Helping people to help themselves

Demak58

Friday, June 26, 2015

Pekerja Sosial di bidang Kesehatan



BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                                  
A.    Latar Belakang
Pekerja sosial di bidang kesehatan adalah salah satu setting yang ada dalam praktek pekerjaan sosial. Focus utama dari pekerjaan sosial di bidang kesehatan adalah berkenaan dengan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat agar dapat berfungsi sosial.
Dalam pelaksanaan prakteknya pekerjaan sosial harus berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi yang berbeda. Dalam bidang kesehatan pekerja sosial akan berhadapan dengan berbagai masyarakat atau kelayan yang bermacam-macam dengan permasalahan yang beragam. Pekerja sosial tentu harus dapat mengahadapi kondisi tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Apa yang mendasari praktek pekerja sosial dibidang kesehatan
2.      Apa saja pengetahuan, keterampilan, dan nilai pekerjaan sosial di bidang kesehatan
3.      Bagaimana implementasi dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai tersebut dalam proses kontak, kontrak, dan asesmen pada masyarakat.

C.    Tujuan
1.      Menegetahui apa yang mendasari praktek pekerja sosial dibidang kesehatan
2.      Mengetahui Apa saja pengetahuan, keterampilan, dan nilai pekerjaan sosial di bidang kesehatan
3.      Mengetahui implementasi dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai tersebut dalam proses kontak, kontrak, dan asesmen pada masyarakat.


D.    Manfaat penulisan
Bagi penulis
Sebagai wahana untuk melatih dan menegmbangkan kemampuan dalam bidang penelitian, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang praktek pekerjaan sosial di bidang kesehatan
Bagi pembaca
Sebagai sarana untuk mengetahui sekaligus mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan sosial di bidang kesehatan.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengetahuan yang mendasari praktek pekerjaan sosial di bidang kesehatan
Secara garis besar, ada lima pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pekerja sosial di bidang kesehatan. Lima pengetahuan itu antara lain:
1.      Pengetahuan pekerjaan sosial umum  :
a.       Kebijakan dan sistem pelayanan sosial
b.      Tingkah laku manusia dan lingkungan sosial
c.       Metode dan teknik-teknik pekerjaan sosial
2.      Pengetahuan tentang praktek khusus
a.       Reaksi/dampak psikososial dari penyakit atau wabah penyakit menular
b.      Pengaruh faktor psikososial, sosial-ekonomi, dan budaya terhadap keadaan sehat atau sakit atau upaya kesehatan.
c.       Penerapan konsep-konsep, prinsip-prinsip, metode dan  teknik pekerjaan sosial di bidang kesehatan
3.      Pengetahuan tentang Kebijakan dan Sistem Pelayan Kesehatan (di mana praktek  dilakukan)
Dalam melakukan praktek pekerja sosial, pekerja sosial wajib memiliki pengetahuan mengenai kebijakan yang ada di masyarakat guna menunjang proses pertolongan yang dilakukan. Selain itu pekerja sosial juga perlu memiliki pengetahuan mengenai system pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk menunjang proses pertolongan pada kelayan
4.      Pengetahuan tentang suatu lembaga pelayanan kesehatan (di mana praktek dilakukan).
Pekerja sosial di bidang kesehatan perlu memiliki pengetahuan mengenai lembaga pelayanan kesehatan. Lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Ada contoh dari berbagai lembaga pelayanan kesehatan diantaranya:
a.       Pelayanan kesehatan masyarakat
b.      Rumah sakit
c.       Klinik medical
d.      Organisasi pemeliharaan kesehatan
e.       Lembaga kesehatan rumah
f.       Perawatan dalam rumah
g.      Klinik kesehatan mental
h.      Playanan rehabilitasi
5.      Pengetahuan tentang masing-masing klien yang ditangani  (baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas/ masyarakat) :
a.       Masalah kesehatan  dan dampak psikososialnya.
b.      Latar belakang klien.
c.       Permasalahan-permasalahan psikososial, sosial-ekonomi dan budaya  yang yang mempengaruhinya atau mempengaruhi upaya kesehatannya.
d.      Persepsi klien tentang masalah kesehatannya.
e.       Nilai-nilai klien yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut.
f.       Kekuatan-kekutan klien untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.
g.      Motivasi klien untuk memperbaiki/meningkatkan kesehatannya.
h.      Pengetahuan tentang kemungkinan intervensi untuk setiap masalah khusus yang dihadapi klien.

