BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pekerja sosial di bidang kesehatan adalah salah satu
setting yang ada dalam praktek pekerjaan sosial. Focus utama dari pekerjaan
sosial di bidang kesehatan adalah berkenaan dengan kesehatan individu,
kelompok, dan masyarakat agar dapat berfungsi sosial.
Dalam pelaksanaan prakteknya pekerjaan sosial harus
berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi yang berbeda. Dalam bidang
kesehatan pekerja sosial akan berhadapan dengan berbagai masyarakat atau
kelayan yang bermacam-macam dengan permasalahan yang beragam. Pekerja sosial
tentu harus dapat mengahadapi kondisi tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Berpijak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Apa
yang mendasari praktek pekerja sosial dibidang kesehatan
2.
Apa
saja pengetahuan, keterampilan, dan nilai pekerjaan sosial di bidang kesehatan
3.
Bagaimana
implementasi dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai tersebut dalam proses
kontak, kontrak, dan asesmen pada masyarakat.
C.
Tujuan
1.
Menegetahui
apa yang mendasari praktek pekerja sosial dibidang kesehatan
2.
Mengetahui
Apa saja pengetahuan, keterampilan, dan nilai pekerjaan sosial di bidang
kesehatan
3.
Mengetahui
implementasi dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai tersebut dalam proses
kontak, kontrak, dan asesmen pada masyarakat.
D. Manfaat
penulisan
Bagi penulis
Sebagai wahana untuk melatih dan menegmbangkan
kemampuan dalam bidang penelitian, serta menambah wawasan dan pengetahuan
penulis tentang praktek pekerjaan sosial di bidang kesehatan
Bagi pembaca
Sebagai sarana untuk mengetahui sekaligus mempelajari
tentang segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan sosial di bidang kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengetahuan yang mendasari praktek pekerjaan sosial di
bidang kesehatan
Secara garis besar, ada lima pengetahuan yang harus
dimiliki oleh seorang pekerja sosial di bidang kesehatan. Lima pengetahuan itu
antara lain:
1. Pengetahuan
pekerjaan sosial umum :
a. Kebijakan
dan sistem pelayanan sosial
b. Tingkah
laku manusia dan lingkungan sosial
c. Metode
dan teknik-teknik pekerjaan sosial
2. Pengetahuan
tentang praktek khusus
a. Reaksi/dampak
psikososial dari penyakit atau wabah penyakit menular
b. Pengaruh
faktor psikososial, sosial-ekonomi, dan budaya terhadap keadaan sehat atau
sakit atau upaya kesehatan.
c. Penerapan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, metode dan
teknik pekerjaan sosial di bidang kesehatan
3. Pengetahuan
tentang Kebijakan dan Sistem Pelayan Kesehatan (di mana praktek dilakukan)
Dalam melakukan praktek pekerja
sosial, pekerja sosial wajib memiliki pengetahuan mengenai kebijakan yang ada
di masyarakat guna menunjang proses pertolongan yang dilakukan. Selain itu
pekerja sosial juga perlu memiliki pengetahuan mengenai system pelayanan
kesehatan yang dapat digunakan untuk menunjang proses pertolongan pada kelayan
4. Pengetahuan
tentang suatu lembaga pelayanan kesehatan (di mana praktek dilakukan).
Pekerja sosial di bidang kesehatan
perlu memiliki pengetahuan mengenai lembaga pelayanan kesehatan. Lembaga pelayanan
kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam
rangka meningkatkan status kesehatan. Ada contoh dari berbagai lembaga
pelayanan kesehatan diantaranya:
a. Pelayanan
kesehatan masyarakat
b. Rumah
sakit
c. Klinik
medical
d. Organisasi
pemeliharaan kesehatan
e. Lembaga
kesehatan rumah
f. Perawatan
dalam rumah
g. Klinik
kesehatan mental
h. Playanan
rehabilitasi
5. Pengetahuan
tentang masing-masing klien yang ditangani
(baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas/ masyarakat) :
a. Masalah
kesehatan dan dampak psikososialnya.
b. Latar
belakang klien.
c. Permasalahan-permasalahan
psikososial, sosial-ekonomi dan budaya
yang yang mempengaruhinya atau mempengaruhi upaya kesehatannya.
d. Persepsi
klien tentang masalah kesehatannya.
e. Nilai-nilai
klien yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut.
f. Kekuatan-kekutan
klien untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.
g. Motivasi
klien untuk memperbaiki/meningkatkan kesehatannya.
h. Pengetahuan
tentang kemungkinan intervensi untuk setiap masalah khusus yang dihadapi klien.
