Helping people to help themselves

Demak58

Tuesday, May 8, 2018

Papua Punya Cerita “Hembusan Angin Perubahan” Dari Watitindau Distrik Rumberpon Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat

Papua Punya Cerita “Hembusan Angin Perubahan” Dari Watitindau Lokasi pemberdayaan KAT Watitindau terletak di pulau rumberpon yang sekaligus menjadi nama salah satu distrik di Kabupaten Teluk Wondama. Untuk bisa sampai ke lokasi ini dibutuhkan waktu 4-5 jam dari kabupaten manokwari, pagi itu usai sholat subuh, kami langsung bergegas menuju lokasi KAT menggunakan mobil rescue dari kementerian sosial RI, di dalam mobil terdapat Ibu Martha dari Kementerian Sosial RI, Bapak Eddy Waluyo Kepala Dinas Sosial Kabupaten Teluk Wondama, memang perjalanan menuju lokasi kala itu sangat istimewa karena mobil yang kami gunakan dikendarai langsung oleh Kepala Seksi KAT Dinas Sosial Provinsi Papua Barat, yaitu Pak Ian Ube.. karena sudah hafal dengan medan Pak Ian memacu mobil bak pembalap profesional.. wus..wuss,, jalan yang kami lalui memang cukup menantang selain naik turun dan berkelok-kelok, jalur ini disebelahnya berbatasan dengan jurang dan laut lepas,, Namun Pak Ian melewatinya dengan mantap dan tenang,, kami memang memburu waktu karena kalau kami lambat diperjalanan maka sudah pasti akan ada tantangan lain yang siap menghadang yaitu gelombang dan angin laut saat nanti kami menyeberang menggunakan perahu. Di sepanjang perjalanan saya merasa seperti sedang berada di alam dunia yang berbeda, yang tak pernah saya lihat sebelumnya sejauh mata memandang selalu terlihat rimbunnya hutan dan birunya air laut yang sangat memanjakan mata, “seperti memberi ucapan selamat datang dan selamat bertugas kepada saya”, setelah menempuh perjalanan ± 5 Jam akhirnya kami sampai di lokasi KAT Watitindau, saat kami tiba aparat kampung dan warga kat berbondong-bondong menyambut saya dengan hangat,, senang rasanya karena mereka langsung menganggap saya bagian keluarga barunya dan memberi saya marga selama bertugas dilokasi KAT Watitindau. Usai menitipkan saya dengan tokoh-tokoh dan warga KAT, Ibu Martha dari direktorat KAT berpesan kepada saya agar selalu menjaga kesehatan, dan tetap betah, semangat walau harus ditinggal sendiri dilokasi dengan lingkungan baru. Kalau kata pepatah “tak kenal maka tak sayang” ,, maka saya akan sedikit memberi gambaran mengenai sejarah dan kehidupan warga KAT Watitindau, Meskipun berada di kepulauan namun asal mula mayoritas warga watitindau yaitu berasal dari suku SOUG yang merupakan salah satu suku pegunungan, Menurut beberapa warga yang telah saya wawancarai, singkat cerita asal mula suku soug bisa berada di watitindau karena pada zaman dahulu sering terjadi perang atau gesekan antar sesama warga suku soug sehingga beberapa keluarga dari suku soug lebih memilih untuk turun gunung menuju daerah pantai. Di papua sendiri suku pegunungan dikenal tidak memiliki keahlian untuk berenang atau membuat perahu, hingga suatu waktu beberapa keluarga dari suku soug bertemu dengan beberapa warga suku windesi yang tinggalnya di daerah pantai, kemudian suku windesi lah yang mengajak beberapa keluarga dari suku soug untuk menyeberang lautan menuju pulau rumberpon. Di pulau rumberpon beberapa keluarga dari suku soug tadi kemudian menempati wilayah watitindau dengan membuat gubuk sementara untuk mereka tinggal. Selama berada di watitindau beberapa warga suku soug tersebut kemudian menanam beberapa tanaman pangan seperti sagu, kasbi, ketatas, keladi dan pisang. Beberapa warga suku soug tersebut kemudian memutuskan