B.     Keterampilan pekerjaan sosial dibidang kesehatan
Seorang pekerja sosial harus memiliki berbagai keterampilan dalam menunjang prakteknya. Ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki, antara lain:
1.      Keterampilan melakukan penjangukauan
2.      Keterampilan komunikasi (seperti mendengarkan, memberi perhatian,  menjelaskan sikap dan perasaan, menjelaskan pilihan, probing).
3.      Menjalin dan mengorganisir relasi pertolongan
Seperti membangun hubungan hangat, mesra, dan tidak pura-pura (warmth, rapport and genuine), memahami emosi dan perasaan, memberi dukungan dan semangat, berinteraksi dengan orang lain, membentuk kontrak, menciptakan dan membina kerjasama, mengendalikan konflik, melakukan bargaining dan negosiasi.
4.      Keterampilan mengumpulkan semua informasi/data
5.      Keterampilan asesmen dalam praktek peksos medis
6.      Keterampilan perencanaan dalam praktek peksos medis
7.      Keterampilan intervensi (mikro atau makro) dalam praktek peksos medis.
8.      Keterampilan monitoring dan evaluasi
9.      Keterampilan terminasi
10.  Keterampilan memberikan pelayanan rujukan
11.  Keterampilanadministrasi dan manajemen pelayan
12.  Keterampilan penelitian
13.  Keterampilan membuat case recording,  menyusun laporan
14.  Keterampilan menggunakan komputer/teknologi informasi
15.  Ketremapilan mengelola waktu dan mengendalikan beban kerja

C.    Nilai-nilai yang mendasari pekerjaan sosial di bidang kesehatan
Pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu memiliki nilai-nilai professional. Nilai dasar pekerjaan sosial menurut Charles H. Zastrow, 2000, antara lain:
1.      Menghargai harkat martabat dan keunikan individu (respect for the dignity and uniqueness of the individual)
Peksos sebagai profesioanal harus menghargai martabat individu sebagai manusia dan selalu menghargai keragaman dari individu, dimana individu dipandang sebagai manusia yang unik karena tidak sama dengan manusia atau individu yang lainnya.
2.      Hak klien untuk menentukan nasibnya sendiri (Klien’s right to self determination).
Pekesos dalam melakukan praktek pertolongan selalu menghargai segala keputusan kelayan untuk menentukan pilihannya sendiri. Peksos tidak boleh memaksakan kehendaknya pribadi pada klayan.
3.      Kerahasiaan (Confidentiality).
Peksos selalu menjaga dan menjunjung tinggi kerahasiaan klayan yang ditanganinya.
4.      Mengadvokasi dan melakukan aksi sosial terhadap berbagai penindasan (Advocacy and social action for the oppressed).
Peksos bekerja untuk melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi. Sehingga peksos dalam prakteknya bekerja untuk melakukan advokasi dan aksi sosial sebagai usaha melawan penindasan dan ketidakadilan.
5.      Pertanggungjawaban (Accountability).
Peksos bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab terhadap klayan, lembaga naungan, dan masyarakat. Peksos dalam melakukan prakteknya tidak boleh asal-asalan.

6.      Berorientasi kelembaga (The institutional orientation).
Peksos dalam melakukan prakteknya selalu berorientasi pada nilai-nilai dari lembaga naungan yang mempekerjakannya.
7.      Menghargai agama dan kepercayaan orang lain (Respect for spiritual and religious beliefs of others).
Seorang peksos harus selalu menghargai keberagaman individu. Termasuk kepercayaan. Karena peksos harus dapat bekerja dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda.