B.
Keterampilan pekerjaan sosial dibidang kesehatan
Seorang pekerja sosial harus memiliki berbagai
keterampilan dalam menunjang prakteknya. Ada beberapa keterampilan yang harus
dimiliki, antara lain:
1. Keterampilan
melakukan penjangukauan
2. Keterampilan
komunikasi (seperti mendengarkan, memberi perhatian, menjelaskan sikap dan perasaan, menjelaskan
pilihan, probing).
3. Menjalin
dan mengorganisir relasi pertolongan
Seperti membangun hubungan hangat,
mesra, dan tidak pura-pura (warmth, rapport and genuine), memahami emosi
dan perasaan, memberi dukungan dan semangat, berinteraksi dengan orang lain,
membentuk kontrak, menciptakan dan membina kerjasama, mengendalikan konflik,
melakukan bargaining dan negosiasi.
4. Keterampilan
mengumpulkan semua informasi/data
5. Keterampilan
asesmen dalam praktek peksos medis
6. Keterampilan
perencanaan dalam praktek peksos medis
7. Keterampilan
intervensi (mikro atau makro) dalam praktek peksos medis.
8. Keterampilan
monitoring dan evaluasi
9. Keterampilan
terminasi
10. Keterampilan
memberikan pelayanan rujukan
11. Keterampilanadministrasi
dan manajemen pelayan
12. Keterampilan
penelitian
13. Keterampilan
membuat case recording, menyusun laporan
14. Keterampilan
menggunakan komputer/teknologi informasi
15. Ketremapilan
mengelola waktu dan mengendalikan beban kerja
C.
Nilai-nilai yang mendasari pekerjaan sosial di bidang
kesehatan
Pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu memiliki
nilai-nilai professional. Nilai dasar pekerjaan sosial menurut Charles H.
Zastrow, 2000, antara lain:
1.
Menghargai harkat martabat dan keunikan
individu (respect for the dignity and uniqueness of the individual)
Peksos sebagai profesioanal harus
menghargai martabat individu sebagai manusia dan selalu menghargai keragaman
dari individu, dimana individu dipandang sebagai manusia yang unik karena tidak
sama dengan manusia atau individu yang lainnya.
2. Hak
klien untuk menentukan nasibnya sendiri (Klien’s right to self determination).
Pekesos
dalam melakukan praktek pertolongan selalu menghargai segala keputusan kelayan
untuk menentukan pilihannya sendiri. Peksos tidak boleh memaksakan kehendaknya
pribadi pada klayan.
3. Kerahasiaan
(Confidentiality).
Peksos
selalu menjaga dan menjunjung tinggi kerahasiaan klayan yang ditanganinya.
4. Mengadvokasi
dan melakukan aksi sosial terhadap berbagai penindasan (Advocacy and social
action for the oppressed).
Peksos
bekerja untuk melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi. Sehingga peksos
dalam prakteknya bekerja untuk melakukan advokasi dan aksi sosial sebagai usaha
melawan penindasan dan ketidakadilan.
5. Pertanggungjawaban
(Accountability).
Peksos
bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab terhadap klayan, lembaga naungan, dan
masyarakat. Peksos dalam melakukan prakteknya tidak boleh asal-asalan.
6. Berorientasi
kelembaga (The institutional orientation).
Peksos
dalam melakukan prakteknya selalu berorientasi pada nilai-nilai dari lembaga
naungan yang mempekerjakannya.
7. Menghargai
agama dan kepercayaan orang lain (Respect for spiritual and religious
beliefs of others).
Seorang
peksos harus selalu menghargai keberagaman individu. Termasuk kepercayaan.
Karena peksos harus dapat bekerja dengan berbagai orang dari latar belakang
yang berbeda.
Nilai dan prinsip utama
dalam pekerjaan soial:
1.
Penerimaan (Acceptance).
Peksos
harus dapat menerima klayan apa adanya tanpa membeda-bedakannya
2. Komunikasi
(Communication)
Seorang
peksos harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan klayan, masyarakat,
dan lembaga naungan.