untuk tinggal terus-menerus di watitindau, keberadaannya di daerah pantai membuat beberapa keluarga suku soug tersebut belajar bagaimana cara berenang dan menangkap ikan di lautan, hingga pada akhirnya saat ini saya dapat menyaksikan hampir semua warga watitindau memiliki kemampuan untuk berenang dan mencari ikan seperti suku pantai. Meskipun telah memiki kemampuan untuk berenang dan mencari ikan warga watitindau tetap menjalankan aktifitas mereka dalam berkebun. Memang inilah yang menjadi keunikan tersendiri dari warga watitindau yang belum tentu dimiliki oleh suku lain di pulau papua. Kondisi tersebut tentu saja menjadi berkah tersendiri bagi warga KAT di lokasi Watitindau karena mereka kini memiliki mata pencaharian ganda yaitu sebagai nelayan dan petani. Keahlian dalam bertani membuat warga KAT di Watitindau tidak pernah sekalipun kekurangan sumber bahan makanan. Hasil kebun yang mereka peroleh sangat beraneka ragam baik itu yang menjadi sumber makanan pokok maupun penunjang. Berbagi jenis hasil kebun yang ditanam oleh warga KAT Watitindau diantaranya sagu, durian, matoa, salak, langsap, rambutan, mangga, nangka, sukun, alpukat, pisang, nanas, pepaya, kelapa, jambu, keladi, kakao, buah merah, ubi kayu dan ubi jalar. Berbagai jenis sayuran juga ditanam oleh warga KAT Watitindau seperti kangkung, cabai, terong, ketimun, kacang panjang dan gedi. Melimpahnya hasil kebun membuat tak jarang warga dari wilayah lain harus membeli hasil kebun dari warga watitindau. Lokasi KAT Watitindau sendiri memiliki hutan tropis yang masih baik kondisinya sehingga dihuni beberapa macam binatang, kondisi tersebut sering dimanfaatkan oleh sebagian warga KAT Watitindau untuk berburu binatang-binatang tersebut. Minggu-minggu awal adalah saat yang cukup menantang bagi saya karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan suasana baru, memang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan Demak, Bandung dan Jakarta, kota-kota dimana pernah saya tinggali, di sini saya harus cepat beradaptasi dengan segala keterbatasan seperti listrik, air bersih bahkan sinyal handphone,, selain itu saya juga harus mulai membiasakan makan sumber karbohidrat selain nasi, seperti keladi, papeda, pisang, singkong dan sukun,.. hal ini merupakan salah satu kendala yang saya alami karena pada awalnya saya sudah makan dengan porsi banyak tapi rasa lapar tetap ada,, hingga lambat laun saya dapat mengatasinya,.. meskipun begitu saya tetap bangga, karena tidak semua pemuda di indonesia yang seusia dengan saya dapat merasakan hal ini,, meskipun dengan banyak keterbatasan saya tetap berusaha melakukan tugas mulia ini dengan sebaik mungkin agar dapat menjadi kenangan manis saat saya telah selesai melaksanakan tugas ini. Selama proses pemberdayaan baik yang dilakukan oleh kementerian sosial RI maupun dari pemerintah provinsi papua barat dan pemerintah daerah kabupaten teluk wondama, di lokasi KAT Watitindau beberapa masalah yang berhubungan dengan pelayanan dasar telah mendapat sentuhan penanganan, seperti masalah keagamaan telah dibangun gereja untuk kegiatan beribadah bagi warga KAT, masalah pendidikan telah dibangun SD dilokasi KAT Wattindau dan telah aktif dilakukan kegiatan belajar mengajar, namun untuk beberapa masalah lain seperti administrasi kependudukan, ekonomi, kesehatan, dan ketersedian listrik, air bersih dan MCK masih menjadi masalah serius yang dialami oleh warga KAT Watitindau. Setelah mengidentifikasi beberapa masalah tersebut langkah yang saya lakukan yaitu mengkoordinasikan dengan instansi pemerintah