Nilai dan prinsip utama dalam pekerjaan soial:
1.      Penerimaan (Acceptance).
Peksos harus dapat menerima klayan apa adanya tanpa membeda-bedakannya
2.      Komunikasi (Communication)
Seorang peksos harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan klayan, masyarakat, dan lembaga naungan.
3.      Individualisasi (Individualization)
Peksos harus dapar menghargai keberagaman individu, dimana individu dipandang sebagai makhluk yang unik atau berbeda-beda dan tidak sama antara satu denga yang lain
4.      Tidak menghakimi (Non judgmental)
Peksos tidak boleh serta merta menghakimi klayan yang bersalah
5.      Rasionalitas (Rationality)
Seorang peksos harus dapat berfikir dan berprilaku rasional dalam menghadapi berbagai kondisi.
6.      Empati (Empaty)
Peksos harus memiliki ras empati yang tinggi pada kelayannya serta masyarakat pada umumnya.
7.      Ketulusan dan kesungguhan (Genuiness)
Dalam melakukan proses pertolongan, seorang peksos harus memiliki kesungguhan dan ketulusan dalam menjalankan tugasnya
8.      Sikap adil dan tidak memihak (Impartiality)
Peksos harus bersikap adil dan tidak memihak salah satu pihak manapun

9.      Partisipasi (Participation)
Peksos harus melibatkan kelayan untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan proses pertolongan. Hal ini dimaksudkan agar klayan dapat mandiri dan menentukan hidupnya.
10.  Kerahasiaan (Confidentiality).
Peksos harus menjaga kerahasiaan klayan
11.  Hak menentukan nasibnya sendiri (Self determination)
Peksos harus menghargai keputusan kllayan dalam menentukan pilihannya sendiri. Peksos tidak boleh bersikap arogan dan memaksakan kehendaknya.
12.  Kesadaran diri (Self awareness)
Peksos harus memiliki kesadaran diri akan apa yang dia lakukan dan juga harus menumbuhkan kesadaran diri kelayan atas permasalahannya
13.  Akses terhadap sumber
Peksos harus menghubungkan klayan dengan system sumber yang dapat berguna bagi dirinya dalam memecahkan masalahnya.
14.  Pengendalian keterlibatan emosiaonal
Peksos harus menjaga emosinya dalam praktek peksos. Peksos tidak boleh jatuh terlalu dalam perasaaan yang berlebihan
15.  Objektivitas
Peksos harus selalu objektif dalam melihat dan menanggapi berbagai permasalahan.






BAB III
PEMBAHASAN

A.    Kondisi Lapangan
Kabupaten Mentawai merupakan salah satu daerah endemis malaria di Provinsi Sumatera Barat. Data penyakit malaria di Kabupaten Mentawai masih dihitung berdasarkan gejala (propbale), AMI (Annual Malaria Incidence), yang mana tahun 2006 mencapai 30% dan diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 2.925.475.339 selama tahun 2001-2005 (Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Mentawai , 2005).
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2007 telah mencanangkan Gerakan Berantas Malaria. Pencanangan Gerakan Berantas Malaria tersebut adalah untuk mencapai Kabupaten Kepulauan Mentawai bebas malaria tahun 2015. Kendala yang selama ini ditemui dalam pemberantasan malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai antara lain kurangnya dukungan dari masyarakat (Tabloid Puailiggout, 2007).
Bisa jadi timbul dan hilangnya suatu penyakit dipengaruhi oleh aspek sosial budaya masyarakat setempat, salah satu diantaranya adalah perilaku. Pengaruh perilaku di bidang kesehatan pada hakekatnya merupakan hasil dari berbagai faktor yang melatarbelakangi antara laib pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang penyakit/sakit, dan lain-lain (Santoso, 2003).
Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit sangat dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Adanya perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau memanfaatka fasilitas kesehatan karena dia tidak merasa mengidap penyakit, atau merasa penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus. Perilaku sakit merupakan pola reaksi sosial budaya yang dipelajari. Pada saat individu dihadapkan pada gejala suatu penyakit, gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang untuk diputuskan apakah akan beraksi atau tidak tergantung dari definisi individu tentang situasi tersebut. Definisi individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya dan pola sosialisasi yang berlaku, sehingga reaksi individu dalam suatu masyarakat tertentu mungkin berbeda dengan individu dalam suatu masyarakat tertentu mungkin berbeda dengan individu dari masyarakat lai yang menganut sosial budaya yang berbeda (Sarwono, 1997)
Share:

0 comments:

Post a Comment

ulya rahman

fabiayyi ala irobbikuma tukadziban

BTemplates.com

Powered by Blogger.

ulya rahman ,anak rantau dari kota demak