3. Individualisasi
(Individualization)
Peksos
harus dapar menghargai keberagaman individu, dimana individu dipandang sebagai
makhluk yang unik atau berbeda-beda dan tidak sama antara satu denga yang lain
4. Tidak
menghakimi (Non judgmental)
Peksos tidak boleh serta merta menghakimi klayan
yang bersalah
5. Rasionalitas
(Rationality)
Seorang
peksos harus dapat berfikir dan berprilaku rasional dalam menghadapi berbagai
kondisi.
6. Empati
(Empaty)
Peksos
harus memiliki ras empati yang tinggi pada kelayannya serta masyarakat pada
umumnya.
7. Ketulusan
dan kesungguhan (Genuiness)
Dalam
melakukan proses pertolongan, seorang peksos harus memiliki kesungguhan dan
ketulusan dalam menjalankan tugasnya
8. Sikap
adil dan tidak memihak (Impartiality)
Peksos harus bersikap adil dan tidak memihak salah
satu pihak manapun
9. Partisipasi
(Participation)
Peksos
harus melibatkan kelayan untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan proses
pertolongan. Hal ini dimaksudkan agar klayan dapat mandiri dan menentukan
hidupnya.
10. Kerahasiaan
(Confidentiality).
Peksos harus menjaga kerahasiaan klayan
11. Hak
menentukan nasibnya sendiri (Self determination)
Peksos
harus menghargai keputusan kllayan dalam menentukan pilihannya sendiri. Peksos
tidak boleh bersikap arogan dan memaksakan kehendaknya.
12. Kesadaran
diri (Self awareness)
Peksos
harus memiliki kesadaran diri akan apa yang dia lakukan dan juga harus
menumbuhkan kesadaran diri kelayan atas permasalahannya
13. Akses
terhadap sumber
Peksos
harus menghubungkan klayan dengan system sumber yang dapat berguna bagi dirinya
dalam memecahkan masalahnya.
14. Pengendalian
keterlibatan emosiaonal
Peksos
harus menjaga emosinya dalam praktek peksos. Peksos tidak boleh jatuh terlalu
dalam perasaaan yang berlebihan
15. Objektivitas
Peksos
harus selalu objektif dalam melihat dan menanggapi berbagai permasalahan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kondisi
Lapangan
Kabupaten
Mentawai merupakan salah satu daerah endemis malaria di Provinsi Sumatera
Barat. Data penyakit malaria di Kabupaten Mentawai masih dihitung berdasarkan
gejala (propbale), AMI (Annual
Malaria Incidence), yang mana tahun 2006 mencapai 30% dan diperkirakan menyebabkan
kerugian ekonomi sebesar Rp. 2.925.475.339 selama tahun 2001-2005 (Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Mentawai , 2005).
Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2007
telah mencanangkan Gerakan Berantas Malaria. Pencanangan Gerakan Berantas
Malaria tersebut adalah untuk mencapai Kabupaten Kepulauan Mentawai bebas
malaria tahun 2015. Kendala yang selama ini ditemui dalam pemberantasan malaria
di Kabupaten Kepulauan Mentawai antara lain kurangnya dukungan dari masyarakat
(Tabloid Puailiggout, 2007).
Bisa
jadi timbul dan hilangnya suatu penyakit dipengaruhi oleh aspek sosial budaya
masyarakat setempat, salah satu diantaranya adalah perilaku. Pengaruh perilaku
di bidang kesehatan pada hakekatnya merupakan hasil dari berbagai faktor yang
melatarbelakangi antara laib pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang
penyakit/sakit, dan lain-lain (Santoso, 2003).
Persepsi
masyarakat tentang sehat/sakit sangat dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa
lalu, di samping unsur sosial budaya. Adanya perbedaan persepsi antara
masyarakat dan petugas kesehatan sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan
program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau memanfaatka
fasilitas kesehatan karena dia tidak merasa mengidap penyakit, atau merasa
penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus. Perilaku sakit merupakan pola reaksi
sosial budaya yang dipelajari. Pada saat individu dihadapkan pada gejala suatu
penyakit, gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang untuk diputuskan apakah
akan beraksi atau tidak tergantung dari definisi individu tentang situasi
tersebut. Definisi individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya
dan pola sosialisasi yang berlaku, sehingga reaksi individu dalam suatu
masyarakat tertentu mungkin berbeda dengan individu dalam suatu masyarakat
tertentu mungkin berbeda dengan individu dari masyarakat lai yang menganut
sosial budaya yang berbeda (Sarwono, 1997)
0 comments:
Post a Comment