daerah setempat, hasil dari koordinasi yang telah dilakukan untuk masalah administrasi kependudukan telah dilakukan perekaman data warga KAT Watitindau meskipun hingga saat ini belum dapat dilakukan percetakan KTP oleh instansi terkait, namun secara keseluruhan warga KAT Watitindau telah terdata di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat. Masalah kesehatan yang menjadi keluhan warga KAT Watitindau kini telah ditindak lanjuti oleh dinas terkait dengan membuat program pemeriksaan kesehatan secara periodik 2 bulan sekali ke lokasi KAT Watitindau,, Warga KAT yang mengalami sakit juga dapat mendapat pengobatan di Puskesmas yang ada di pusat Distrik Rumberpon. Penempatan petugas kesehatan di lokasi KAT memang belum bisa dilakukan oleh dinas terkait karena masih terkendala terbatasnya SDM kesehatan yang ada. Masalah ketersedianan listrik sudah ditangani oleh pemerintah daerah setempat saat ini lokasi KAT Watitindau telah dialiri listrik dengan memanfaatkan tenaga solar sel, selain itu telah dilakukan pengadaan solar sel untuk 60 unit rumah KAT yang dibeli dari Dana Desa untuk lokasi KAT Watitindau, setelah adanya ketersediaan listrik tersebut warga kat bergotong-royong untuk membenahi saluran air bersih dan MCK komunal yang ada agar dapat digunakan kembali meskipun jumlah MCK yang ada masih terbatas, untuk memperbanyak jumlah MCK warga KAT Watitindau juga berencana membangun beberapa unit MCK lagi pada Tahun 2018 menggunakan dana desa hingga jumlahnya cukup untuk digunakan seluruh warga KAT Watitindau. Masalah sosial adalah masalah yang berkaitan langsung dengan membangun manusia atau SDM warga KAT, beberapa masalah sosial yang sering terjadi di lokasi KAT Watitindau yaitu adanya konflik antar pemuda setempat maupun dengan pemuda di kampung lain, sebuah masalah yang tidak bisa dianggap sepele dan harus mendapat penanganan selama proses pendampingan sosial saya lakukan,, untuk itu saya berinisiatif membentuk suatu wadah bagi pemuda di lokasi KAT yaitu “Karang Taruna’’ dengan tujuan mengalihkan hal negatif seperti miras dan perkelahian menjadi kegiatan yang lebih positif dengan memanfaatkan wadah karang taruna tersebut,, memang ini bukan hal mudah untuk merubah kebiasaan negatif yang lama sejak dulu ada, dan telah menjadi semacam budaya yang mengakar secara turun-temurun, namun dengan komunikasi yang intensif dengan pemuda-pemuda tersebut dan menjadikan mereka menjadi teman bahkan keluarga sehingga apa yang saya sampaikan dapat diterima oleh mereka,, saya sendiri sangat senang melihat perubahan ke arah positif dari pemuda KAT yang ada di Watitindau.. kini mereka telah sadar akan pentingnya olahraga, mereka secara bergotong royong membuat sebuah lapangan voly baru yang telah aktif digunakan pada sore hari baik oleh anak-anak, pemuda, hingga ibu-ibu,, saya semakin senang saat kini mereka juga berinisiatif untuk membangun pagar kampung menggunakan kayu besi dan matoa memanfaatkan dana otonomi khusus, Padahal menurut mereka selama ini dana tersebut tidak pernah digunakan untuk pembangunan lokasi ,, selama ini dana tersebut hanya dibagi-bagi atau buat bayar masalah saja.. melihat hal tersebut sebagai pendamping tentu sangat senang karena bisa melihat perubahan pola pikir dari warga kat menuju kearah yang positif dan mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan negatif yang selama ini dilakukan. Masalah ekonomi coba diatasi dengan pengajuan proposal dana stimulan untuk kelompok usaha bersama (KUBE) KAT, setelah mendapat dana stimulan RP.50.000.00, kegiatan ekonomi produktif