendiri perilakunya maka disebut Self
Monitoring.
WAKTU DAN TEMPAT RECORDING
Waktu pengamatan
ditentukan oleh kemungkinan besar terjadinya suatu target perilaku
Tempat pengamatan dapat
terjadi di seting alamiah atau di seting buatan.
Pengamatan di seting alamiah umumnya akan memberikan
informasi yang lebih representatif.
Pengamatan di seting buatan mungkin lebih banyak biasnya
karena perilaku dipengaruhi oleh seting tersebut, tetapi mungkin juga lebih banyak manfaatnya karena
perilaku dapat terkontrol dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lebih
mudah dimanipulasi
Ketika pengamatan dilakukan di seting buatan, maka profesi
perlu melakukan simulasi peristiwa-peristiwa yang biasanya mendorong terjadinya
target perilaku di seting alamiah
METODA RECORDING
Continuous recording: mencatat setiap target perilaku selama
masa pengamatan yang meliputi frekuensi, durasi dan intensitasnya
Product recording: mencatat produk atau hasil dari suatu
perilaku
Interval recording: mencatat terjadi atau tidak terjadinya
target perilaku secara terus menerus selama interval waktu pengamatan
Whole Interval Recording
mencatat apakah perilaku terjadi selama interval waktu
yang ditentukan
Contoh; mengukur
perilaku melihat catatan ketika sedang
menyatakan suatu hapalan selama interval waktu 10 menit.
Untuk melakukan pencatatan ini diperlukan instrumen waktu
(jam, stopwatch), atau rekaman suara yang memberitahukan awal dan akhir dr
suatu interval
Prosedur:
- tentukan
perilaku yang menjadi target
- tentukan lamanya
pengamatan secara
keseluruhan
- bagi jumlah
waktu pengamatan menjadi 10
dengan interval
waktu yang setiap interval memiliki
rentang waktu
yang sama (dari detik hingga menit)
Catat waktu pengamatan
Amati untuk melihat
terjadinya perilaku selama masa interval, bila perilaku berhenti
disetiap titik interval maka tuliskan 0
Diakhir seluruh interval, jumlahkan kejadian perilaku target
Samb…..
Time sample recording: mencatat terjadi atau tidak
terjadinya target perilaku dengan menggunakan sebagian waktu selama interval
waktu pengamatan
Interobserver Reliability
Untuk menjamin derajat kepercayaan tingkat terjadinya
perilaku
Bila skore kesepakatan tinggi kemungkinan tidak akurat, dua
pengamat kemungkinan salah karena mengamati perilaku yang bukan menjadi target
atau karena ke dua pengamat saling berkomunikasi
Metoda interval
Prossedur :
Masing-masing membuat kesepakatan tentang interval waktu
yang akan digunakan
Catat terjadinya atau tidak terjadinya perilaku sesuai
dengan kesepakatan
Jumlah terjadinya perilaku atau tidak terjadinya perilaku
dibagi dengan jumlah interval dikalikan 100
3/5 X 100 = 60 %
Bila jumlahnya antara 70 – 80 adalah cukup, tetapi bila
dibawah 70 maka diragukan mengenai prosedurnya
Hanya menghitung
kesepakatan jumlah terjadinya perilaku
Rumusnya adalah: A/(A+D) X 100 =
Hasilnya adalah: 3/(3+1) X 100 = 75 %
Hanya menghitung kesepakatan tentang tidak terjadinya
perilaku saja
Rumusnya adalah: A/(A+D) X 100 =
Hasilnya: 2/(2+1) X 100 = 67
kak, thanks :D
ReplyDelete