mulai terlihat dan dirasakan manfaatnya terutama oleh ibu-ibu di lokasi KAT Watitindau, pembuatan aneka makanan ringan dan kerajinan tangan dengan memanfaatkan potensi yang ada disekitar lokasi kini dapat menjadi sumber pemasukan baru bagi warga KAT di Watitindau, melalui adanya KUBE ini saya berharap masyarakat KAT dapat memacu kreatifitasnya dalam menggolah potensi dan sumber daya yang ada agar dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan, Hasil produk dari KUBE KAT Bantikro Watitindau sendiri telah dipasarkan di pusat distrik, dan untuk membantu proses pemasaran produk makanan ringan dan kerajinan tersebut Dinas Sosial setempat melalui seksi komunitas adat terpencil akan memfasilitasi ke dinas terkait agar mendapatkan tempat khusus untuk memasarkan hasil KUBE KAT tersebut. Secara menyeluruh masalah-masalah yang dialami oleh warga kat telah dapat dilakukan penanganan selama proses pemberdayaan sosial dilakukan, meskipun demikian tetap dibutuhkan peran aktif dari pemerintah daerah setempat, dan berbagai pihak agar proses pemberdayaan yang telah dilakukan dapat menuju ke arah yang semakin positif demi tercapainya tujuan kemandirian warga KAT Watitindau. Mungkin saya menjadi salah satu pendamping sosial KAT profesional yang sangat beruntung karena berada dilokasi kat yang kaya akan sumber daya alam, lokasi kat watitindau merupakan bagian dari taman nasional teluk cendrawasih,, kondisi ini tentu membuat pemandangan disini tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata,, selama dilokasi KAT saya dapat dengan mudah menyaksikan ribuan ikan warna-warni bak pelangi menari-nari di hamparan terumbu karang saat air laut sedang surut dengan gratis,, selain itu tak jauh dari lokasi KAT Watitindau juga terdapat sebuah pulau dengan gugusan karang dan pasir putih nan lembut, bahkan jika kita beruntung pada saat air laut sedang surut kita dapat berfoto di gundukan pasir timbul dengan pasir yang sangat halus dan uniknya jika difoto dari sudut tertentu pasir timbul tersebut berbentuk seperti hati,, memang pulau yang sangat romantis dan di setiap sudutnya dapat menghasilkan foto yang sangat menawan. Di lokasi KAT Watitindau kita dapat memperoleh ikan walau hanya dengan mata kail kosong, kalau kata anak-anak disini ikannya masih polos-polos jadi hanya bermodal mata kail kosong kita dapat dengan mudah mendapatkan seember ikan,, apalagi kalau kita memiliki hobi mancing, kita dapat memilih ikan apa yang mau kita santap.. sejauh ini berbagai jenis ikan yang lezat seperti ikan kerapu, ikan kakap, ikan kaka tua, ikan samandar, ikan barakuda, ikan tengiri, ikan cakalang, belut laut, teripang, lobster, dan gurita sering saat nikmati selama saya bertugas di lokasi KAT Watitindau dengan gratis karena warga KAT sering mengantar ikan-ikan tersebut ke rumah saya. Bercerita mengenai papua memang tidak akan ada habisnya, selama 8 bulan saya menjalani tugas di lokasi KAT saya mendapat banyak pelajaran berharga dan turut menjadi bagian dari mereka dan merasakan sisi lain dari indonesia ku, memang dulu saya tidak kenal siapa-siapa di papua tapi kini saya telah memiliki ratusan keluarga dari papua karena mereka adalah bagian dari saya.
Share:

Sunday, December 18, 2016

Friday, May 20, 2016

TERAPI-TERAPI DALAM PEKERJAAN SOSIAL

Share:

PEKERJAAN SOSIAL DENGAN LANJUT USIA

Share:

Pekerjaan Sosial Dengan Bencana

Share:

Praktikum II PSTW Margaguna Jakarta Selatan

Share:

ulya rahman

fabiayyi ala irobbikuma tukadziban

BTemplates.com

Powered by Blogger.

ulya rahman ,anak rantau dari kota demak